Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Kisah Darbotz, Seniman Mural yang Misterius

Darbotz adalah salah satu muralis kondang Tanah Air. Jejak karyanya mudah dikenali dan merambah hingga mewarnai gaya hidup.

10 Maret 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Darbotz dikenal sebagai seniman mural yang jati dirinya misterius.

  • Ia mulai berkarya dengan grafiti, lalu beralih ke mural dengan figur ikonik yang mudah dikenali.

  • Ikon monster ball sebagai deformasi cumi-cumi yang monokromatik menghiasi bidang tembok hingga sepatu edisi khusus.

PUBLIK mengenalnya dari karya-karyanya. Sosoknya misterius. Memakai nama samaran Darbotz, wajah bahkan nama asli dan identitasnya tak banyak dikenal orang. Jika berfoto, ia akan menyembunyikan wajahnya dengan masker atau tangannya. Tapi, menilik warna monokromatik yang tegas dari belitan monster cumi-cumi dan monster ball, orang-orang akan mengenali itu adalah karyanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karyanya biasanya terlihat hitam-putih dengan duri runcing khas dalam lingkaran di sekujur dinding atau bagian dinding yang “dibomnya”. Karya yang paling khas menyapa publik adalah di bidang dinding terowongan Jalan Kendal, Jakarta. Tembok kusam sepanjang 30 meter di terowongan yang sering dilintasi para komuter di antara Stasiun Sudirman, Stasiun BNI City, dan Stasiun MRT Dukuh Atas tersebut kini tampak lebih estetis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karyanya juga bisa dinikmati di bidang dinding bangunan Artotel di Jalan Sunda, Menteng, Jakarta. Karya itu ditorehkan pada 2011. Sementara itu, karya di bangunan Artotel cabang Surabaya dan di Versa Hotel, Bekasi, Jawa Barat, digarap pada 2009. Temui juga karyanya di salah satu bidang dinding di Jalan Veteran, Jakarta. Jejak “bom” karyanya tak hanya bisa dinikmati di Tanah Air. Dia juga menorehkan karyanya di berbagai dinding di Hong Kong, Amerika Serikat, Singapura, Taiwan, Australia, Kanada, Prancis, dan lainnya. Beberapa kali ia berkolaborasi dengan sejumlah seniman jalanan serta muralis Tanah Air dan mancanegara. Pada 2016, Tempo melihat ia menggarap sebidang kanvas bersama dua seniman lain, Yuzan dan Antz, dalam sebuah acara seni di Singapura.

Darbotz adalah seniman grafiti yang lahir pada 1981 asal Jakarta. Mengutip buku Crossing the Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralist, alumnus Sekolah Menengah Atas Negeri 70 Jakarta tersebut tertarik pada visual dunia monster sejak kecil. Nama Zapatista 70—mengacu pada kelompok revolusioner yang bermarkas di Chiapas, provinsi termiskin di Meksiko—sering ia goreskan di tembok-tembok jalanan ketika duduk di SMA. Sebagai jejak pencarian jati diri ketika masuk geng dan terlibat tawuran, nama Darbotz—panggilan sekaligus ledekan terhadapnya—ditebalkan di bawah tulisan Zapatista 70.

Figur monster inilah yang kemudian menginspirasinya ketika membuat mural. Setelah asyik dengan grafiti, ia beralih ke mural dengan fokus figur. Ia memilih figur cumi-cumi. Cumi-cumi juga makanan kesukaannya. Cumi-cumi pun bisa diubah menjadi seperti Kraken, legenda gurita raksasa dalam cerita rakyat Skandinavia. Dengan menggunakan figur, tanpa ikon atau logo, ia ingin publik langsung bisa melihat dan mengingatnya. Itulah latar belakang ia menggunakan monster ball atau deformasi cumi-cumi pada 2006. “Saya ingin punya ikon atau karakter sekuat itu,” ujarnya. Monster ball yang dibuatnya kini seperti sebentuk monster dengan banyak tentakel atau duri berwarna hitam-putih.

Karya-karyanya lahir dari gambaran kehidupan Jakarta yang lalu lintasnya macet dan kacau. Dia melahirkan karya alter ego untuk menghadapi kota yang keras berupa karakter monster cumi-cumi yang bisa beradaptasi dan terus berkembang di lingkungannya. Lewat “monster cumi”, Darbotz bisa melihat keindahan Jakarta di balik kegilaannya. Monster cumi-cumi itu sekaligus menjadi simbol ketangguhan untuk bertahan di kota metropolitan. “Ini lho gue sebagai monster menghadapi Kota Jakarta yang sangat keras,” tuturnya dalam buku Crossing the Wall.

Biasanya Darbotz berkarya menggunakan warna hitam dan putih. Warna monokromatik membuat karya seninya bisa menonjol di antara penampakan visual di Jakarta. Kini dia menampilkan karya-karya yang lebih berwarna dengan warna-warna cerah, seperti biru, merah muda, jingga, dan hijau. Garis-garis hitam yang tegas tak ditinggalkannya. Dia berasumsi, dengan pola itu, energi dari karya di atas kanvas atau kertas akan sama dengan karya di jalanan. Meskipun demikian, setiap karya itu punya tantangan dan pengalaman yang berbeda.

Akun media sosial salah satu pendiri Tembokbomber.com ini memiliki 119 ribu pengikut. Karyanya kian luas merambah semua etalase, dari kaus, tumbler, jam tangan, telepon seluler, hingga sepatu. Karyanya menghiasi salah satu edisi khusus sepatu kets merek DC yang dipasarkan ke berbagai negara, seperti Filipina, Hong Kong, Swedia, dan Brasil.

Selain berpameran bersama, Darbotz menggelar pameran solonya baik di dalam maupun di luar negeri. Pameran tunggal pernah diadakannya di Singapura dengan tajuk “Monster In Disguise” pada 2009. Kemudian dia menggelar “Monster Goes Out at Night” di D Gallerie, Jakarta, pada 2011; “The Boy Who Became a Monster” di Vivi Yip Art Room, Jakarta, pada 2012; “Monster Inside Us” di Mifa, Melbourne, Australia, pada 2013; “Beautiful Mess” di Secret Fresh, Manila, Filipina, pada 2015; dan “Monster in Disguise #2” di Bazaar Art, Pacific Place, Jakarta, pada 2016. Sedangkan pameran yang terbaru dan tengah berlangsung saat ini diadakan di Yogyakarta.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Pito Agustin Rudiana di Yogyakarta berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Mendunia Bersama Monster Cumi"   

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus