Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Manfaat Air Limbah "Gowa"

Air limbah pabrik kertas Gowa di Sulawesi Selatan dimanfaatkan oleh petani untuk mengairi sawah dan produksinya naik. Namun, menurut hasil penelitian ir. Paulus Saranga, mutu padi merosot.

31 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPANJANG hari bau sengat menusuk hidung di Desa Borong Loe, Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan. Asalnya dari cerobong asap pabrik Perum Kertas "Gowa" yang bercokol di desa itu. Selain asap, pabrik itu juga memuntahkan sisa zat kapur dan air limbahnya. Itu pun berbau tak sedap. Tapi buangan itu sempat bermanfaat, terutama air limbah yang disalurkan pabrik itu melalui sebuah kanal sepanjang 2 km. Tidak kurang 400 ha sawah di tiga desa--Borong Loe, Timbuseng dan Samata --ketibat rezeki air dari pabrik itu. Dan sawah sekarang bisa ditanami dua kali setahun. Daeng Taili, Ketua Kelompok Tani Minasa Baji --satu di antara 16 kelompok tani setempat--konon orang pertama yang memanfaatkan air limbah pabrik itu. "Setelah melihat saya berhasil, petani lain ramai-ramai ikut," tuturnya. Galib Daeng Ngati, Kepala Desa Borong Loe mengatakan jaringan irigasi "normal" bahkan tidak bisa menyamai kapasitas "irigasi air limbah itu". Produksi sawah meningkat setelah petani menggunakannya--dari 3 ton per hektar menjadi 4 ton. Bahkan, menurut Daeng Talli, 6 ton per hektar tak mustahil tercapai. Para petani tampaknya yakin bahwa air limbah itu juga berfungsi sebagai pupuk. Cuma pemakaian air limbah itu masih harus dijaga betul. Soalnya pabrik itu sesekali membuang air panas berwarna merah seperti teh. "Kalau kebetulan air panas itu sempat masuk ke sawah, tanaman padi bisa mati," ujar Bakka, seorang petani muda. Mendengar pengalaman para petani di Borong Loe, Menteri Negara PPLH Emil Salim tampak manggut-manggut. Ia berkunjung ke daerah itu September lalu. Meski begitu, Emil Salim tetap menyarankan agar monitoring dilakukan atas dampak negatif yang mungkin ada dalam pemakaian air limbah itu. Untuk itu pihak pabrik mengadakan kerjasama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas). Direktur Produksi pabrik itu, Barnas Sachmana, mengatakan selama hampir 15 tahun ia bekerja di situ, belum pernah ditemukan gejala penyakit akibat polusi. "Cuma ada influenza," tambahnya. Pabrik Perum Kertas "Gowa" yang menempati tanah seluas 40 ha di Borong Loe, diresmikan 30 Januari 1967. Produksinya yang semula hanya 8 ton sehari, tahun 1971 menjadi 30 ton, dan sejak tahun 1977 mencapai 50 ton. Ini berupa berbagai jenis kertas cetak, kertas tulis dan kertas terlapis, yang diolah dari bahan baku kayu dan bambu. Untuk produksinya berbagai jenis zat kimia dipergunakan sebagai bahan pembantu. Selain zat yang biasa seperti kapur, tawas, kaolin atau natrium sulfat, ada juga yang seram, bahkan terkadang beracun. Ini meliputi zat seperti hidrogenkhlorida, bariumkhlorida, asam belerang, soda api, natriumsulfat dan bahkan merkuri (air raksa). Sebagian terbesar zat itu disadap kembali hingga bisa dimanfaatkan lagi, tapi akhirnya dalam satu atau lain bentuk Semua zat itu terbuang -- melalui cerobong asap ataupun kanal air limbah. Saluran kanal pembuangan itu bermuara di Sungai Jeneberang. Setiap hari pabrik itu menggunakan 20 ribu m3 air sungai itu dalam proses produksinya dan hampir 95% dari jumlah ini terbuang lagi melalui kanal itu, yang akhirnya mengalir ke Selat Makasar. Tapi air limbah itu terlebih dahulu ditampung dalam sebuah bak yang berfungsi mengendapkan larutan berbagai zat, agar kanal tidak tersumbat olehnya. Ini juga menjaga agar BOD (Biological Oxygen Demand) dalam perairan tidak menjadi terlalu tinggi oleh berbagai zat racun dan busuk dalam air limbah itu. Melihat antusiasme para petani menggunakan air limbah pabrik, Ir. Paulus Saranga M.Ed. pernah tergugah menelitikenyataan itu. Ia seorang guru di SPMA (Sekolah Pertanian) Negeri yang kebetulan juga terletak di tepi kanal itu. Hasil penelitiannya kemudian disusun menjadi sebuah skripsi. Juga Paulus mengakui bahwa produksi tanaman meningkat setelah air limbah itu dipergunakan, tapi ia berkesimpulan bahwa mutu padi itu merosot. Kadar khlor yang tinggi dalam air limbah itu, menurut Paulus, menurunkan mutu biji-bijian, termasuk padi. Ia juga melakukan penelitian atas pengaruh air limbah pada kacang tanah dan kacang kedelai di kebun SPMA. Ternyata semua kulit kacang itu berkerut, pertanda mutu menurun. Bagi ikan, air limbah itu jelas berpengaruh negatif. Pernah air saluran pembuangan itu meluap hingga memasuki kolam pemeliharaan ikan milik SPMA. Semua ikan emas dalam kolam itu mati menggelepar. Untuk menunjang penelitiannya, Paulus menganalisa sample air buangan itu dari lima tempat. "Memang belum semua unsur saya teliti, karena biayanya mahal," ujarnya. Meski begitu, dengan hasil penelitiannya itu Paulus meraih gelar insinyur (tahun 1980) dari Fakultas Pertanian Unhas. Anehnya skripsi Paulus itu ditahan dan dilarang Unhas untuk dipublikasikan. Dari pengamatannya ketika belajar di Amerika Serikat, menurut Paulus, industri kertas tergolong pencemar nomor 4 terbesar, sesudah industri minyak, kimia dan baja. Tapi pabrik kertas di Desa Borong Loe itu belum terbukti mencemarkan. Justru air limbahnya membantu menaikkan produksi pertanian dan menambah frekuensi bertanam. Hanya lingkungan berbau busuk karenanya. "Kami sudah biasa dengan bau seperti itu," ujar Abdullah, petani lain. Dan walaupun seputarnya tampak jorok, anak-anak tetap tampak sehat, berlari-lari di tebing kanal atau menceburkan diri bersama kerbau asuhan mereka ke dalam airnya. Sementara itik tampak asyik berenang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus