Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Saya penari liar

Wawancara tempo dengan retno maruti, dosen tari di lpkj tentang pementasan langendriyan palgunadi di tim, identitas tarian, peran pria, kostum, ungkapan tarian, dst. (tar)

9 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI bawah ini wawancara dengan Retno Maruti. Profilnya pantas dipasang sebagai salah seorang wanita Jawa yang dapat diandalkan baik sebagai penari maupun penata tari. Ia sudah menari 26 tahun. Punya puteri seorang, berusia 7 tahun. Pekerjaannya dosen tari di LPKJ. Apa yang anda maksud dengan identitas yang anda temukan itu? Kalau Sardono karyanya macam itu, dulu saya belum ada ciri. Di dalam Palgunadi, saya tidak seramah dulu lagi. Apa yang diungkapkan tidak real atau nyata. Misalnya adegan perang tidak perlu jotos-jotosan. Mati tidak diungkapkan dengan cara jatuh dan lain-lain. Seperti kita membaca sajak. Selama ini kita terlalu banyak terpengaruh cara pengungkapan cerita wayang. Kalau melihat wayang, kita kan seperti diceritain. Kita menerima yang sudah jadi, selesai, tak usah mikir. Saya tak mau lagi begitu. Kenapa peran pria dikembalikan kepada pria? Supaya lebih jelas pengungkapannya. Bentuk ini lebih berat, sebab dalam nyanyian, movement harus jalan terus. Tahun 1969 saya muncul dengan tokoh-tokoh, tanpa tarian massal. Tahun 1976 saya muncul dengan Damar Wulan dan memperbanyak penari massal. Sekarang semua pemain berada di pentas, terus menari berganti-ganti tanpa perubahan kostum. Pada dasarnya saya mengembalikan dalam bentuknya yang dulu. Dalam tari Jawa itu ada patokan gerak, nah itu ingin saya kembalikan kemurniannya. Kalau orang mau kreasi, sekalian saja yang kontemporer, jangan setengah-setengah. Saya tak mau mencampur-campur tari Jawa dengan Bali misalnya. Tari klasik tidak perlu diubah bentuknya, ia sudah sempurna. Memang dalam penggarapan harus disesuaikan gerak dan temponya, tapi bukan bentuknya. Ada perubahan dalam kostum? Kostum kami sederhanalan. Kalau memakai kostum klasik, repot. Puterinya tak pakai sanggul. Puteranya tidak pakai irah-irahan (topi) tapi pakai blangkon saja. Apa yang mau anda ungkapkan dalam Palgunadi? Saya mencoba tidak patuh kepada cerita wayang yang ada. Dalam cerita wayang biasanya yang jahat benar-benar jahat, yang baik benar-benar baik. Saya tidak percaya ada orang semacam itu. Dalam Palgunadi, meskipun kesatria, seharusnya jangan terlalu patuh pada guru. Bagaimana cara anda bekerja? Anggota grup tidak diikat. Siapa yang butuh akan datang. Siapa yang membutuhkan orang lain, akan pergi. Saya lebih suka mengambil lemari yang belum jadi. Saya hanya melatih pemain puteri, penari pria dilatih oleh Sulistya S. Tirtakusuma. Kenapa? Mungkin karena saya wanita, sesuai dengan kodrat saya. Dulu saya punya grup terdiri dari wanita semua. Tapi ternyata tidak bisa wanita-wanita saja. Harus ada kompromi. Suami saya bertindak di dalam grup sebagai penasehat, kami selalu tukar pikiran sebelum dan sesudah pementasan. Bagaimana memisahkan diri scbagai penari dan penata tari? Kalau hanya sebagai penari, kita tidak memikirkar orang lain, kalau kita sendiri sudah bagus, ya sudah, peduli orang lain. Kalau pencipta tidak bisa begitu. Saya, seperti juga Sentot dan Sardono, adalah penari-penari liar, bukan akademis. Apa pendidikan formil anda? Akademi Administrasi Negara (AAN). Apakah anda dapat hidup dari menari di TIM? Kepuasan itu lho. Kalau uang, mungkin lebih baik menari di hotel atau sebangsanya. Waktu saya masih di Sala, bicara tentang uang dari hasil tari adalah tabu, jadi sudah terbiasa bahwa menari bukan uang sasarannya. Hidup dari profesi menari sebenarnya tidak bisa, apalagi dengan wadah TIM.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus