Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Silang-silang variasi

Pameran lukisan batik di ruang pameran tim, tanggal 17-23 agustus 1977. pelukis bagong dan mustika menunjukkan persamaan dan perbedaan ornamen bentuk lukisan. (sr)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LUKISAN batik Bagong Kusudiardja dan Mustika di Ruang Pameran TIM - 17 s/d 23 Agustus- menunjukkan persamaan dan perbedaan. Kedua-duanya terasa ornamentik. Tetapi kalau Bagong menggali ornamen dari bentuk-bentuk spiral yang bergetar, yang mengingatkan kita pada motif-motif wayang, Mustika menggalinya dari bentuk-bentuk primitif yang masif. Keduanya mempertemukan kita pada bentuk. Mustika pada hakekatnya, dengan bentuk-bentuk primitif, mengutarakan problem-problcm prosais penuh dengan simbol-simbol. Sementara Bagong dengan batik-batik abstrak mencoba menggambarkan suasana puitis emosionil yang memberi kita jalan berasosiasi. Dua Ekor Ikan Sebagai pelukis, keduanya telah mencapai komposisi, bentuk, teknik khususnya yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Kita tidak melihat ketidaklancaran, bahkan Bagong begitu mengalir dari batik ke batik. Yang masi}l perlu dibicarakan adalah problem, tema, suara yang hendak diungkapkan batik-batik itu. Mustika, dengan 20 kanvasnya, tampak segar dan berani dalam warna. Tetapi problem yang diungkapkannya masih yang lama. Lihatlah misalnya lukisan Topeng Wanita yang menunjukkan seorang wanita dengan topengnya. Lalu Pertemuan yang memperlihatkan dua sejoli, Kemudian Beban Keluarga, Keluarga Berencana -- semuanya simbol-simbol yang sudah kita kenal sejak lama tanpa ditambahi sisipan lain. Akibatnya yang lebill muncul adalah soal-soal yang lebih banyak berhubungan dengan bentuk dan komposisi soal kesegaran tehnis saja. Lukisan batik Dua kkor Ikan tem1asuk bentuk yang sederhana tapi terasa lebih jujur dari lukisan lainnya - kejujuran yang kadangkala tak tampak pada lukisan selebihnya. Mustika sudah mencoba menampilkan kehidupan dengan proporsi yang lugu. Tetapi keluguan itu tidak diikuti dengan isi dan bentuk yang dukung-mendukung dalam kesatuan. Ini menyebabkan lukisan-lukisannya yang menarik tidak lama mencekam. Barangkali perhatian Mustika sudah terlalu banyak pada variasi bentuk saja. Bagong sendiri seperti biasanya, sangat menonjol karena energi yang membias. Sebuah lukisannya terdiri dari sekelompok lukisan kecil (Lukisan Batik Dua sampai Lukisan Batik Sebelas) yang disusun berdekatan. Tetapi ini hanya sampai pada variasi penataan. Tidak melantunkan dengan jelas suara yang hendak dilontarkan, kecuali bahwa ada kemauan untuk membebaskan dari rantai-rantai konvensionil. Lukisan Lukisan Batik Dua Puluh barangkali yang paling sederhana dalam pameran ini. Dengan latar hitam, terlihat sekuntum bunga dengan sapuan yang halus dan spontan di bawah bundaran yang barangkali juga bulan atau matahari. Lukisan ini lembut dan memiliki temperamen. Ia membuat suasana sendiri. Beda dengan lain-lainnya yang seakan penuh silang fikiran yang digerakkan oleh semangat yang mengalir dengan bergelora - tetapi tidak menggempal dalam satu arah tertentu. PW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus