Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Rangkaian yang sulit

Sutradara: slamet raharjo pemain: christine sukandar, djago sasongko, hasan sanusi. resensi oleh: yudhistira anm massardi.(fl)

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REMBULAN DAN MATAHARI Sutradara/Skenario: Slamet Rahardjo Pemain: Christine Sukandar, Djago Sasongko, Hasan Sanusi dan Nungki Kusumastuti. MITOS yang berkembang di Ponorogo, tempat para tokoh bermain, mengilhami judul film itu. Konon Ponorogo berasal dari dua kata: pramono yang dalam bahasa Jawa berarti matahari -- sumber cahaya bagi rembulan dan seluruh kehidupan di bumi -- dan rogo yang berarti badan wadag. Film Rembulan dan Matahari diawali suara sayup orang mengaji, lalu sebuah kompleks pelacuran di Jakarta hadir di layar. Penggambarannya realistis. Lengkap dengan orang tawar-menawar, lalulalang para calo, lagu Rhoma Irama dan sejumlah orang berjoged. Beberapa pelacur malam itu sedang berkemas untuk berlebaran di kampung masing-masing. Di tengah kesibukan itu, seseorang berkerudung sarung menyikat kalung Paitun (Christine Sukandar). Pelacur itu berteriak. Si maling tertangkap. Ternyata ia datang dari kalangan mereka sendiri. Di tangan Slamet Rahardjo, si maling diselamatkan dan dibiarkan tetap tinggal menjadi bagia dari masyarakatnya. Bahkan maling itu sempat diberi uang, ditraktir minum dan tertawa-tawa. Sikap semacam itu mewarnai keseluruhan film Slamet yang pertama ini. Di desa, seorang ila (Kies Slamet) dibiarkan menjadi milik masyarakatnya. Ia menjadi semacam tokoh Petruk dalam pewayangan yang sering memberikan citra hidup yang luhur dengan cara sederhana. Pelacur Paitun menyusul Wong Bagus (Djago Sasongko) pacarnya, ke desa itu. Seolah ia tidak mengacaukan nilai moral yang berlaku. Justru Wong Bagus sendiri yang malu. Padahal ia sendiri tak bersih. Wong Bagus penah menghamili Wong Ayu (Nungki Kusumastuti) yang dicintainya. Guru kebatinannya (Sardono W. Kusumo) menanggap hal itu sebagai pelanggaran Si Guru menggasak muridnya dan menyuruhnya minggat. Tujuh tahun lamanya Wong Bagus mengembara sampai akhirnya ia jadi centeng di kompleks pelacuran dan mengenal Paitun. Ketika ia kembali, desanya sudah banyak berubah. Wong Ayu sudah kawin dengan lelaki lain. Gombloh -- benih Wong Bagus -- sudah menjadi anak yang cukup bengal. Gurunya sudah mati. Sengkuni (Henky Solaiman) dan komplotannya makin mencekik kehidupan di desa itu. Wong Bagus diangkat menjadi Jagabaya (petugas keamanan) desa, lalu menggasak komplotan Sengkuni. Di akhir film, dengan long shot beberapa mobil colt memasuki desa itu lagi dan anak-anak kecil berlari bersorak-sorai. Dewan Juri FFI '80 yang telah memberikan 3 Citra untuk film ini (tata artistik, pemeran pembantu wanita dan pria), sempat mempertanyakan akhiran yang kurang memberi penegasan itu. Apakah Slamet menyetujui modernisasi sebagai jalan keluar atau tidak? Tapi pada banyak hal, sebetulnya Slamet juga kurang tegas bersikap. Ia bisa membiarkan maling, pelacur, penindas, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Tapi ia tidak bisa menerima perbuatan Wong Bagus bercintaan dengan Wong Ayu. Kejelasan, dalam banyak hal, sulit ditangkap dalam film ini. Sehingga penonton, yang ingin mencari ceritanya, cukup sulit merangkai-rangkaikan adegan demi adegan yang lewat di layar. Namun secara sendiri-sendiri, secara fragmentaris, adegan-adegan itu berhasil dihidupkan dengan baik. Masyarakat desa, alam kanak-kanak, suasana-suasana, muncul dengan kuat. Setidaknya untuk hal ini Slamet boleh dipuji. Yudhistira A.N.M. Massardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus