Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sendratari Ramayana Pura Pakualaman Yogyakarta di Belanda Dipadati Penonton

Pura Pakualaman Yogyakarta mementaskan sendratari Ramayana di Belanda. Mempromosikan budaya Yogyakarta

31 Oktober 2024 | 10.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pementasan sendratari Ramayana dari Pura Pakualaman Yogyakarta di Het Nationale Theater, Den Haag, Belanda, 30 Oktober 2024. Foto: KBRI Belanda

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 600 orang memadati Royal Theater atau Het Nationale Theater (HNT), yang berlokasi tepat di jantung Kota Den Haag, Belanda pada Rabu malam, 30 Oktober 2024. Malam itu tim kesenian Pura Pakualaman Yogyakarta menampilkan sendratari Ramayana. Pertunjukan ini dipentaskan bertepatan dengan hari Diwali atau Festival Cahaya, perayaan khusus umat Hindu India.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Minat warga setempat terhadap sendratari klasik ini masih besar. Tiket dilaporkan telah terjual habis tapi banyak orang yang masih berusaha mencari tiket melalui situs web maupun media sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penontonnya beragam. Ada penggemar seni Belanda, ada pula warga diaspora dari Indonesia, India, dan Suriname. Pada acara pembukaan pentas juga ditampilkan koleksi batik khusus Asthabrata yang diperagakan oleh sembilan model.

Pertunjukan Ramayana ini dibawa tim kesenian yang dipimpin Putra Mahkota Paku Alam X BPH Kusumo Bimantoro dan pejabat senior GPH Wijoyo Harimurti. Mereka berangkat ke Belanda untuk mempromosikan warisan budaya Yogyakarta ke dunia, yang diharapkan dapat mendatangkan lebih banyak penggemar budaya dan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Misi budaya ini bekerja sama dengan KBRI di Den Haag dan didukung oleh Kementerian Kebudayaan Indonesia.

Pementasan itu disertai pameran koleksi batik dari acara pernikahan akbar (dhaup ageng) kedua putra Paku Alam X. Ruang terbuka dan terang di serambi samping teater menjadi tempat untuk memajang koleksi batik istimewa tersebut. Pengunjung juga diajak untuk mengikuti lokakarya pembuatan batik di Serambi Paul Steenbergen yang dipimpin Putra Mahkota.

Penampilan koleksi batik Asthabrata dari Pura Pakualaman Yogyakarta yang diperagakan model di Den Haag, Belanda, 30 Oktober 2024. Foto: KBRI Belanda

Ada pula lokakarya tari untuk anak-anak dan siswa sekolah. Mereka datang dengan didampingi orang tua dan guru mereka untuk mengikuti lokakarya di teater Paradijs di lantai atas HNT. Dalam kesempatan ini mereka diperkenalkan dengan tari Kijang dan tari Hanoman, bagian dari sendratari Ramayana.

Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas, menyatakan bahwa misi budaya Pura Pakualaman ini hadir di saat hubungan antara Indonesia dan Belanda kuat dan berkembang pesat. “Ini akan membantu memperkuat jembatan kesalingpemahaman dan persahabatan antara Indonesia, Belanda, dan Eropa pada umumnya,” katanya dalam rilis yang diterima Tempo pada Kamis, 31 Oktober 2024.

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus