Sambil memikul salib-Nya, Ia pergi ke Tempat Tengkorak MENJELANG petang, lima lelaki berlari mengitari tempat suci sambil berteriak. Tubuh mereka dihiasi warna perang dan di tangan mereka ada tombak. Ketika mereka menangkap lelaki berjubah putih itu, mereka ikat kedua tangannya, dan mereka seret ia keluar gereja. Mereka yang menyaksikannya meludahinya dan mengambil pelepah pohon pisang untuk dipukulkan ke kepalanya. Salib kayu disiapkan tak jauh dari gereja. Tapi bukit yang mereka tuju bukan Golgota -- Tempat Tengkorak -- melainkan bukit di Jiwika, Irian Jaya. Ia yang memerankan Kristus berkulit legam dan keriting rambutnya. Beberapa di antara yang mengiringinya -- dari Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jayawijaya -- hanya berkoteka. Tiga ratus umat mengikuti "Upacara Jalan Salib" pada Jumat Agung, akhir Maret lalu. Ini prosesi kedua di Lembah Baliem sejak 1990. Di dekat gua tempat bersemayam patung Bunda Maria yang menyerupai wanita Dani, "Kristus" disalibkan. Satu per satu umat mencium salib: "Supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka, dan Aku di dalam mereka ...." "Eloi, Eloi ..." Ajaran Kristen diperkirakan masuk Irian sebelum abad ke-19. Awalnya, pulau seluas 420 ribu kilometer persegi ini dibagi dua oleh para misionaris: Protestan di utara, Katolik di selatan. Menurut Almanak Jagad Raya terbitan 1990, 87% dari 1,6 juta jiwa penduduk Irian Jaya memeluk agama Kristen. Walaupun begitu, banyak penginjil yang terbunuh akibat salah paham. Lembah Baliem, misalnya, merupakan salah satu daerah yang paling sulit ditembus. Dan seperti di mana-mana, ajaran baru berbaur dengan tradisi setempat: satu malam setelah "Upacara Jalan Salib", warga Jiwika mendendangkan puji-pujian sekeliling kota dengan diterangi nyala obor. Foto: Amir Sidharta Teks: Yudhi Soerjoatmodjo dan Amir Sidharta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini