Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Enam tahun yang lalu, Saroo Brierley memutuskan berkutat dengan Google Earth untuk menyusuri kampung halaman keluarganya. Kesulitannya bukan hanya karena India adalah sebuah negara besar dengan penduduk yang banyak. Saroo juga tak terlalu ingat nama desanya. Dia hilang pada usia lima tahun, dan hanya paham bahwa nama ibunya adalah "Ami" (yang berarti: Ibu). Ayah Saroo sudah lama meninggalkan keluarganya karena menikah dengan perempuan lain dan, "Kami ditinggalkan dalam keadaan sangat miskin," kata Saroo.
Saat hilang, Saroo kecil tak tahu bagaimana mengeja nama kampungnya secara akurat. Tapi Saroo-yang seharusnya Sheruu yang berarti singa-bertahan. Setelah diangkat pasangan Australia serta menetap di Hobart, selama enam tahun Saroo mencari dan berhasil menemukan kampung halamannya, ibunya, dan adiknya di Khandwa. Mereka berkomunikasi dengan penerjemah karena Saroo sudah tak bisa berbahasa Hindi. Kehebohannya reuni keluarga setelah perpisahan 25 tahun, media meliputnya habis-habisan. "Saya diminta menulis buku yang menceritakan pengalaman saya," ujar Saroo, yang berkunjung ke kantor Tempo.
Diterbitkan oleh Penguin Australia dengan judul A Long Way Home, sukses bukunya di Australia lantas saja Penguin Amerika ikut ingin menerbitkan di Amerika. "Pihak Penguin Amerika meminta saya bercerita lebih detail. Jadi saya mendapat tambahan, misalnya adegan di kereta api, mereka ingin lebih detail," kata Saroo, tertawa. Dan sebuah buku, jika sudah menyentuh Amerika, artinya tak lama kemudian dia sudah diajak makan siang dengan Dev Patel, dengan Nicole Kidman, dan dengan berbagai nama besar yang di masa lalu hanya dikenal melalui layar lebar atau Google.
Bukunya yang kemudian diangkat menjadi film yang mendapat enam nominasi Academy Awards telah membawa Saroo berkeliling dunia mempromosikan film ini. Dia sudah 14 kali mengunjungi ibu dan adik-adiknya, selama empat tahun terakhir. Yang paling membanggakannya adalah ia membelikan sebuah rumah untuk ibunya, "Agar dia tak perlu khawatir membayar uang sewa rumah lagi," katanya. Berikut ini adalah perbincangan Saroo dengan Moyang Kasih Dewimerdeka, Dian Yuliastuti, dan Leila S. Chudori.
Bagaimana Anda bisa ingat semua yang terjadi pada Anda untuk ditulis menjadi buku? Apakah Anda mencatatnya di sebuah buku harian?
Tidak. Semuanya benar-benar berdasarkan ingatan yang tertanam begitu dalam. Pintu ingatan itu tak pernah tertutup dan saya terus-menerus mengunjungi masa lalu saya itu. Setiap kali tertidur, saya gelisah dan selalu bangun dengan perasaan lelah karena alam bawah sadar saya selalu teringat keluarga saya di India. Karena hal itu semakin lama semakin mengganggu, saya merasa harus melakukan sesuatu. Sebab, jika tidak, akan menghancurkan saya.
Apakah selama enam tahun itu Anda melakukan pencarian dengan Google Earth sendirian?
Ya. Dalam film memang ada kawan yang mengusulkan saya mencari dengan Google Earth. Sesungguhnya ide mencari keluarga saya itu dari saya dan saya lakukan sendirian.
Ceritakan bagaimana produser menghampiri Anda setelah buku Anda sukses.
Ada banyak produser yang ingin membeli hak untuk mengangkat buku ini menjadi film. Produser Lionsgate hingga Fox Search Light. Tentu kami harus memilih. Tak lama kemudian See-Saw Films, yang memproduksi film The Kings Speech, dan kami memutuskan bekerja sama dengan mereka.
Dalam film yang diangkat dari kisah nyata, biasanya sutradara melakukan lisensi kreatif, termasuk mendramatisasi kenyataan. Adakah yang berbeda dalam film dibanding kisah nyata yang Anda alami?
Tokoh Lucy agak berbeda. Sebetulnya ada beberapa perempuan dan dijadikan satu tokoh.
Ada satu adegan saat si kecil Saroo yang berusia lima tahun didatangi dan dipeluk lelaki asing yang seperti akan "membeli"-nya, lantas Saroo segera kabur. Apakah itu bagian dari kisah nyata Anda?
Ya. Itu bagian yang menakutkan. Buat saya, sangat mengerikan karena saya harus memutuskan meninggalkan rumah yang lengkap dengan makanan dan minuman itu, sementara ada suasana yang terasa "tidak beres". Saya merasa harus lari karena lelaki dewasa ini membuat saya merasa ada yang tidak sreg, tidak aman. Saya lari sekencang-kencangnya.
Apakah benar Anda di masa kanak-kanak berlari secepat yang tergambar di film?
Saya memang pelari cepat. Dari SMA hingga kuliah, tak ada yang mengalahkan saya dalam pertandingan sprint 100 meter. Untuk maraton, saya kurang bisa.
Seberapa jauh Anda terlibat dalam produksi?
Saya membaca skenario draf awal. Untuk keluarga saya dan saya, kami hanya ingin yakin bahwa mereka cukup setia pada kisah nyata. Kami sama-sama membaca dan memberi catatan.
Dalam film, saat kuliah, tokoh Saroo mengatakan dia orang Australia. Setelah menemukan kudapan India, barulah dia menjadi obsesif mencari kampung halamannya. Benarkah itu titik balik bagi Anda?
Bukan hanya makanan. Ada beberapa hal yang merupakan kenangan dan banyak pertanyaan, tentang asal-usul saya, tentang bagaimana saya bisa sampai di Australia. Itu semua selalu menjadi pertanyaan. Semakin lama semakin mengganggu saya, dan seperti yang ditunjukkan film, ketika saya kuliah, saya bertemu dengan kawan orang India, saya menikmati kudapan jalebi yang manis.
Bagaimana rasanya ketika nominasi Oscar diumumkan?
Saya sedang tidur dan terbangun karena pesan itu. Saya sangat gembira ketika saya membacanya dan tertidur lagi. Setelah 30 detik, saya terbangun lagi dan mengecek pesan itu karena saya masih tidak percaya. Saya merasa kami semua dihargai dan terharu.
Apakah Anda ikut terlibat dalam casting?
Nicole Kidman dan Dev Patel sebetulnya yang tertarik bermain dalam film ini. Setelah membaca buku, mereka mengatakan ingin menjadi bagian dari film ini, dan itu mereka nyatakan jauh sebelum skenario selesai. Saya rasa selalu berbeda jika seseorang memang sangat menginginkan peran itu.
Bagaimana dengan Sunny Pawar yang memerankan si kecil Saroo?
Dia terpilih di antara 2.000 anak-anak, dari Mumbai ke Kolkata. Kami tak terlibat dalam casting itu.
Apakah Nicole Kidman bertemu dengan ibu Anda untuk mempelajari perannya?
Ya, mereka bertemu beberapa kali dan mereka sangat cocok. Nicole Kidman juga mempunyai dua anak angkat sehingga dia sangat paham dengan perannya.
Bagaimana dengan Dev Patel?
Kami bertemu dan dia sangat luar biasa. Dia memutuskan berkonsentrasi dalam film ini selama delapan bulan. Salah satunya mempelajari aksen Australia.
Apakah Anda akan menulis lagi?
Ya, saya sudah ada kontrak untuk menulis prekuel A Long Way Home.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo