Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Tarzan, manusia marginal

Sutradara: hugh hudson pemeran utama: christopher lambert, ralp richardson produser: warner bros resensi oleh: g. susatyo. (fl)

8 Desember 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GREYSTOE: THE LEGEND OF TARZAN, LORD OF THE APES Pemeran Utama: Christopher Lambert, Ralph Richardson Sutradara: Hugh Hudson Skenario: P.H. Vazak dan Michael Austin Produser: Warner Bros ENTAH berapa puluh tahun lamanya tokoh Tarzan merasuk ke imajinasi orang Indonesia dalam bentuk yang kurang enak: seorang kulit putih yang -betapapun telanjang dan bersahajanya - tetap unggul dalam menghadapi dunia sekitar. Ia raja, wakil kecerdasan homo sapiens, yang mengungguli alam, meskipun hidup di tengah kekasarannya. Dengan kata lain, ia juga salah satu bagian dari ungkapan "Barat" (yang punya Hollywood dan ekspedisi-ekspedisi besar) tentang supremasinya. Ketika Johnny Weissmuller bergelayut dengan akar dari pohon ke pohon, tubuhnya bersih dan rambutnya rapi, kita pun terkesima bagaimana makhluk yang mengagumkan seperti manusia zaman Renaissance Eropa ini kok ternyata bisa lebih "Afrika" ketimbang makhluh Afrika sendiri. Dan serentak dengan itu, kok ia bis mengalahkan sang Afrika dengan mudahnya. Tapi, tentu, Tarzan yang dimainkan Weissmuller dulu dibuat sebelum orang putih bicara dengan lebih hormat (dan dengan ras bersalah) tentang Dunia Ketiga. Waktu itu orang hitam belum angkat kepala, orang merah belum menggugat dan orang kuning tak mau disebut sebagai semacam wabah. Kenyataan itu akan terasa sekali, bila kini kita menonton Tarzan yang dibuat oleh Sutradara Hugh Hudson dan pekan ini diputar di beberapa bioskop Jakarta. Hudson, seperti dalam filmnya Chariots of Fire yang memenangkan Academy Awards tahun 1981 menampilkan tokohnya justru di hadapan kerapian yang begitu apik (dan akibatnya terasa palsu) dari masyarakat kelas atas Inggris. Saya tak tahu adakah itu pula maksud Sir Edgar Rice Burroughs dulu, ketika ia memulai menciptakan legenda Tarzan. Yang jelas, ada semangat romantik yang lazim, dalam Greystoke yang dibuat pada tahun 1984 ini. Ada pemujaan pada naluri alamiah dan rasa setia kawan primitif, ada cemooh, bahkan kecaman, pada "peradaban" yang mencekik, baik di ruang tamu ataupun di laboratorium. Tak heran bila Hudson memilih Christopher Lambert, aktor Prancis berumur 26 tahun: lelaki yang nyaris tanpa otot gempal, dengan rambut penyair dan mata sayu seorang pembangkang eksistensialis. Dia memang tak dipusatkan dalam pergulatan antara tenaga kasar. Dia diletakkan sebagai manusia marginal, selalu berada di pinggiran: tak tergolong sepenuhnya pada puak monyet Afrika (karena ia lahir sebagai Yang Dipertuan Greystoke), tapi juga tak tertampung dalam suasana mentereng, agung, mewah, dan formal di kastilnya (karena ia, apa boleh buat, adalah Tarzan). Fokus film yang memakan biava US$ 27 juta ini memang terasa diletakkan di kehidupan ningrat yang menakjubkan itu. Hudson mungkin agak berlebihan di sini, tapi ia dibantu oleh permainan yang hidup Aktor Ralph Richardson sebagai kakek Greystoke - yang telah menyebabkan latar yang gilang-gemilang itu tak cuma ornamen. Richardson pula (Greystoke adalah filmnya terakhir sebelum ia mati) yang menyebabkan film ini bisa lepas dari tendens yang terlampau tajam. Sayang, film ini, yang menurut saya jauh lebih dapat dikenangkan daripada Indiana Jones karya Spielberg, ditampilkan di Jakarta tidak utuh. Ada pemotongan yang tak perlu. Betapapun, kita masih dapat menikmati pesona gambarnya dan, di sana-simi, keharuan beberapa adegannya. G. Susatyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus