Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tiba giliran bandung

Srihadi dan sadali keduanya dari bandung sebagai perintis seni lukis abstrak indonesia. sebahagian dari karya-karya lukisan mereka dipamerkan di balai senirupa jakarta. (sr)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKU pengantar pameran di Balai Senirupa Jakarta tidak lagi memuat sambutan Ali Sadikin. Sekarang untuk pertama kalinya Tjokropranolo, Let. Jen TNI AD, membubuhkan kata-katanya. Isinya sama saja. "Sejarah seni lukis baru Indonesia yang telah berlangsung selama satu seperempat abad, telah mengenal berbagai tahap perkembangannya dengan menghasilkan pembaharuan-pembaharuan cita-rasa dan penggapaian-penggapaian kreatif yang penting." Sementara ruang pajang dihuni lukisan-lukisan buah tangan Srihadi dan Sadali, kedua-duanya dari Bandung, sebagai bagian terakhir dari penampilan 13 seniman yang pernah menerima Anugerah Seni. Sayang Kusnadi, ketua pameran, menganggap Srihadi (46 tahun) dan Sadali (lahir di Carut) sebagai sebagian perintis seni lukis abstrak Indonesia. "Seni abstrak yang pertama dalam pengarahan estetissimbolis-magis, sebenarnya telah dimahiri sejak penguasaan tehnologis -- tradisionil mengisi keris dengan pamor, sekitar 500 tahun yang lalu," tulisnya. Ia menganggap seni abstrak Srihadi mengambil hubungan kejiwaan manusia dan alam sebagai inti pemasalahan. Sedang imajinasi abstrak yang total, dianggapnya merupakan pegangan kreasi Sadali yang terjelma kemudian dalam susunan warna yang jernih, dengan aksentuasi pada warna parada dan emas, yang mengisi dan membentuk bidang-bidang. Sayang sekali kita tidak sempat melihat pertumbuhan Sadali dan Srihadi sejak awal, walau masih beruntung dapat disabet karya-karya Srihadi dari 1963. Pada Sadali, kita hanya diberi kesempatan menikmati kecenderungannya yang terakhir -- tahun 1977 ini. Ini pun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak - juga tidak semua isi pameran merupakan karya-karya tcrbaik mereka. Pada Srihadi khususnya, karya-karya yang terasa kehilangan kecemerlangan pada tahun 1977 ini, rasmya belurn senlyurna kalau hanya dikuntit oleh sejumlah karya, dengan material akuarel yang diletakkan di ruang tengah. Meskipun karya-karya akuarel itu sempat menangkap keindahan tanah Andalusia dan kecantikan Paris yang lembut. Srihadi, yang dengan cemerlang dan unggul menangkap horison, yang begitu puitis dan dramatik menampilkan pantai dan perahu, kita lihat mencoba mengalihkan perhatiannya pada manusia. Dengan angka tahun 1977, kita melihat ia mencoba membuktikan sesuatu, menghapuskan jejaknya di pasir pantai -- lalu memilih melukis Model, Baju Biru, Santai -- sambil kehilangan tenaga puisi. Juga tatkala ia melukis Perahu, Ubud yang juga dikerjakan pada 1976, pelukis yang memiliki tarikan garis spontan ini seakan kehilangan emosi. Ia menjamah obyek tanpa keharusan lagi. Kita hanya melit1at lukisannya sebagai usaha melepaskan diri dari klise diri sendiri. Kekuatan Srihadi dalam menakar bidang, sehingga komposisinya menjadi sangat dramatik, terlihat pada lukisan seperti Heli dan Hutan (1974) yang juga sudah sering dipamerkan. Di sana kita melihat hutan seperti raksasa menelan heli yang hendak luput ke mulut pantai. Dramatisasi sudut pandangannya menimbulkan suasana tertentu yang membawa kita pada emosi tertentu. Pergulatan. Srihadi juga muncul dengan jernih pada Pantai (1970) dan Fajar (1973), dua lukisan abstrak yang hampir senada. Dengan pulasan bidang-bidang lebar berwarna dan guratan garis spontan, ia memberi asosiasi puitis. Ini berbeda dengan orison (1976), yang dilukisnya dengan warna merah, tambah sepotong bulan, dan sebuah garis lurus yang ditarik amat formil. Jelas peiukis ini sedang mencoba memperbarui diri. Marc Rothko Akuarel Andalusia dan Paris, yang juga dilukis tahun 1977, menunjukkan temperamen yang amat berbeda denRan lukisan Pantai Sanur Dengan Jala ( 1963) atau pun Sawah (1963). Lukisan Srihadi masa lalu memang mengandung hubungan kejiwaan antara manusia dengan alam - seperti dikatakan Kusnadi -- yang kita dapati juga pada lukisan Nashar misalnya. Hubungan tersebut saat ini agaknya sudah menjadi tali yang tidak intim lagi. Srihadi tidak lagi luruh, tetapi lebih bersikap menonton. Lalu kita melihat ia seperti larut oleh kemahirannya sendiri. Mungkin ini akan menjadi permulaan baru bagi pelukis yang masih banyak kita harapkan ini. Berbeda dengan Srihadi, Sadali tampak semakin mantap saja. Warna-warna, kepingan-kepingan, bersit-bersit kejutan dari torehan parada dan emas, arahnya masih tetap satu. Misteri. Sesuatu yang tak terjangkau, tetapi yang amat besar dan berkuasa. Ia tak habis-habisnya menjangkau kebesaran Ilahi. Lukisanlukisannya memang kadangkala boleh dicurigai, karena bertopang pada sesuatu yang mau tak mau menyebabkan orang harus memperhitungkannya. Karena ia bicara tentang sesuatu yang samar, sesuatu yang agung dan indah. Tetapi karena teknik dan intensitasnya telah mencapai kadar tertentu di mana kita merasa adanya kejujuran dalam pencarian, ia jadi meyakinkan. Sadali telah menghantarkan kita ke kaki Tuhan dengan bidang-bidang yang kaya, berwarna dan tidak kehilangan emosi. Sehingga hubungan kita dengan dunia yang tak pernah benar-benar terjangkau itu, bukan hubungan atasan bawahan, bukan hubungan kering tapi intim. Lihatlah misalnya Sisa-sisa Bidang Kepingan-kepingan Emas yang berwarna biru menyala. Rasa ketulusan dan kesungguhan tidak buyar karena nyala warna. Kemanisannya tidak mengurangkan kegempalannya. Bahkan pada lukisan yang berjudul Penghargaan Pada Marc Rothko (seorang pelukis religius), kita menangkap rasa ketuhanan yang memancar dari bentuk yang bagaikan cermin itu. Kedua pelukis Bandung ini sedang galak-galaknya. Mereka masih dapat diterka akan membuat kejutan-kejutan. Terutama karena ada usaha untuk terus memecahkan diri dari kemapanan. Putu Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus