Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Teror Bom dan Jaringan Al-Qaidah di Tanah Air

Buku yang menyediakan data cukup kaya, meski otentisitas dokumen yang ditawarkannya belum teruji.

22 November 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Organisasi Jamaah Islamiyah (JI) itu ada, sekurangnya sebagai sel Al-Qaidah yang melakukan kekerasan atas nama Tuhan dan siap mengambil alih Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pernyataan ini bisa dibaca dari buku Negara Tuhan; The Thematic Encyclopaedia suntingan Maftuh dkk., terbitan SR-Ins Publishing, September 2004. JI bahkan lebih senior dari Al-Qaidah, mempunyai ikatan kuat dengan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Abu Bakar Ba'asyir, dan berhubungan dengan DDII dan KOMPAK-nya.

Apa yang dimaksud Negara Tuhan tidak banyak dijelaskan kecuali penyebutan kosakata itu di berbagai tempat yang sebagian dibubuhi tanda kutip. Buku kumpulan karangan yang disebut "seribu halaman", penyuntingnya lebih suka menyebut Alfiyah Ibna' Az-Zaman itu, tidak menyertakan penulis ahli politik. Penyunting terkesan lebih menekankan uraian tentang jaringan Al-Qaidah dan JI dengan berbagai aksi bombing-nya.

Secara khusus 4 dari 13 artikel menguraikan secara detail hubungan Al-Qaidah, JI, MMI, Abu Bakar Ba'asyir, dan DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia). Banyak organisasi Islam yang bermunculan belakangan ini disebut-sebut buku itu mempunyai hubungan dengan Al-Qaidah dan JI, terutama melalui alumni Perang Afganistan dengan kamp Peshawar-nya.

Murba menulis; "...anggota Al-Jama'ah Al-Islamiyyah memang telah berdiaspora ke beberapa organisasi lokal, baik itu yang sudah "dibekukan", "membekukan", dan "masih aktif." Di sinilah dapat dipahami jika kemudian, bom-bom yang meledak selama pasca-reformasi adalah mereka yang pernah aktif sebagai "alumni Afghanistan" dan "alumni Mindano". Kalimat yang tampak kurang lengkap atau salah letak kata seperti ini bisa ditemukan di banyak tempat, selain salah ketik di hampir semua halaman, yang mengganggu dan bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Selain itu, beberapa kesimpulan kurang didukung bukti yang kuat, kadang sulit dibedakan dari sumber yang dikutip, dan tampak bertentangan. Kejujuran laporan ICG dan Sidney Jones yang diragukan diikuti pernyataan: "Jika demikian halnya, aktifis Lasykar Jihad dan Majelis Mujahidin juga dapat dikategorikan sebagai Al-Jama'ah Al-Islamiyyah dan terkait erat dengan Al-Qaidah." Di tempat lain dinyatakan: "... tidak ada sedikit pun statement yang menguatkan pandangan publik mengenai adanya jaringan Al-Qa'idah atau Al-Jama'ah Al-Islamiyyah di Indonesia... (hlm. 765). Dan: "...sebagaimana diketahui, kelompok ini memang berasal dari mereka yang sekarang dicap oleh Sidney sebagai anggota Al-Jama'ah Al-Islamiyyah di Asia Tenggara." (hlm. 747). "Belakangan beberapa aktifis Al-Jama'ah Al-Islamiyyah atau yang punya kaitan dengan Al-Qa'idah ternyata pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Ngruki, Solo." (hlm. 741).

Penyimpulan hubungan Al-Qaidah, JI, MMI, dan Ba'asyir bersumber dokumen Al-Qaidah dan JI yang otentisitasnya belum teruji. Maftuh menyatakan: "Demikianlah beberapa `pelajaran' yang didapatkan dari Manual al-Qaeda (di tempat lain ditulis Al-Qa'idah). Manual ini tentu saja masih perlu dilacak keabsahannya, akan tetapi melihat dari pola-pola teroris, dapat diakui kebenarannya." Sementara ia meragukan apakah PUPJI (Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama'ah Al-Islamiyyah) betul dokumen JI, dititipkan di JI, atau sengaja dibuat oleh tukang.

Tanpa bukti otentisitas dokumen-dokumen di atas, seluruh kesimpulan tentang hubungan Al-Qaidah, JI, MMI, dan Abu Bakar Ba'asyir bisa mentah. Sementara adanya hubungan disimpulkan dari kesamaan ide, pilihan kata, pemakaian bahasa, dan font yang dipakai. Pada halaman 864 dinyatakan: "...sebenarnya Al-Jama'ah Al-Islamiyyah ini bukan tidak mungkin sudah `nikah' dengan Majelis Mujahidin...." Di tempat lain disimpulkan: "... adanya korelasi yang kuat antara PMIMADA (Pedoman Mengamalkan Islam menurut al-Qur'an dan as-Sunnah) Abu Bakar Ba'asyir dengan PUPJI_nya Al-Jama'ah Al-Islamiyyah yang tak terbantahkan".... (hlm. 895). "...tidak begitu salah jika disimpulkan bahwa JI dan MM adalah...berbeda dalam nama dan bahasa, bersatu dalam bentuk dan tujuan." (hlm. 899).

Kumpulan tulisan sering menghadapi problem konsistensi alur pikiran yang harus dijaga penyunting. Namun buku Negara Tuhan ini menyediakan data cukup kaya yang penting bagi peneliti dan para pihak yang berminat. Terutama, aparat keamanan dan siapa yang tertarik menelusuri akar fundamentalisme dan jejak berbagai aksi teror bom di Tanah Air. Otentisitas merupakan prasyarat yang harus dipenuhi bagi sebuah penelitian dokumen yang bersifat rahasia.

Abdul Munir Mulkhan Guru besar sosiologi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus