LUKISAN batik Bagong Kusudiardja dan Mustika di Ruang Pameran
TIM - 17 s/d 23 Agustus- menunjukkan persamaan dan perbedaan.
Kedua-duanya terasa ornamentik. Tetapi kalau Bagong menggali
ornamen dari bentuk-bentuk spiral yang bergetar, yang
mengingatkan kita pada motif-motif wayang, Mustika menggalinya
dari bentuk-bentuk primitif yang masif.
Keduanya mempertemukan kita pada bentuk. Mustika pada
hakekatnya, dengan bentuk-bentuk primitif, mengutarakan
problem-problcm prosais penuh dengan simbol-simbol. Sementara
Bagong dengan batik-batik abstrak mencoba menggambarkan suasana
puitis emosionil yang memberi kita jalan berasosiasi.
Dua Ekor Ikan
Sebagai pelukis, keduanya telah mencapai komposisi, bentuk,
teknik khususnya yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Kita tidak
melihat ketidaklancaran, bahkan Bagong begitu mengalir dari
batik ke batik. Yang masi}l perlu dibicarakan adalah problem,
tema, suara yang hendak diungkapkan batik-batik itu.
Mustika, dengan 20 kanvasnya, tampak segar dan berani dalam
warna. Tetapi problem yang diungkapkannya masih yang lama.
Lihatlah misalnya lukisan Topeng Wanita yang menunjukkan seorang
wanita dengan topengnya. Lalu Pertemuan yang memperlihatkan dua
sejoli, Kemudian Beban Keluarga, Keluarga Berencana -- semuanya
simbol-simbol yang sudah kita kenal sejak lama tanpa ditambahi
sisipan lain. Akibatnya yang lebill muncul adalah soal-soal
yang lebih banyak berhubungan dengan bentuk dan komposisi soal
kesegaran tehnis saja.
Lukisan batik Dua kkor Ikan tem1asuk bentuk yang sederhana tapi
terasa lebih jujur dari lukisan lainnya - kejujuran yang
kadangkala tak tampak pada lukisan selebihnya. Mustika sudah
mencoba menampilkan kehidupan dengan proporsi yang lugu. Tetapi
keluguan itu tidak diikuti dengan isi dan bentuk yang
dukung-mendukung dalam kesatuan. Ini menyebabkan
lukisan-lukisannya yang menarik tidak lama mencekam. Barangkali
perhatian Mustika sudah terlalu banyak pada variasi bentuk saja.
Bagong sendiri seperti biasanya, sangat menonjol karena energi
yang membias. Sebuah lukisannya terdiri dari sekelompok lukisan
kecil (Lukisan Batik Dua sampai Lukisan Batik Sebelas) yang
disusun berdekatan. Tetapi ini hanya sampai pada variasi
penataan. Tidak melantunkan dengan jelas suara yang hendak
dilontarkan, kecuali bahwa ada kemauan untuk membebaskan dari
rantai-rantai konvensionil.
Lukisan Lukisan Batik Dua Puluh barangkali yang paling sederhana
dalam pameran ini. Dengan latar hitam, terlihat sekuntum bunga
dengan sapuan yang halus dan spontan di bawah bundaran yang
barangkali juga bulan atau matahari. Lukisan ini lembut dan
memiliki temperamen. Ia membuat suasana sendiri. Beda dengan
lain-lainnya yang seakan penuh silang fikiran yang digerakkan
oleh semangat yang mengalir dengan bergelora - tetapi tidak
menggempal dalam satu arah tertentu.
PW
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini