Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pesta Literasi Indonesia Dibuka, Pegiat Literasi Bicara Soal Pentingnya Membaca dan Menulis

Najwa Shihab hingga Eka Kurniawan membuka Pesta Literasi Indonesia dengan menceritakan kebiasaan membaca dan menulisnya sehari-hari.

2 September 2023 | 20.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Najwa Shihab bersama Eka Kurniawan dan Maria Pankratia dalam sesi talkshow Pesta Literasi Indonesia bertajuk "Merangkul Rasa - Literasi yang Tak Pernah Basi" di Taman Ismail Marzuki, Jumat, 1 September 2023. TEMPO/Gabriella Keziafanya Binowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pesta Literasi Indonesia resmi dibuka di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Jumat, 1 September 2023. Najwa Shihab, Eka Kurniawan, dan Maria Pankratia dihadirkan sebagai pembicara untuk berbagi soal bagaimana literasi perlu didukung dari keluarga, mengungkap fenomena marjinal, hingga “menyembuhkan” pembaca.

Kebiasaan Membaca Najwa Shihab Sejak Kecil

Dalam acara pembukaan, Najwa Shihab bercerita bahwa sejak kecil ia didorong oleh lingkungan keluarga yang menempatkan kegiatan membaca sebagai aktivitas utama. Profesinya sebagai jurnalis kemudian turut mengharuskannya untuk membaca banyak buku sebagai referensi.

“Saya sudah bisa membaca sebelum bisa mengeja. Saya biasanya keluar rumah selalu ke Gramedia Matraman untuk baca buku,” kata figur publik yang akrab disapa Mbak Nana itu.

Di samping profesinya sebagai jurnalis, Nana sejujurnya adalah pecinta karya fiksi. Ia menyebut salah satu fiksi yang sedang dibacanya, Gadis Kretek oleh Ratih Kumala.

Eka Kurniawan Berusaha Menulis Setiap Hari

Beralih ke sisi penulis, Eka Kurniawan telah berkecimpung di dunia kepenulisan selama 25 tahun. Setengah usianya ia dedikasikan menjadi seorang penulis. Tak ayal, karya-karyanya seperti Cantik itu Luka (2002) tidak asing di telinga pembaca buku. Beberapa penghargaan juga sukses menghiasi kariernya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

“Saya berusaha untuk selalu menulis tiap hari. Entah kalimat pendek atau sebuah karya yang utuh. Hal ini didorong oleh ketika saya pertama kali ingin jadi penulis. Terlalu banyak di sekitar saya yang belum kita ceritakan,” ungkapnya prihatin. Beberapa orang yang ia temui kadang tidak tahu-menahu tentang isu yang terjadi, sampai diangkat oleh Eka dalam buku-bukunya.

Upaya Klub Buku Petra Atasi Masalah Lewat Membaca

Selaras dengan hal ini, Maria Pankratia mengambil contoh klub bukunya, Petra di Flores. Membaca buku dapat menyembuhkan masalah di setiap daerah Indonesia. Masing-masing anggota merasa perlu datang berembuk membahas bacaan buku dengan tujuan berbagi.

“Setiap orang di klub Petra merasa ada yang mendengarkan. Maknanya bukan hanya menulis dan membaca, tetapi juga menyembuhkan karena masing-masing daerah punya masalah tersendiri,” katanya. “Literasi itu sebenarnya bisa membantu orang untuk bisa bertahan hidup.”

Oleh karena itu, tantangan dalam literasi menjadi fokus yang ingin mereka perbaiki lewat seringnya acara-acara literasi. Literasi bukanlah tugas satu-dua orang, melainkan tugas bersama-sama.

GABRIELLA KEZIAFANYA BINOWO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus