ARUS pasang film-film Indonesia dengan adegan seks kelihatannya
cuma menyibukkan para produser dan anggota sensor. Sepintas
lalu, sutradara, karyawan serta para artis film cuma melakukan
kehendak si pemilik modal tanpa banyak komentar. Ternyata tidak
demikian. Baik sutradara mau pun artis film, melakukan
adegan-adegan panas itu dengan jalan fikiran sendiri-sendiri.
Mengenai hal itu, berikut ini laporan wartawan TEMPO, Eddy
Herwanto.
Syarifudin: "tidak tega bikin adegan begitu . . . "
Sutradara yang tidak muda lagi ini sudah membuat banyak film
dengan adegan berani. "Selama adegan itu tidak menyimpang dari
alur cerita, saya masih bisa menerimanya. Kalau tidak, saya
tidak tega bikin adegan begitu...".
Pada pengambilan adegan demikian, yang boleh tinggal dalam kamar
hanya para pemain, juru kamera dan Syarifudin sendiri. Juru
lampu serta awak film lainnya harus tidak lihat, meski jutaan
orang nantinya diharap beramai-ramai menonton adegan tersebut.
Syarifudin - hidup bersama seorang isteri dengan anak 10 orang -
juga punya ukuran moral tersendiri. Katanya: "Saya tidak mau
membuat adegan itu biia pelakunya pelajar". Bahkan dengan yang
bukan pelajar pun sutradara ini enggan memintanya membugil.
Tapi pemain-pemain itu kononnya suka saja berbuat apa saja untuk
"profesi" mereka. "Seperti yang diungkapkan dalam
majalah-majalah hiburan itulah", kata Syarifudin pula.
Sadar bahwa di dalam negeri filmnya akan dipotongi sensor dan di
luar negeri bakal kalah bersaing dengan film-film seks buatan
Eropa, Syarifudin menyadari perbuatannya bersusah payah membuat
adegan seks itu sebagai suatu "kebodohan". Tapi kenapa
dilakukannya juga? "Yah, say kan sutradara yang dikontrak".
Drg. Fadli: "Kalau kepala kita maju, dia juga maju . . . ".
Dalam film Manajer Hotel ini tampak close up Tuty Kirana sedang
bergumul dengan Fadli. "Itu hanya tipuan saja", kata Fadli.
Penjelasan dokter gigi lulusan Universitas Erlangga itu
selanjutnya: "Tubuh Tuty bagian bawah ditutup hanya bagian dada
ke atas yang terbuka. Begitu juga saya. Karena terbatas, maka
gerakan saya pun terbatas".
Sebelum dengan Tuty, Fadli - salah seorang bintang pria terlaris
dewasa ini - pernah pula melakukan adegan tempat tidur dengan
Tanty Yosepha. Enakkah melakukan adegan itu?
"Saya sih, senang saja".
"Dalam adegan ranjang itu, lebih enak mana menghadapi pemain
pembantu (figuran) atau bintang film?"
"Enakan dengan bintang film. Soalnya mereka tidak punya pretensi
apa-apa".
Berciuman wajar - artinya cuma mengadu bibir -- menurut Fadli,
tidaklah merangsang. "Tapi yang menciumi leher, bahu, pipi, daun
kuping dan sebagainya itu, menurut pengalaman saya, justru amat
merangsang". Tidak diceritakan secara mendalam pengalaman Fadli
berciuman dengan sejumlah artis Indonesia. Tapi pengalamannya
dengan artis Australia dalam film Manajer Hotel nampak berkesan
pada bintang ini. Kata Fadli: "Pemain dari Australia itu, Diana,
aktif. Artinya, kalau kepala kita maju, dia juga maju.
Tidak seperti pemain Indonesia, kita maju, dia menunggu".
Tuty Kirana: "Pokoknya dada terbuka, tampak dari muka, pantang!"
Tuty Kirana, 25 tahun main sebagai isteri menyeleweng dalam film
Manajer Hotel. Katanya: "Sebelum memainkan adegan itu, saya
menilai dulu lawan main saya. Juga ada tidaknya adegan itu dalam
skenario. Kalau tidak ada, saya tolak".
Tuty melakukan adegan buka-bukaan pertama kali dalam film
Flamboyan yang disutradarai oleh Sjuman (waktu itu suami Tuty).
"Adegan itu sangat artistik. Saya telanjang di ranjang antik dan
bagus. Sayang Flamboyan banyak digunting sensor".
Apakah anda mengalami perasaan istimewa ketika melakukan adegan
seperti itu ?
"Itu kan seluruhnya cuma akting. Dan saya tidak hanyut ke
dalamnya. Tapi ketika berciuman, partner saya membisiki saya.
Katanya saya dingin. Memang saya dingin lantaran saya tidak bisa
hadir sebagai pelaku dalam film Flamboyan itu. Akibatnya
pengambilan adegan itu dilakukan berkali-kali".
Apakah anda dongkol jika sutradara mengulangi pengambilan adegan
itu?
"Tidak. Ciuman itu kan nggak rasa apa-apa. Seperti makan permen
saja".
Sampai batas mana anda sedia lepas pakaian ?
"Sekalipun saya memainkan peranan pelacur, saya tidak mau
telanjang bulat. Pokoknya dada terbuka, tampak dari muka,
pantang! Kalau cuma reaksi dada ke atas, dan bagian belakang,
silahkan".
Sebagai orang yang dalam KTP mengaku Islam, bagaimana anda
melihat diri anda memainkan peranan demikian?
"Saya merasa tidak menyalahi. Itu halal saja. Kalau mau
diungkapkan kehidupan di hotel-hotel, wah lebih dari yang di
film itu. Kalau kita cuma menggambarkan yang bagus-bagus, itu
kan membohongi. Sampai kapankita mau dibodohi dengan
menggambarkan hal-hal yang kelihatan suci dan terhormat saja?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini