Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUMAH kuning gading itu tampak sepi dari luar. Pagar besinya terbuka sedikit, cukup buat seorang. Di jalan depan yang lengang parkir dua mobil Honda MPV hitam dan abu-abu, satu Daihatsu Terios hitam, Avanza abu-abu, dan BMW hitam dengan stiker Mabes Polri di kacanya.
Anggota satpam yang asyik ngobrol di teras bersama tiga orang buru-buru mendekat ketika melihat Tempo menyusup. ”Mau bertemu siapa?” katanya sopan. ”Sudah buat janji belum? Kalau belum, silakan keluar, Pak.”
Kamis siang pekan lalu, rumah di Jalan Jambu 51, Menteng, Jakarta Pusat, itu seperti tak menyimpan aktivitas penting. Padahal di sinilah tim khusus bentukan Boediono menggodok visi-misi Susilo Bambang Yudhoyono menjadi program kerja 100 hari, setahun, dua tahun, dan lima tahun untuk kabinet mendatang. Ketua ”kelas”-nya Kuntoro Mangkusubroto, mantan Ketua Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias. Ikut terlibat, antara lain, Raden Pardede, Chatib Basri, M. Ikhsan, dan Erry Riyana Hardjapamekas.
Mereka mulai bekerja sejak akhir Juli, setelah Yudhoyono-Boediono dinyatakan menang dalam pemilu presiden. ”Tugas kami antara lain melakukan focus group discussion untuk menjaring gagasan,” kata M. Ikhsan. Hampir setiap hari tim menggelar rapat, mengundang pakar dan menteri, berdiskusi mengevaluasi program pemerintah, dan kadang anjangsana ke daerah mengecek jalannya kebijakan di lapangan.
Sumber Tempo bercerita, di Jambu 51 program kerja pemerintah dipilah dalam sebelas prioritas. Setiap bidang dibahas terpisah. Antara lain bidang ekonomi dikoordinasi ekonom Raden Pardede dan Chatib Basri, pemberantasan kemiskinan oleh M. Ikhsan, dan bidang reformasi birokrasi oleh Erry Riyana, mantan Wakil Ketua KPK.
Beberapa pekan sekali Kuntoro menemui Yudhoyono di Cikeas, menyampaikan perkembangan kerja mereka. Biasanya dia ditemani Boediono. Banyak cerita segar di sana. Misalnya ketika Yudhoyono berbicara tentang cakra pembangunan dalam pidato kemenangannya di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, 20 Agustus.
Tim agak repot mencoba memasukkan konsep ”cakra pembangunan” itu ke rumusan mereka. Cakra adalah senjata milik Krisna, pemberian dewa, digunakan dalam perang Bharatayudha. Paling sering digambarkan seperti panah yang di ujungnya tergantung ”piaw” bergerigi. Kebetulan Krisna merupakan nama sandi Presiden Yudhoyono. Rumah pintar yang dibangun Yudhoyono di beberapa permukiman Kostrad, misalnya, dinamai Cakra Cendikia.
Yang barangkali belum diketahui banyak orang, Yudhoyono juga meminta tim Jalan Jambu mengonsep sebuah unit khusus untuk membantu Presiden ”mengawasi” kerja para menteri. Sementara mereka menyebutnya President’s Delivery Unit. ”Inginnya mirip Prime Minister’s Delivery Unit di Inggris,” sumber Tempo bercerita.
Unit ini akan menyediakan ”hotline” bagi masyarakat yang ingin mengadukan soal pembangunan. Untuk menilai kinerja para menteri, Kuntoro dan timnya sudah merancang sebuah key performance indicator.
Sebetulnya Yudhoyono pernah membentuk tim serupa pada 2006, dengan nama Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi atawa UKP3R. Tapi, karena ditolak Wakil Presiden Jusuf Kalla, wewenang tim pimpinan Marsillam Simandjuntak itu jadi tak jelas. Masa tugas tim ini berakhir pada September lalu.
”Itu ide lama waktu saya masih di KPK,” kata Erry Riyana, yang pernah diajak Kuntoro membicarakan rencana pembentukan tim ini. UKP3R, menurut Erry, muncul dari diskusi dia dengan Boediono dan Marsillam kala itu.
Belajar dari nasib ”buruk” UKP3R, kini tim Jalan Jambu meminta Yudhoyono mengumumkan keberadaan Delivery Unit bersamaan dengan deklarasi kabinet. ”Agar kewenangannya jelas,” kata sumber Tempo. ”Ada juga wacana menjadikannya kementerian nondepartemen, Menteri Negara Pengendali Pembangunan, tapi itu cuma dibahas bertiga antara Presiden, Boediono, dan Kuntoro.”
Mula-mula digosipkan, Delivery Unit akan dipimpin Erry Riyana. Belakangan, menurut sumber Tempo, Yudhoyono berubah pikiran. Dia ingin menempatkan Kuntoro di sana, tak jadi di pos Menteri Koordinator Perekonomian. Unit ini akan menempati bekas kantor UKP3R di Bina Graha.
Rabu sore pekan lalu, menurut sumber Tempo, beberapa jam sebelum Yudhoyono membuat pernyataan tentang kabinet di Cikeas, Kuntoro telah menyerahkan draf terakhir program prioritas yang mereka susun. ”Sekarang tidak ada lagi kegiatan. Paling Pak Kuntoro dan anak buahnya,” kata sumber Tempo. Lagi pula, Fox Indonesia—konsultan politik Yudhoyono-Boediono—cuma menyewa rumah itu hingga akhir Oktober.
Philipus Parera
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo