Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Selasar Pavilion menggelar pameran karya instrumen musik legendaris buatan Bandung. Acara bertajuk Cocok Nada itu berlangsung 24 Februari hingga 26 Maret 2023. Instrumen musik yang ditampilkan merupakan karya dari mendiang Dodong Kodir, Genta, Störn System, dan Fauzie Wiriadisastra.
Pameran Utamakan Unsur Desain
Menurut anggota tim kurator Artiandi Akbar, pameran instrumen musik itu mengutamakan pada unsur desain. Rentang objek yang ditampilkan meliputi alat musik konvensional hingga alat bebunyian yang dibuat secara intuitif maupun eksperimental. “Uniknya, mereka membuat tanpa punya latar pendidikan desain,” katanya sebelum pembukaan acara, Jumat, 24 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa alat yang ditampilkan dalam pameran merupakan objek perancangan yang melibatkan proses lini perakitan. Sebagian pembuatan dilakukan sendiri oleh kreatornya yang menempatkan dirinya sebagai pengepul, pemahat, teknisi, pandai besi, tukang, perancang grafis, dan juga perancang suara di saat yang bersamaan. Proses yang majemuk itu menurutnya memberikan gambaran bahwa di dalam konstruksi alat musik dan bebunyian, diperlukan peran dan juga lintas keterampilan yang tidak kalah majemuknya.
Pameran Pajang Karya Musisi Legendaris
Arin Dwihartanto Sunaryo dari Selasar mengatakan, para peserta pameran telah lama berkiprah di dunia musik dan pembuatannya. “Mereka ini legendaris di Bandung,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya mendiang Dodong Kodir yang dimainkan bersama kelompoknya, Lungsuran Daur Contemporary Instrument, di antaranya alat musik petik dan tiruan suara alam seperti ombak dan guntur. Sejak 1980-an, Dodong aktif menciptakan alat musik dan bunyi-bunyian secara otodidak dengan memanfaatkan barang bekas juga limbah keseharian yang ada di sekitarnya. Total kini alat yang dihasilkan bersama kelompok musiknya itu sekitar seratus unit.
Dari kalangan industri, tampil ukulele dan gitar buatan Genta yang didirikan pada 1959 oleh Muhammad Husni Nasution dan Ki Anong Naeni. Kemudian ada karya Evans Teviana Susandi lewat Störn System yang membuat perangkat synthesizer analog sejak 1990-an, serta instrumen musik seperti rebab elektronik atau disingkat E-bab. Karya buatan 2012 itu di antaranya memakai komponen dari bahan kayu mahoni, sonokeling, tulang paha sapi, mesin diesel, dan aneka perangkat keras lainnya.
Adapun karya Fauzie Wiriadisastra seperti Crotales buatan 2016. Komposer, konduktor, multi-instrumentalis dan teknisi alat musik di Bandung itu membuat seperangkat simbal. Berbentuk lingkaran kecil seukuran tatakan gelas dari bahan kuningan, simbal itu disusun disusun beralas kayu yang bisa dimainkan dengan cara dipukul atau digesek.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.