Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah tempik-sorak ribuan penonton, The Rolling Stones meninggalkan panggung di Cotai Arena, Makau, Cina. Suguhan 19 lagu yang dibawakan band legendaris asal Inggris itu tetap dianggap kurang oleh sekitar 10 ribu penonton yang memadati gedung pertunjukan di The Venetian Macao Hotel tersebut. Mereka seakan-akan enggan beranjak dan terus memekikkan, "We want more. We want more!"
Pertunjukan Rolling Stones di Makau pada 9 Maret lalu itu merupakan penampilan kelima mereka dalam rangkaian tur konser di Asia-Pasifik pada 2014 bertajuk "14 On Fire". Sebelum beraksi di kota judi itu, Mick Jagger dan kawan-kawan telah memulai tur konser di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dan tiga pertunjukan beruntun di Tokyo Dome, Jepang.
Seperti di dua kota Asia sebelumnya, tiket konser Rolling Stones di Makau juga ludes terjual. Tiket konser yang dibanderol 580-5.000 pataca (sekitar Rp 850 ribu-Rp 7 juta) itu sudah habis terjual sejak sekitar dua bulan sebelum konser. Boleh dibilang, minat penonton untuk melihat langsung aksi Rolling Stones sangat tinggi. Sebagai contoh, tiket konser band rock 'n' roll ini di Singapura pada 15 Maret lalu langsung ludes hanya dalam dua jam sejak dibuka penjualan via online pada awal Februari lalu.
Ribuan penonton di Makau juga tampak begitu antusias menyaksikan konser yang akan digelar pada pukul 08.00 malam waktu setempat. Mereka telah berdatangan sejak siang. Penonton cukup beragam, dari remaja hingga berusia di atas 40 tahun. Dari pengamatan saya, boleh dibilang penonton berusia di bawah 40 lebih banyak. Tak ada kursi yang tersisa di Cotai Arena, semuanya dipadati penonton.
Panggung tempat Mick Jagger dkk beraksi cukup megah. Arena seluas hampir lapangan basket itu dilengkapi lidah berbentuk setengah lingkaran, tempat para personel Rolling Stones bisa berjalan ke depan. Panggung itu juga dilengkapi tiga layar besar. Dua layar masing-masing berukuran sekitar 10 x 5 meter di kiri-kanan panggung dan satu layar di belakang panggung sekitar 20 x 15 meter.
Setelah ditunggu sejak siang, akhirnya tepat pukul 08.38 (mundur lebih dari setengah jam) konser Rolling Stones pun dimulai. Mick Jagger dan kawan-kawan membuka konser dengan lagu Jumpin' Jack Flash. Jagger, vokalis band itu, muncul dengan jas, kemeja dan celana panjang hitam, dipadu ikat pinggang keemasan. Single yang dirilis pada 1968 itu langsung menggebrak dan menghangatkan Cotai Arena.
Jumpin' Jack Flash merupakan lagu yang mengakhiri era psikedelik Rolling Stones. Seperti dikutip majalah musik Mojo, lagu ini tercipta oleh pemain bas Bill Wyman, yang menemukan riff Flash ketika bermain piano di studio pada 1968. Saat itulah gitaris Brian Jones dan penabuh drum Charlie Watts langsung mengiringi permainan Wyman. Mick Jagger dan Keith Richards, yang waktu itu datang ke studio, langsung menyukai riff temuan Wyman tersebut.
Dalam konsernya di Makau, band yang dibentuk di London pada 1962 ini lebih banyak membawakan lagu mereka pada 1960-an dan 1970-an. Setelah menyapa penonton sejenak, Mick Jagger langsung menggeber dengan lagu berikutnya, You Got Me Rocking, It's Only Rock 'n' Roll (But I Like It), Tumbling Dice, Wild Horses, dan Honky Tonk Women. Kekuatan vokal Jagger masih terjaga baik untuk seorang biduan yang telah berusia 70 tahun. Tata suara yang megah kian membuat vokal Jagger dan musik terdengar menggelegar.
Sepanjang konser, boleh dibilang Mick Jagger tak banyak cakap. Dia hanya melontarkan beberapa komentar pendek, seperti mengomentari Makau sebagai kota judi. "Di kota ini, saya banyak kehilangan uang," katanya, yang disambut gemuruh suara beragam respons dari penonton.
Sang vokalis agak panjang berbicara ketika memperkenalkan para personel ÂRolling Stones: Keith Richards (gitar), Ronnie Wood (gitar), Charlie Watts (drum). Dan dalam konsernya di Makau, mereka didukung pemain saksofon Tim Ries dan Bobby Keys, pemain bas Darryl Jones, Âpemain keyboard Chuck Leavell, serta backing vocal Lisa Fischer dan Bernard ÂFowler.
Di pertengahan konser, gitaris Keith Richards tampil membawakan dua lagu, Slipping Away dan Before They Make Me Run. Saat itulah muncul tamu istimewa di atas panggung: Mick Taylor, gitaris Rolling Stones yang posisinya kemudian diisi Ronnie Wood. Berbeda dengan para personel Rolling Stones yang tetap langsing, Taylor tampak gemuk.
Permainan gitar Mick Taylor tetap memikat. Khususnya saat mengiringi Mick Jagger membawakan lagu Midnight Rambler. Duet harmonika Jagger dan gitar TayÂlor terdengar asyik. Para penonton, yang sebagian besar sangat hafal lirik-lirik lagu Rolling Stones, mulai intens ikut bernyanyi. Dan tembang selanjutnya, Miss You, kian melibatkan emosi penonton untuk berinteraksi. Kor penonton pun menggema. Pada lagu ini, additional bass player Darryl Jones, yang pernah tampil di Java Jazz Festival di Kemayoran, Jakarta, menunjukkan kemahirannya.
Para penonton semakin antusias ketika lagu Paint It Black dimainkan. Mereka histeris begitu terdengar ketukan drum khas yang mengawali lagu tersebut. Hal serupa kembali terjadi saat tembang Gimme Shelter berkumandang. Duet vokal Mick Jagger dan Lisa Fischer menyihir penonton lewat salah satu lagu populer Rolling ÂStones itu.
Setelah membawakan lagu Start Me Up, Sympathy for the Devil, dan Brown Sugar, Mick Jagger dkk pura-pura mengakhiri konser. Lampu panggung dimatikan. Hanya ada sejumlah lampu yang dinyalakan. Suasana pun temaram. Para penonton histeris. Setelah para penonton kompak meneriakkan, "We want more! We want more!" berulang-ulang, lampu di atas panggung kembali menyala sebagian.
Tak lama berselang, terdengar alunan suara dari Chung Chi Choir of the Chinese University of Hong Kong, yang menyanyikan intro lagu You Can't Always Get What You Want. Alunan paduan suara itu membuat merinding. Bersamaan dengan lampu panggung kembali menyala seluruhnya, Mick Jagger dan kawan-kawan kembali beraksi. Kali ini Jagger muncul mengenakan kaus hitam dan celana hitam, berjas warna keemasan, serta memakai topi hitam. Sambil bernyanyi, Jagger memainkan gitar akustiknya.
Selama konser, Mick Jagger seperti biasanya selalu berganti-ganti kostum, dari kaus ketat, kemeja, jas, hingga jubah. ÂSedangkan Ronnie Wood dan Charlie Watts tak banyak berganti kostum. MeÂreka hanya berkaus dan bercelana jins. Begitu pula Keith Richards. Sang gitaris mengenakan T-shirt dan celana jins, ditambah kemeja atau jaket dengan kancing terbuka.
Konser malam itu ditutup dengan lagu (I Can't Get No) Satisfaction. Lagu yang diambil dari album Out of Our Heads (versi rilisan Amerika pada 1965) itu merupakan karya jenius yang memulai era musik pop khas Rolling Stones. Yang memukau, hingga membawakan tembang pamungkas, Mick Jagger dan kawan-kawan tetap prima. Fisik mereka luar biasa, bermain sepanjang sekitar dua jam dan membawakan 19 lagu tanpa henti dalam kondisi sangat bugar.
Ya, sekali lagi, legenda hidup rock 'n' roll itu memang luar biasa. Saat orang seumuran mereka telah pensiun, Mick Jagger, yang pada 26 Juli nanti tepat berusia 71 tahun, masih lantang berteriak, melenggokkan tubuh atletisnya, dan berjingkrak-jingkrak mengitari panggung. The Rolling Stones, yang telah menggebrak dunia musik rock sepanjang 50 tahun, akan terus menggelinding.
"Stones, we want more...! We want more...!"
Danang Suryono , Penggemar musik (Makau)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo