Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah laut, sekitar 100 meter dari bibir Pantai Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, perupa Teguh Ostenrik terengah-engah mengatur napas. Slang pernapasan yang terhubung dengan tabung udara di punggungnya ia lepas. Mengenakan pakaian selam lengkap, Teguh terapung, tubuhnya terombang-ambing oleh gelombang. Ia sedang rehat sejenak setelah mengawal pemindahan karya instalasi Domus Sepiae dari darat ke tengah laut, yang dilakukan delapan penyelam dari lembaga swadaya masyarakat Gili Eco Trust. "Dalam bahasa Indonesia, Domus Sepiae artinya rumah cumi-cumi," kata Teguh, Jumat dua pekan lalu.
Domus Sepiae, yang dibuat Teguh di Lombok selama satu setengah bulan, merupakan instalasi 6 x 10 meter terbuat dari ratusan potongan besi rongsokan. Bagian atas instalasi terbuat dari lempengan besi setebal 2 sentimeter yang dibolong-bolongi. Bagian kaki terbuat dari besi sebesar kelingking dengan panjang 85-190 sentimeter. Jika ditotal, berat instalasi itu 3,2 ton. Setelah besi dirangkai, bentuknya jadi seperti ubur-ubur raksasa. Saking besarnya Domus, Teguh memotong karya setinggi dua meter itu menjadi 16 bagian. "Harus dibagi-bagi agar bisa dibawa ke laut," ujar perupa 64 tahun itu. Domus ditempatkan di dalam laut agar menjadi terumbu karang.
Proyek instalasi di dasar laut itu tercetus ketika Teguh sedang menjalani residensi seniman di Qunci Villas, Senggigi. Hotel itu mengundang seniman menetap selama beberapa pekan untuk mengerjakan karya. Nantinya karya itu digunakan sebagai penghias vila. Teguh tak setuju jika karyanya hanya berujung jadi pemanis di lorong-lorong vila. "Benda seni itu berbeda dengan dekorator," katanya.
Berangkat dari keprihatinan atas rusaknya terumbu karang di Lombok, Teguh mengusulkan instalasinya yang berbahan besi dibenamkan di laut. Teguh, yang telah lama memiliki hobi menyelam, berharap lambat-laun karya itu akan bersalin rupa menjadi terumbu karang, rumah bagi segala hewan di laut. Ide itu disampaikan kepada pemangku kepentingan di Senggigi. "Pada 1984, saya ke Lombok, terumbu karangnya sangat bagus. Sekarang sudah rusak," katanya.
Gayung bersambut. Lombok Hotel Association (LHA) bersedia merealisasi dan mendanai proyek. Gili Eco Trust bergabung untuk memadukan instalasi Teguh dengan teknologi biorock. Perusahaan Contained Energy turun tangan menyumbang panel tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan listrik biorock. Jadilah proyek seni itu, berkembang menjadi proyek restorasi terumbu karang. "Kami berharap proyek ini memancing hotel lain berbuat serupa, sehingga di dasar laut Pantai Senggigi penuh benda seni," ujar Chairman LHA Stephane Servin.
Sejak Februari lalu, dimulailah pembuatan instalasi di dasar laut ini. Teguh terus berkonsultasi dengan Delphine Robbe, koordinator Gili Eco Trust, selama proses pembuatan karya. Tujuannya agar karya Teguh sesuai dengan spesifikasi teknologi biorock. Robbe memberikan daftar hal yang tak boleh dilakukan. Dari batasan-batasan itu, Teguh mengembangkan ide. "Biasanya seniman mutung kalau diatur-atur. Saya justru berangkat dari batasan yang diberikan Robbe," kata Teguh. "Mengembangkan ide dalam batasan-batasan itu malah menantang."
Biorock mesti dibuat menggunakan besi kurus. Hal ini cocok dengan Teguh karena ia sering membuat karya berbahan metal. Karyanya seperti Seribu Wajah, Tercium Kehadiranmu, dan Wanna Kiss You terbuat dari metal ratusan kilogram. Teknik mengelas, membengkokkan, dan menyambung besi ia pelajari ketika sekolah seni di Fine Art, Lette Schule, dan Hochschule der Künste, Jerman, pada 1970-an.
Kemampuan memahami hal-hal teknis itu membuat Teguh betah berlama-lama mematangkan konsep dan perencanaan. "Delapan puluh persen waktu habis untuk dua hal itu," ujarnya. Inilah yang tecermin dalam instalasi Domus Sepiae. Memindahkan karya 3,2 ton dari darat ke laut jelas butuh perencanaan. Teguh memotong karya menjadi 16 modul. Di setiap modul, ada 3-4 sendi. Sendi itu disambung dengan sekrup di dalam laut. Teguh bahkan menyediakan panduan menyambung sendi agar penyelam tidak kesusahan di dalam laut. "Karya seperti ini mustahil bisa jadi tanpa perencanaan matang," katanya.
Adapun biorock adalah teknologi yang ditemukan peneliti maritim Wolf Hilbertz pada 1974. Teknologi ini bisa mempercepat pertumbuhan terumbu karang 3-5 kali daripada waktu normal dengan memanfaatkan besi yang dialiri listrik tegangan rendah.
Dalam hal ini, instalasi Domus berperan sebagai konduktor katoda dan listrik yang mengalir sebagai anoda. Listrik di besi instalasi itu akan memecah kandungan air laut menjadi hidrogen dan oksigen. Hasilnya, di permukaan struktur besi akan terbentuk kerang solid yang tersusun dari kalsium karbonat dan magnesium hidroksida.
Setelah instalasi dipasang di dasar laut, penyelam akan mengikatkan koral di sekujur karyanya itu. Koral amat membutuhkan kalsium dan magnesium untuk tumbuh. Biasanya koral mendapatkan kalsium dan magnesium dari air laut, tapi kini tersedia di rangka besi Domus. Pasokan kalsium dan magnesium yang mudah dan melimpah dari rangka besi itulah yang mempercepat pertumbuhan terumbu karang.
Proyek pembuatan biorock sudah banyak dilakukan di laut Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali. Gili Eco Trust juga membuatnya di beberapa lokasi di laut Lombok bagian barat. "Semua proyek berhasil. Terumbu karang tumbuh lebih cepat," kata Robbe. Teguh dan Robbe memilih Pantai Senggigi sebagai lokasi penempatan instalasi karena karang di sana rusak berat.
Butuh waktu 18 jam untuk memindahkan Domus Sepiae dari darat ke laut. Selama dua hari, puluhan relawan bekerja sama mengangkat bagian demi bagian. Perlu 20 orang untuk mengangkat satu bagian dari pinggir jalan ke bibir pantai. Di bibir pantai, delapan penyelam siap mengangkat potongan karya, membawanya beramai-ramai 100 meter ke tengah laut. Mereka mesti bolak-balik 16 kali karena potongan itu harus dibawa satu per satu. "Yang paling sulit adalah mengangkat rangka besi itu. Berat sekali," ujar Robbe.
Setelah semua modul terparkir di tengah laut, para penyelam bekerja merangkai potongan sehingga menjadi satu. Setiap sendi disekrup. Seterusnya koral-koral mati diikat di sekujur instalasi. Semua dilakukan di dalam air. Akhirnya, pada Sabtu siang dua pekan lalu, Domus Sepiae bisa dipasang, lima meter di bawah permukaan laut.
Ananda Badudu (Lombok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo