Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Senilukis Cap Irak ?

Di mitra budaya jakarta diselenggarakan pameran seni lukis kontemporer Irak. Terkesan bahwa kesenian masa kini Irak terputus dengan seni tradisionalnya masa lampau.

31 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM masa kejayaan Islam, Baghdad menjadi pusat seni kaligrafi dan dekorasi yang besar pengaruh. Salah satu bentuk buku tulisan Arab yang dikenal sampai kini di seluruh dunia Islam, misalnya, ialah yang disebut khath 'Iraqi. Semuanya mencapai puncak di abad ke-12, ketika di kota seribu satu malam itu didirikan sekolah senirupa Islam. Kemudian peperangan silih berganti melanda Irak. Di abad ke-13 bangsa Mongol di bawah Hulgu menyerbu dan memporak porandakannya. Perpustakaan tersohor di dunia zaman itu dibakar, konon abunya menghitamkan Sungai Tigris. Dan dua abad kemudian Timurleng ganti menghantamnya. Kemudian berturut-turut pemberontakan orang Kurdi, peperangan dengan Turki dan seumpamanya. Terakhir, secara tidak terbendung, adalah serangan besar budaya Eropa--yang telah bangkit sekian lama untuk menandingi (dan mengungguli) budaya bangsa-bangsa Islam yang sedang berada pada giliran keruntuhan, perpecahan dan masa penjajahan yang panjang. Terbukti kemudian, kesenian masa kini Irak pun--seperti halnya di banyak negeri--terputus dengan seni tradisionalnya di masa lampau. Itu bisa juga dilihat pada Pameran Senilukis Kontemporer Irak, 19-27 Oktober di Mitra Budaya, Jakarta. Pameran yang diselenggarakan Kedubes Irak ini menampilkan 42 karya dari 3 5 pelukis. Sangat minim sekali memang, bila dari jumlah itu diharapkan tampilnya citra senilukis Irak modern, yang mulai dirintis tahun-tahun 30-an-meski ke-35 pelukis itu tampak mewakili angkatan tua sampai angkatan muda. Perintisan senilukis Irak modern -yang terbukti terlepas dari seni tradisionalnya di abad pertengahan--dimulai ketika Inggris, yang menduduki negeri itu sejak 1917, memberinya kemerdekaan--1932. Sejumlah pelukis yang waktu itu bekerja di dinas militer Turki kembali pulang dan aktif. Setahun sebelumnya mereka sudah mengadakan pameran senirupa di Pekan Raya Industri dan Pertanian di Baghdad. Dengan modal itulah senilukis Irak modern mulai dirintis. Bisa dipaham, pendorong utama (yang juga sekaligus modal) adalah Barat yang maju. Apalagi beberapa pelukis yang belajar di Eropa sudah pada kembali sewaktu Inggris masih berkuasa di Irak. Di antara yang pulang dari Paris adalah Faiq Hasan (lahir di Baghdad, 1914). Dia inilah, yang oleh para pengamat senilukis Irak dijuluki "Orang yang tahu rahasia warna dan bentuk", dan yang juga seorang guru yang baik, yang menjadi cikal-bakal senilukis masa kini Irak. Hasan di tahun 1939 mendirikan Departemen Senilukis pada Institut Senirupa. Para pelukis Irak masa kini kebanyakan alumnus departemen itu. Dengan semangat yang dibawa dari Eropa boleh dikata kebebasan mencipta begitu leluasa. Apalagi dengan berdirinya kelompok yang menyebut dirinya Masyarakat Persahabatan Senirupa, 1941. Salah satu aspek dari semangat kebebasan tersebut uk lain pencarian tauun dengan warisan budaya sendiri. Tapi bahwa hanya itu sungguh bukan perkara kecil, dibuktikan oleh ucapan seorang pemikir senilukis--yang juga pematung dan pelukis jagoan--Jawad Salim, hanya tiga tahun setelah kelompok itu berdiri. Katanya: "Kami menemukan, hubungan dengan senilukis masa lalu sungguh susah. Kami begitu terpesona oleh warna-warni lukisan Arab masa silam." Terpesona, karena lukisan masa silam itu memang bukan lagi milik mereka. Maka akhir 40-an berdiri lagi sebuah kelompok -- yang menamakan dirinya llasyarakat Primitif. Dengan tegas mereka merumuskan tujuan senilukis Irak: lebih memandang kehidupan sosial sendiri, terutama kehidupan luar kota. Memang, dari kelompok inilah lahir lukisan yang terutama mengambil tema pedusunan. Kegiatan para petani, pemandangan desa atau lukisan bertemakan cerita rakyat. Kegelisahan Mencari Salah seorang anggota kelompok ini, yang karyanya diikutsertakan pada pameran, adalah Hassan 'Abd Alwan. Dia dengan tegas mengakui, dalam buku Iraq Contemporary Art, bahwa ia memadukan suasana kuno dengan selera modern. Hasilnya: karya-karya dekoratif dengan warna transparan, yang memberi kesan ringan dan melayang. Inosen, mendekati naif. Tahun 50-an lahir pula satu pameran dari Kelompok Senirupa Modern Baghdad. Kelompok ini dengan tegas mengatakan, mereka sengaja memadukan Barat dengan kejeniusan Irak. Mereka mengakui bergaya Barat, tapi penciptaan mereka adalah hasil menghirup udara Irak, katanya. Dan 1969 lahirlah kelompok pelukis yang membentuk grup Pandangan Baru--karena tak puas lagi dengan rumusan kelompok yang telah ada. Kelompok ini lebih bebas lagi. Di antaranya, yang karyanya diikutsertakan disini, ialah Rafi' An-Nasiri (lahir 1940). Pelukis satu ini, menarik, bertolak dari kaligrafi (Arab, tentu saja). Cuma kebebasannya dalam menyusun bentuk, warna dan irama berdasar huruf Arab, memang lepas. Hasilnya: sebuah karya yang meski terasa bertolak dari kaligrafi Arab, huruf-huruf Arabnya sendiri kadang susah dicari. Yang paling akhir, 1976, terbentuk satu pameran yang disebut Pameran Satu Dimensi. Bukan saja mengemukakan karya baru, tapi juga yang lama, pameran ini dimaksud pula sebagai pameran dokumentasi. Kecemasan pada karya yang "tak berpijak di bumi sendiri", rupanya uk hanya ada di Indonesia. Barangkali itu sebabnya karya pelukis Irak terasa tak begitu mementingkan teknik. Gejolak batin lebih terekspresikan dengan sapuan dan warna yang bebas, tanpa memperhatikan kaidah komposisi konvensional. Hasilnya: sapuan yang tebal atau tipis, warna yang campur-baur, komposisi bentuk yang tumpang tindih. Ada yang bagus, ada pula yang kurang menyenangkan, tapi tampak kegelisahan mencari--entah apa. Sebab yang lampau memang sebenarnya sudah lampau. Yang hilang, seperti terjadi di mana-mana, adalah masa-antara: tahun-tahun, bahkan abad-abad panjang, yang menghubungkan yang dulu dengan yang kini. Padahal orang, baik di Irak maupun kita, ingin mengenal diri sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus