Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari itu Sutardji Calzoum Bachri membacakan puisinya yang berjudul "Wahai Pemuda Mana Telurmu".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa gunanya merdeka
Kalau tak bertelur?
Apa gunanya bebas
Kalau tak menetas?
Wahai bangsaku
Wahai Pemuda
Mana telurmu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa saat setelah Sutardji menyelesaikan membaca puisi itu, hujan benar-benar turun. Tapi sekitar 200 seniman didong yang sedang bersyair tak beranjak dari panggung amfiteater di Taman Arboretum, Bener Meriah, Aceh. Begitu pula PJ Gubernur Aceh Safrizal Z.A. yang berada di tengah-tengah para penepuk didong runcang itu pun tak beranjak. Ia hanya berlindung di bawah payung.
Selanjutnya, setelah Sutardji, pemandu acara Fikar W. Eda dan Salman Yoga, satu per satu mengundang penyair lain tampil membaca puisi di tengah hujan dengan iringan syair didong. Mereka antara lain LK Ara, D Kemalawati, dan Asmira Dieni. Mereka membaca puisi tentang kopi. Ya, sore itu, Sabtu, 30 November 2024, adalah pembukaan Desember Kopi Gayo 2024. Festival seni budaya bertema kopi ini kedelapan kalinya.
Festival ini pertama kali diadakan pada 2016, kala itu di bulan November. Namun selanjutnya berpindah ke bulan Desember. Komunitas Desember Kopi punya tagline: Desember mengirim hujan dan panen kopi, kami memainkan musik, puisi, dan tari. Festival ini diwarnai dengan berbagai kegiatan, seperti pentas puisi, musik, dan tari.
Acara berlangsung di berbagai tempat yang dekat dengan masyarakat seperti kebun kopi, kedai kopi, kilang penggilingan kopi, lokasi bersejarah, dan lain-lain. "Puncak panen raya kopi adalah bulan Desember," kata Fikar W Eda, inisiator Desember Kopi.
Sabtu siang lalu, ratusan orang berkumpul di Taman Arboretum. Sebelumnya, berjarak sekitar 100 meter dari sana, ada jamuan makan siang khas Aceh bersama PJ Gubernur, PJ Bupati Bener Meriah, PJ Bupati Aceh Tengah, sejumlah pejabat setempat dengan para seniman. Setelah itu, semua beranjak ke teater arena yang bentuknya melingkar dengan panggung besar di tengah-tengahnya. Awalnya cuaca begitu terik. Pembukaan dimulai dengan tari guel menyambut PJ Gubernur dan rombongan, dilanjutkan prosesi peusijuek.
Setelah prosesi peusijuek terhadap PJ Gubenur dan isteri, acara dibuka dengan musik oleh kelompok Rangkaian Bunga Kopi beranggotakan Yoppi Andri, Yoyok Harness, dan Fikar W. Eda. Yoppi dan Yoyok memanikan musik dan Fikar membaca puisi, dilanjutkan dengan laporannya sebagai ketua panitia Desember Kopi. Fikar menjelaskan bahwa Desember Kopi melibatkan sekitar 500 seniman berbagai bidang seni.
Pj Gubernur Aceh DR Safrizal Zakaria Ali membaca puisi dalam acara Desember Kopi Gayo di Bener Meriah, Aceh, Sabtu, 30 November 2024. YouTube/ LK Ara Official
Kegiatan itu berlangsung selama hampir penuh satu bulan, dibuka pada 30 November dan berakhir pada 24 Desember 2024. Ada banyak kegiatan mewarnai, mulai dari seni tradisi, pentas sastra, diskusi, musik, hingga fashion show. Kegiatan terpencar di berbagai tempat. Fashion show yang digelar Sabtu pagi, 30 November, misalnya, berlangsung di Bur Telege, sebuah puncak gunung dengan pemandangan Laut Tawar dan Kota Takengon di bawahnya.
Menurut Fikar, fashion show terbagi dua sesi, yakni parade dan lomba. “Peserta lomba adalah remaja dan anak muda.” Ini petama kali fashion masuk dalam agenda Desember Kopi Gayo. Kegiatan bernama Lut Tawar Fashion Show Desember Kopi Gayo itu akan menjadi agenda rutin festival tahunan tersebut.
Lalu ada konser tradisional Ling Teganing di Galeri Kopi Indonesia di Takengon pada 7 Desember dan Konser Bunyi Frekuensi 432 di Gua Prasejarah Putri Pukes pada 8 Desember. Konser itu menampilkan kelompok Rangkaian Bunga Kopi, sejumlah sanggar seni, dan kelompok musikalisasi puisi.
Kegiatan pamungkas adalah Festival Puisi Kopi pada 21-24 Desember. “Ada sekitar 50 penyair dari berbagai daerah di Indonesia akan menghadiri festival puisi kopi,” ujar Fikar. Menyertai fesfival, akan diluncurkan kembali buku Kunpulan Puisi Kopi 1550 Mdpl berisi karya 250 penyair Indonesia dan negeri tetangga. Buku setebal hampir 400 halaman itu dikuratori oleh Fikar, Mustafa Ismail, dan Salman Yoga.
Dalam prosesi pembukaan, ada pula peluncuran becak wisata. Program ini bertujuan meningkatkan pengetahuan para pengemudi becak mengenai sejarah dan budaya lokal, sehingga mereka dapat menjadi pemandu wisata di daerah Gayo. Menurut Fikar, ini dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat lokal menjadi pemandu wisata dengan angkutan rakyat. “Sekaligus menciptakan pengalaman unik bagi wisatawan.”
Ada pula pemberian penghargaan kepada 13 kreator kopi yang kontribusi dalam ekosistem dan industri kopi Gayo. Salah satu penerima penghargaan itu adalah petani kopi bernama Zaini. Tak sekedar petani, ia membuka pusat pelatihan tentang budidaya kopi di kebunnya. Namanya Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Maju Bersama.
“Siapa pun yang ingin belajar tentang kopi silakan datang,” kata Zaini dalam sebuah diskusi tentang puisi dan kopi di sebuah warung kopi di Takengon, Minggu sore, 1 Desember.
Di pusat pelatihan itu, ia telah banyak membantu petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kopi. Kebun dan klinik tentang kopi itu juga menjadi salah satu lokasi kunjungan para akademisi dan peneliti tentang kopi. Dalam diskusi itu, ia mengusulkan pendirian laboratorium kopi dan tanah, serta lomba usaha tani perkebunan rakyat. “Kita belum memiliki fasilitas laboratorium memadai untuk menganalisis tanah dan kopi di Gayo.”
Diskusi itu ditutup dengan pembacaan puisi oleh para penyair seperti Sutardji, LK Ara, Fikar, Win Gemade, Devie Matahari, Zuliana Ibrahim, dan lain-lain. Sutardji, seperti biasa, membaca puisi dengan iringan hamonikanya. Adapun LK Ara membaca puisi diiringi tiupan suling oleh seniman Gayo, Azzam Pegayon.
Fikar W. Eda, inisiator Desember Kopi Gayo, dalam diskusi Kopi dan Puisi di Takengon, Minggu, 1 Desember 2024. TEMPO/Mustafa Ismail.
Kegiatan lain Desember Kopi adalah penanaman pohon kopi oleh Leuser International Foundation dan Livelihoods Foundation. Mereka akan menanam dua juta pohon selama dua tahun di lahan seluas 11.800 hektare dan memberi manfaat bagi 10 ribu petani di Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Panitia juga mengadakan acara "Kekeberen Putri Ijo" yang dipadukan dengan upaya pelestarian habitat burung bangau sebagai daya tarik wisatawan di objek wisata Lukup Penalam. “Lukup Penalam ini habitat bangau, mudah-mudahan kita rawat habitatnya sehingga bagau tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan” sebut Fikar.
Menurut Fikar W Eda, festival ini tidak hanya merayakan kopi sebagai identitas budaya, tetapi juga mendukung pembangunan berbasis kopi, pariwisata, dan pelestarian lingkungan. "Kami ingin wisatawan tidak hanya menikmati kopi, tetapi juga terpesona dengan keindahan alam dan budaya Gayo.”
Antusiasme masyarakat dalam festival ini tergambar jelas dalam pembukaannya Sabtu sore itu. Ketika gerimis mengguyur ringan mereka tetap antusias menonton. Begitu pun para sastrawan, seniman, dan PJ Gubernur tetap di pentas. Ketika hujan benar-benar lebat, barulah para sastrawan menyelesaikan baca puisinya dan penepuk didong menyelesaikan syair-syair didongnya. Mereka beranjak ke tenda pameran instansi dan UKM di Taman Arboretum.
Dan di salah satu tenda, PJ Gubernur Aceh Safrizal ZA yang belum sempat membaca puisi di panggung, pun menunaikan niatnya berpuisi. Ia memilih puisi karya LK Ara tentang kopi, yang antara lain berbunyi:
Kopi adalah pahit yang disembunyikan di dalam cangkir
Seperti tanah menyembunyikan akar-akar pohon
Penuh dengan kenangan dan tumbuh kembali
Pilihan editor:
- Puisi Abdul Khafi Syatra: Americano dan Cold Brew
- Cerpen Ilham Wahyudi: Kursi Sofa Tuan Bokalince
- Harta Karun Puisi Wiji Thukul