Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“HABIS pakai APD 12 jam. Enggak makan, enggak ke belakang. Pasienku meninggal,” tersedan Zara (Laura Basuki) melaporkan kesehariannya kepada suaminya, Saka (Reza Rahadian). Hanya suara Zara yang terdengar. Hanya wajah pedih Saka menatap layar telepon seluler yang terlihat. Zara adalah dokter pulmonologi yang tak pernah lagi pulang sejak Covid-19 merebak. Panggilan video saja yang dapat menghubungkannya dengan Saka, yang juga tak dapat meninggalkan rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serial pendek Sementara, Selamanya menangkap apa yang sebagian besar dari kita hanya didengar sekilas lewat berita hari-hari ini untuk menawarkannya kembali dengan lebih dekat, lebih terasa sesak. Sosok-sosok berkostum hazardous materials atau hazmat itu adalah istri seseorang. Para petugas kesehatan yang kewalahan itu sedang dinanti keluarganya dengan penuh kerinduan. Bagi sebagian dari kita, berdiam di rumah hanyalah kebosanan. Bagi kerabat dari pekerja garda depan penanganan wabah, masa-masa ini adalah kehilangan yang tak pasti kapan akan terbayar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Reza Rahardian dalam proses penyutradaan film Sementara, Selamanya./vidio.com
Narasi tepat waktu ini didukung pula dengan keseriusan penggarapan. Tentu semua mafhum bahwa pada waktu tidak biasa ini, produksi film tak akan bisa seturut dengan prosedur sewajarnya. Namun ketidaklenturan itu diatasi dengan pas dan kreatif oleh tim produksi yang dipimpin oleh Reza Rahadian dalam debutnya sebagai sutradara. Ide cerita pendek dan sederhana yang ditulis oleh Ika Natassa dapat dieksekusi dengan melibatkan sedikit aktor (tentunya yang mumpuni), sedikit kru, dan lokasi yang cukup di rumah pribadi Reza. “Kami bekerja hanya dengan sedikit orang. Tiga orang saja awalnya, terdiri atas manajer saya, Arya Ibrahim; produser saya, Arya Ibrahim; dan casting director saya, Arya Ibrahim,” kata Reza sambil tertawa dalam sebuah wawancara di balik layar.
Proses produksi film yang berawal dari tantangan iseng Ika dan Reza ini juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sebagian besar proses pembacaan naskah dilakukan secara daring (online). Adegan percakapan Saka dan Zara juga benar-benar dilakukan lewat video call. Setiap pemain dan kru yang hendak masuk ke lokasi syuting di rumah Reza harus lebih dulu mencuci tangan dan kaki, juga mengenakan masker sepanjang waktu. “Saya sudah di atas 60 tahun dan rentan tertular virus ini, tapi semua sudah dipikirkan,” ujar Christine Hakim, yang berperan sebagai ibu Saka dan muncul sekali pada episode terakhir. “Menjaga jarak, kru amat minim, dan masker langsung dipakai lagi setelah take.”
Miniseri ini terdiri atas enam episode yang masing-masing hanya berdurasi 8-10 menit. Tiap episode diisi dengan sesi percakapan video Saka dan Zara, entah di pagi hari, di sela waktu makan, entah saat malam sebelum tidur. Kadang mereka sekadar menanyakan kabar, kadang mengingatkan apakah seprai telah diganti atau listrik sudah dibayar. Eskalasi konflik terbangun seiring dengan kerinduan dan kejenuhan berpisah yang melingkupi pasangan ini. Akhirnya, sebuah pengungkapan pada ujung episode dapat membuat penonton merasa butuh melihat kembali setiap percakapan mereka dari awal untuk mengetahui petunjuk apa yang telah dilewatkan.
Dengan konsep tertutup seperti ini, kekuatan cerita mestilah ada pada kemampuan berekspresi dan dialog. Reza Rahadian dan Laura Basuki tak punya masalah untuk urusan yang pertama. Meski hanya berhadapan dengan layar ponsel, wajah Reza dapat mengeluarkan ekspresi kaya yang berubah-ubah dalam hitungan detik saja. Laura yang hanya terdengar suaranya juga dapat memasukkan emosi dalam kata yang ia lontarkan. Hanya pilihan dialog yang sesekali terasa tak natural. Rasa-rasanya tak setiap hari pasangan suami-istri akan membahas topik seperti “Ingat enggak waktu kita pertama ketemu?” atau “Ingat enggak film pertama yang kita tonton?” lewat telepon. Walhasil, pemilihan dialog bagian ini terkesan dimasukkan hanya agar penonton tahu bagaimana latar belakang pasangan tersebut selain dari label “Sp.P” di belakang nama Zara dan setumpuk buku bertema reformasi di meja kerja Saka.
Sementara, Selamanya/sementaraselamantya official twitter
Sebagai sutradara, Reza menunjukkan kepekaan dalam pembingkaian gambar. Pengambilan gambar yang terbatas hanya di dalam rumah ternyata tetap dapat dimanfaatkan untuk memperkokoh narasi. Kamera sering menangkap dari sudut tinggi untuk memperlihatkan Saka duduk tercenung sendiri di ruangan yang luas dan kosong. Tanpa perlu dinyatakan, kesendirian dan keperihan Saka karena tak dapat memeluk istrinya terasa memenuhi lantai hingga langit-langit.
Dirilisnya Sementara, Selamanya, yang dapat diakses gratis lewat layanan streaming Vidio, memberikan titik terang dalam muramnya perfilman kita semenjak wabah melanda. Gara-gara virus corona, proses produksi sekitar 30 film terhenti. Namun, dalam waktu terbilang singkat, Sementara, Selamanya ternyata dapat digarap dengan sederhana, apik, sekaligus mampu menarik perhatian sponsor. Di tengah kebingungan tentang nasib film dalam situasi pandemi, Reza mampu melangkahi nasib dan tak terhentikan untuk membuat film dengan segala yang terbatas.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo