Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sambil memikul salib-nya ia ...

Untuk kedua kali di lembah baliem memperingati upacara jalan salib" pada jumat agung. prosesi menuju ke bukit jiwika, irian jaya. pengirinya dari karulu, hanya berkoteka.

8 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sambil memikul salib-Nya, Ia pergi ke Tempat Tengkorak MENJELANG petang, lima lelaki berlari mengitari tempat suci sambil berteriak. Tubuh mereka dihiasi warna perang dan di tangan mereka ada tombak. Ketika mereka menangkap lelaki berjubah putih itu, mereka ikat kedua tangannya, dan mereka seret ia keluar gereja. Mereka yang menyaksikannya meludahinya dan mengambil pelepah pohon pisang untuk dipukulkan ke kepalanya. Salib kayu disiapkan tak jauh dari gereja. Tapi bukit yang mereka tuju bukan Golgota -- Tempat Tengkorak -- melainkan bukit di Jiwika, Irian Jaya. Ia yang memerankan Kristus berkulit legam dan keriting rambutnya. Beberapa di antara yang mengiringinya -- dari Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jayawijaya -- hanya berkoteka. Tiga ratus umat mengikuti "Upacara Jalan Salib" pada Jumat Agung, akhir Maret lalu. Ini prosesi kedua di Lembah Baliem sejak 1990. Di dekat gua tempat bersemayam patung Bunda Maria yang menyerupai wanita Dani, "Kristus" disalibkan. Satu per satu umat mencium salib: "Supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka, dan Aku di dalam mereka ...." "Eloi, Eloi ..." Ajaran Kristen diperkirakan masuk Irian sebelum abad ke-19. Awalnya, pulau seluas 420 ribu kilometer persegi ini dibagi dua oleh para misionaris: Protestan di utara, Katolik di selatan. Menurut Almanak Jagad Raya terbitan 1990, 87% dari 1,6 juta jiwa penduduk Irian Jaya memeluk agama Kristen. Walaupun begitu, banyak penginjil yang terbunuh akibat salah paham. Lembah Baliem, misalnya, merupakan salah satu daerah yang paling sulit ditembus. Dan seperti di mana-mana, ajaran baru berbaur dengan tradisi setempat: satu malam setelah "Upacara Jalan Salib", warga Jiwika mendendangkan puji-pujian sekeliling kota dengan diterangi nyala obor. Foto: Amir Sidharta Teks: Yudhi Soerjoatmodjo dan Amir Sidharta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus