Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Setelah penjelajahan 30 tahun

Pameran retrospektif pelukis fadjar sidik berlang- sung di gedung pameran seni rupa p & k, jakarta. tapi pameran kurang terencana. lukisannya masih menunjukkan gejala baru.

31 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pameran retrospektif Fadjar Sidik kurang tersusun. Lukisannya masih menunjukkan gejala baru. TERGESA. Ini kesan yang segera tampil pada pameran retrospektif pelukis Fadjar Sidik. Pameran ini berlangsung pekan lalu di Gedung Pameran Seni Rupa P & K Jakarta. Alasan pertama, lukisan-lukisan Fadjar Sidik pada pameran itu masih menunjukkan perubahan yang berarti dalam perkembangan karyanya. Pada pameran retrospektif, semua fase perkembangan -- yang justru menjadi tema utama --biasanya sudah dikenal. Maka, akan ideal apabila pameran retrospeksi Fadjar Sidik diselenggarakan sesudah pameran pekan lalu itu. Alasan kedua, pameran itu tidak direncanakan dengan cermat. Tak ada penjelasan bagaimana penelitian dan penyusunan dilakukan. Katalog pameran tidak mencantumkan petunjuk bagaimana materi pameran retrospektif itu harus diamati. Akibatnya, susunan materi pameran membingungkan. Pengelompokan corak, misalnya, mengabaikan susunan yang mengikuti urutan tahun pembuatan karya. Di samping itu, rentang waktu berkarya dari tahun 1952 sampai 1989 hanya diwakili 35 lukisan, sedangkan jumlah karya terakhir (1990-1991) mencapai 56 buah. Maka, sulit menghilangkan kesan lukisan-lukisan 1990 dan 1991 yang mendominasi pameran terasa lebih utama. Karya-karya ini memang menampilkan gejala menarik: kesimpulan eksplorasi seni lukis Fadjar Sidik selama 30 tahun terakhir yang mengukuhkannya sebagai seorang master. Pada lukisan-lukisan itu terlihat simbolisme seperti mengukuhkan diri sebagai kekhasan Fadjar Sidik. Corak ini sekalius menandai keberhasilan pencarian yang panjang. Fadjar Sidik seorang modernis yang memiliki sikap. Ia satu di antara sedikit pelukis yang memahami makna seni lukis modern. Pada tahun 1970-an, dengan sadar Fadjar meninggalkan kecenderungan romantik. Katanya, "Saya enggan melukis seperti dulu lagi, yaitu menggambar pemandangan alam, kehidupan manusia dan kebudayaannya." Dari keengganan ini ia meninggalkan pula prinsip melukis ekspresif (percaya pada kemampuan cat dan kanvas merekam emosi). Fadjar memasuki babak baru melukis pola-pola geometris, Dinamika Keruangan. Melalui corak ini ia menekuni prinsip modernisme (masa awal): otonomi elemen-elemen rupa dalam lukisan. Warna, bidang, ruang, garis tidak lagi mewakili gambaran manusia, pemandangan atau lainnya. Hasilnya lukisan abstrak yang sangat memperhatikan komposisi fisik. Pada tahun 1970-an lukisan Fadjar menimbulkan kontroversi karena dipahami hanya pada garis besar: abstrakisme. Padahal, di balik itu ada pencarian yang sangat khas. Ia beranggapan, pola-pola geometris -- dalam modernisme dianggap niremosi -- tidak harus kehilangan makna simbolis. Fadjar mengibaratkan geometrisme yang diciptakannya sebagai "keterbelahan estetis antara alam yang abadi dan keindahan produk industri." Benturan estetis itu yang menghela seluruh pencarian Fadjar. Ia mencoba mengembangkan pola terukur itu ke bentuk-bentuk biomorfis. Ia mencari pula kemungkinan membangun gerak dan irama melalui susunan bidang tipis dan garis. Pencariannya yang lain memadatkan bidang lukisan dengan berbagai bentuk untuk menghilangkan kesan geometris. Pada tahun 1977-1978, muncul simbolisme pada beberapa lukisan Fadjar (bila materi pameran retrospektifnya tidak berbohong). Simbol-simbol (burung) seperti lahir tak sengaja dari susunan bidang-bidang geometris. Kecenderungan yang lima belas tahun lalu terlihat samar-samar ini tampil dengan kuat pada kebanyakan karya Fadjar bertarih 1990-1991. Sekilas terlihat: terjadi perubahan pada kecenderungan melukis Fadjar Sidik. Dari lukisan abstrak yang geometris ke simbolisme. Namun, sebenarnya, kedua kecenderungan itu terkait secara empiris. Fadjar Sidik menemukan apa yang dicarinya. Katanya, ia ingin, "menciptakan obyek untuk keperluan ekspresi murni yang bisa memenuhi tuntutan batin yang paling dalam." Pada sebagian besar lukisan terakhirnya ia menciptakan dunia simbol dengan warna, susunan bidang, garis, bentuk, sapuan tipis. Bukan makna simbol yang kemudian terkomunikasikan, melainkan gubahan rupa yang menyertai pembentukan simbol-simbol itu sangat liris. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus