Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pesta Literasi Indonesia resmi dibuka di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Jumat, 1 September 2023. Najwa Shihab, Eka Kurniawan, dan Maria Pankratia dihadirkan sebagai pembicara untuk berbagi soal bagaimana literasi perlu didukung dari keluarga, mengungkap fenomena marjinal, hingga “menyembuhkan” pembaca.
Kebiasaan Membaca Najwa Shihab Sejak Kecil
Dalam acara pembukaan, Najwa Shihab bercerita bahwa sejak kecil ia didorong oleh lingkungan keluarga yang menempatkan kegiatan membaca sebagai aktivitas utama. Profesinya sebagai jurnalis kemudian turut mengharuskannya untuk membaca banyak buku sebagai referensi.
“Saya sudah bisa membaca sebelum bisa mengeja. Saya biasanya keluar rumah selalu ke Gramedia Matraman untuk baca buku,” kata figur publik yang akrab disapa Mbak Nana itu.
Di samping profesinya sebagai jurnalis, Nana sejujurnya adalah pecinta karya fiksi. Ia menyebut salah satu fiksi yang sedang dibacanya, Gadis Kretek oleh Ratih Kumala.
Eka Kurniawan Berusaha Menulis Setiap Hari
Beralih ke sisi penulis, Eka Kurniawan telah berkecimpung di dunia kepenulisan selama 25 tahun. Setengah usianya ia dedikasikan menjadi seorang penulis. Tak ayal, karya-karyanya seperti Cantik itu Luka (2002) tidak asing di telinga pembaca buku. Beberapa penghargaan juga sukses menghiasi kariernya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Saya berusaha untuk selalu menulis tiap hari. Entah kalimat pendek atau sebuah karya yang utuh. Hal ini didorong oleh ketika saya pertama kali ingin jadi penulis. Terlalu banyak di sekitar saya yang belum kita ceritakan,” ungkapnya prihatin. Beberapa orang yang ia temui kadang tidak tahu-menahu tentang isu yang terjadi, sampai diangkat oleh Eka dalam buku-bukunya.
Upaya Klub Buku Petra Atasi Masalah Lewat Membaca
Selaras dengan hal ini, Maria Pankratia mengambil contoh klub bukunya, Petra di Flores. Membaca buku dapat menyembuhkan masalah di setiap daerah Indonesia. Masing-masing anggota merasa perlu datang berembuk membahas bacaan buku dengan tujuan berbagi.
“Setiap orang di klub Petra merasa ada yang mendengarkan. Maknanya bukan hanya menulis dan membaca, tetapi juga menyembuhkan karena masing-masing daerah punya masalah tersendiri,” katanya. “Literasi itu sebenarnya bisa membantu orang untuk bisa bertahan hidup.”
Oleh karena itu, tantangan dalam literasi menjadi fokus yang ingin mereka perbaiki lewat seringnya acara-acara literasi. Literasi bukanlah tugas satu-dua orang, melainkan tugas bersama-sama.
GABRIELLA KEZIAFANYA BINOWO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Pesta Literasi Indonesia Digelar 3 Hari di Taman Ismail Marzuki, Ajak Merangkul Rasa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini