INGIN mempelajari Foucault, teori relativitas Einstein, teologi Islam, post- modernisme, tetek-bengek tentang alam semesta, internet, dan hal-hal rumit lainnya tanpa harus mengerutkan kening? Bacalah serial For Beginner yang dikeluarkan penerbit Mizan Pustaka. Dengan gaya bertutur cerita bergambar, persoalan-persoalan rumit menjadi lebih sederhana. Teks-teks njelimet yang bikin pusing diganti dengan ilustrasi-ilustrasi yang unik. Dan yang pasti, isi buku tidak menjadi remeh-temeh, tapi tetap berbobot.
Serial For Beginner memang salah satu keunggulan penerbit Mizan. Buku yang diterjemahkan dari buku serupa yang diterbitkan Icon Book Ltd. Inggris itu saat ini telah dicetak 12 judul—dari 17 judul yang mereka rencanakan. Di pasar, buku ini lumayan laris. Setiap judul bisa laku 5.000 sampai 7.000 eksemplar. Beberapa judul bahkan sudah dicetak ulang. Kualitas penerjemahannya memang maih harus diperbaiki. Tapi, secara keseluruhan, serial ini ternyata memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia (masih) memiliki keinginan untuk membaca buku yang baik.
Kejelian Mizan mengendus buku-buku unik memang menjadikan penerbit ini bisa bertahan sampai sekarang. Setidaknya setelah krisis, seperti diakui Putut Wijanarko, Direktur Operasional Mizan, perusahaannya tidak perlu terlalu banyak mengurangi produksi. Sebelum krisis, Mizan menghasilkan 110 judul buku tiap bulan. Sekarang, produksi Mizan setiap bulan hanya berkurang menjadi 80 judul.
Mizan memang penerbit yang didirikan dengan semangat keilmuan yang tinggi. Adalah Haidar Bagir, Abdillah Toha, dan beberapa mahasiswa lain dari ITB yang membangun tonggak Mizan pada 1983. Bermodalkan uang Rp 40 juta, Mizan muncul dengan menerbitkan buku-buku bernapaskan Islam. Penerbit inilah, bersama penerbit lainnya seperti Pustaka Salman, yang memperkenalkan pemikiran Islam kontemporer melalui beberapa karya pemikir Islam semacam Ali Syariati. Buku-buku terbitan Mizan inilah—bersama beberapa terbitan Pustaka Salman—yang secara langsung atau tak langsung telah banyak mempengaruhi gerakan mahasiswa Islam kampus yang marak pada awal 1980-an. Belakangan, Mizan juga menerbitkan buku-buku yang tidak berkaitan langsung dengan Islam, seperti beberapa karya Noam Chomsky.
Saat ini, organisasi perusahaan Mizan, yang ramping, hanya dikelola oleh 20 karyawan, yang berkantor di Jalan Yodkali, Bandung. Dan seiring dengan perkembangan situasi Indonesia, Mizan tidak saja menerbitkan buku-buku Islam, tapi juga telah merambah ke buku-buku sosial politik. Buku Kronologi Penggulingan Soeharto, yang diterbitkan tidak lama setelah Soeharto lengser, terjual 9.000 buah hanya dalam waktu enam bulan. Mizan juga menerbitkan buku bulanan anak-anak Meo, seri Balita, serta seri Mizan Sobat Bocah Muslim, yang semuanya digarap dengan pendekatan artistik dan tidak menggurui.
Putut memang yakin dunia penerbitan Indonesia tidak akan rontok. Perusahaannya kini telah memiliki dua mesin cetak sendiri dengan kantor yang tidak lagi ngontrak. ''Pasar buku masih besar," kata Putut optimistis. Mungkin penerbit lain bisa meniru strategi bisnis Mizan?
AZ, Rinny Srihartini (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini