Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PSYCHO | ||
Sutradara | : | Gus Van Sant |
Skenario | : | Joseph Stefano |
Pemain | : | Anne Heche, Julianne Moore, Vince Vaughn |
Produksi | : | Universal Pictures |
EBUAH bukit. Sebuah rumah tua.
Sebuah motel. Kegelapan dan ke-
sendirian. Itu semua milik Norman
Bates, seorang pria pemilik Motel Bates, yang mengaku ''ditemani" sang ibu, yang tua dan sakit-sakitan. Ia begitu mencintai ibunyadan ibunya begitu mencintai putranyahingga sungguh cemburu hati sang ibu melihat Norman mengerling pada perempuan blonda yang mampir ke motel itu sembari membawa segepok duit curian.
Sang perempuan cantik bernama Marion Crane itu dibunuh di kamar mandi, saat ia tengah menikmati kucuran pancuran air panas. Bunyi musik menguik-nguik. Darah mengalir masuk ke lubang, dan kemudian kamera berpindah ke bola mata sang gadis yang sudah jadi mayat.
Siapakah pembunuh Nona Crane? Norman Bates? Sang ibu? Lo, bukankah sang ibu sudah meninggal 10 tahun silam? Lalu, siapa itu nenek tua yang bayangannya selalu tampak dari jendela? Dan suara siapa yang setiap malam sibuk memerintah Norman itu?
Bukan Alfred Hitchcock jika ia tak mampu memberi Anda sebuah suspens besar. Film Psycho pernah meledak besar-besaran pada 1960, dan terus menjadi film klasik yang dipelajari dan ditiru epigonnya. Film ini kemudian, entah mengapa, dianggap sebagai film horor, meski sebetulnya Hitchcock tengah mempersoalkan kejiwaan seseorang. Film itu begitu suksessecara komersial maupun bagi para juri festival internasionalhingga film ini kemudian dibuat sekuel (lanjutan) hingga episode keempat, meski Hitchcock menolak menjadi sutradara.
Kini, sutradara muda Gus van Santyang pernah mengirim sebuah pesona melalui film My Own Private Idaho; Even Cowgirls Got the Blues; dan To Die Formembuat ulang film ini dengan cerita yang sama, tapi dengan setting yang berbeda.
Norman Bates, yang dulu diperankan oleh aktor dingin Anthony Perkins, kini diperankan oleh aktor muda yang tengah naik daun, Vince Vaughn. Interpretasi tokoh yang ''terganggu" ini tentu saja berbeda, meski sama-sama menarik. Norman Bates versi Hitchcock sejak semula sudah terlihat sebagai manusia yang ''terganggu". Dia berwajah dingin, memiliki senyum yang misterius dan menakutkan, dan sinar mata yang mengiris. Pada detik pertama kemunculannya, penonton langsung paham, dialah sang mahluk Psycho itu. Sementara itu, Vince Vaughn nongol seperti seorang pemuda tetangga yang manis, lucu, dan agak sedikit dungu karena manja. Menit pertama kemunculannya, penonton mungkin akan jatuh sayang padanya, seperti halnya tokoh Marion Crane (versi baru diperankan oleh Anne Heche), yang semula ingin melindungi Bates dari terkaman ''sang ibu".
Seperti halnya tokoh-tokoh dalam film Gus van Sant sebelumnya, para tokoh antagonis selalu tampak manis dan bersahaja di permukaan, hingga kita akan mudah terkecoh. Itulah sebabnya, Psycho versi baru ini tetap menjadi unggul sesuai zamannya, seperti halnya Psycho versi Hitchcock yang berkibar-kibar di masanya. Adegan penikaman di kamar mandi yang legendaris itu ternyata dipertahankan keasliannya. Gus van Sant bahkan menggunakan ilustrasi musik yang mirip dan adegan penikaman yang persis dengan adegan film karya Hitchcock. Editing dari close-up aliran darah yang masuk ke dalam penyaringan yang kemudian berpindah ke bola mata jenazah Nona Crane juga adalah sebuah tribute (penghormatan) sebuah kenangan untuk salah satu master perfilman dunia, Alfred Hitchcock.
Selebihnya, kredit harus tetap diberikan kepada Gus van Sant, yang mampu menghidupkan kisah tahun 1960-an itu menjadi tetap jernih di awal abad milenium ini.
Persoalan kesehatan jiwa yang dialami Norman Bates, hingga ia sering ''berperan" sebagai ibunyadengan menggunakan baju dan rambut palsu ibunya dan berbicara seperti suara ibunyaadalah sebuah penyakit yang masih tetap ada di zaman yang semakin rusuh ini. Harus diakui, mungkin inilah satu dari sedikit pembuatan ulang sebuah film lama (remake) yang berhasil. Sebelumnya, film-film pembuatan ulang, seperti Perfect Murder (dibuat ulang dari film Dial M for Muder), Sabrina, dan lainnya selalu mengalami beban sukses dari film-film klasik sebelumnya.
Tetapi, van Santmeski memiliki citra yang berbeda dari Hitchcock yang identik dengan film-film noirmempersembahkan sebuah karya ulangan dengan citra rasa dan kemasan yang baru dan berkilau.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo