KESUSASTRAAN INDONESIA MODERN: BEBERAPA CATATAN Kumpulan karangan Sapardi Djoko Damono PT Gramedia, Jakarta, 1983, 207 halaman APA yang tidak diperhatikan Penyair Sapardi Djoko Damono? Sejauh menyangkut sastra tertulis, seniman Solo ini dengan sepenuh hati mencoba mengikuti semua: novel, cerita pendek, puisi, naskah drama, esei. Dan ia tidak pilih-pilih. Dalam esei "Dapatkah Kita Menghindarkan Diri dari Cerpen?" (halaman 58), disinggungnya pula cerita-cerita pendek di majalah hiburan dan majalah wanita. Tak heran kalau Sapardi, 44, juga tertarik membicarakan puisi mbeling yang muncul di majalah Aktuil, itu majalah musik yang kemudian menjelma jadi majalah hiburan umum. Tapi Sapardi malah mencoba menganalisanya, dan menemukan bahwa pada pertengahan tahun 1970-an puisi mbeling punya pengaruh terhadap perkembangan puisi Indonesia. "Kelakar yang pernah menjadi unsur penting dalam sastra tradisional kita, dan yang kemudian tak tampak jelas jejaknya ..., akan menjadi bagian penting dalam proses kreatif para penyair muda," - tulis Sapardi, menyimpulkan. Sebagai redaksi majalah sastra Horison, tentulah orang ini pun harus membaca naskah yang masuk - dari penulis yang baru sama sekali sampai sastrawan yang sudah mulai mengendur semangatnya. Dan sebagai dosen di Fakultas Sastra Ul, Sapardi mau tak mau menghadapi anak-anak muda yang bisa saja tampil dengan persoalan-persoalan mereka yang khas. Kenyataan bahwa ia sering diminta menjadi juri ini dan itu - dari pembacaan puisi sampai penulisan naskah drama - maka boleh dibilang Sapardi tak lepas hubungan dengan kesusastraan. Dengan latar belakang beragam seperti itulah agaknya bisa diharapkan suatu telaah yang tidak saja akurat, tapi juga punya perspektif. Dalam beberapa tulisan di kumpulan ini, hal itu memang dipenuhi oleh Sapardi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini