Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=1 color=#FF9900>MUNAS PARTAI GOLKAR</font><br />Opor Kaki di Arena Munas

Politik uang mewarnai Musyawarah Nasional Partai Golkar. Sebuah kisah yang tercecer.

19 Oktober 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAYANGAN berjudul ”Idealisme yang Terkalahkan” itu muncul di Metro TV, Kamis pekan lalu. Isinya curahan hati Surya Paloh, pemilik Metro sekaligus kandidat Ketua Umum Golkar yang tersingkir dalam musyawarah nasional partai itu di Pekanbaru, Riau, sepekan sebelumnya.

Surya menyatakan tidak ingin jadi pengurus Golkar. Terhadap Golkar, ”Saat ini posisi saya paling tinggi: posisi ikatan batin,” katanya. Dalam pemilihan ketua umum partai yang riuh, Surya mendapat 239 suara—tertinggal beberapa puluh poin dari Aburizal Bakrie, yang mendapat 297.

Semula Surya hakul yakin bakal menang. Saat masuk sidang paripurna, ia merasa sudah mengantongi 279 suara—lebih dari 50 persen suara yang diperebutkan. Nyatanya, dalam sesi voting, suaranya melorot.

Pertarungan sengit terjadi. Kedua kubu berusaha keras mempengaruhi pemilih—yang umumnya adalah pengurus Golkar tingkat kabupaten/kota. Politik uang lalu dimainkan.

Kepada Tempo, misalnya, seorang pengurus Golkar provinsi mengaku menyaksikan 10 pengurus partai kota/kabupaten meneken perjanjian mendukung Surya Paloh. Sumpah itu ditulis di atas dua lembar kertas bermeterai Rp 6.000.

Ada tiga poin perjanjian: bersedia mendukung Surya, bersedia dukungannya dipublikasikan, dan akan hadir dalam rapat pleno pemilihan ketua umum. Setelah mereka meneken, uang dalam amplop cokelat besar dikeluarkan. Isinya dolar Amerika Serikat dan Singapura. ”Semua fresh money,” kata sumber itu.

Dalam musyawarah Pekanbaru itu, uang dibayar di muka dan tunai. ”Tidak dikenal pembayaran di belakang,” katanya. Pengurus partai provinsi mendapat uang Rp 1 miliar. Pembayaran belakang hanya diberikan sebagai bonus jika si kandidat ternyata memang menang.

Ketua Golkar Sulawesi Selatan dan pendukung Surya Paloh, Ilham Arif Sirajuddin, tak menampik soal suap itu. Menurut Ilham, uang yang diberikan adalah sumbangan operasional pengurus Golkar kota/kabupaten. Uang itu, menurut Ilham, dipakai untuk biaya penyelenggaraan musyawarah daerah. ”Itu bukan politik uang, karena tidak untuk masuk saku sendiri,” katanya.

Kubu Ical, begitu Aburizal biasa disapa, dari keterangan beberapa sumber, melakukan gerilya serupa. Pendukung pemilik kelompok usaha Bakrie itu, misalnya, juga diminta meneken surat dukungan. Kompensasinya: fresh money.

Selain memperoleh dolar, penyokong Ical mendapat cek perjalanan. Besarnya bervariasi, tergantung perolehan suara Golkar di daerah itu dalam pemilu legislatif lalu. Golkar daerah yang telah menetapkan dukungan untuk Surya Paloh, sehingga harus dirayu agar membangkang, mendapat jatah lebih besar. Besarnya Rp 250 juta hingga Rp 300 juta.

Pemandangan umum juga ada harganya. Pengurus Golkar provinsi yang secara terbuka menyatakan dukungannya—baik kepada Ical maupun Surya Paloh—mendapat tambahan Rp 50 juta. Argometer bakal naik jika mereka bikin konferensi pers. ”Pokoknya, semua ada harganya,” kata sumber tadi.

Tak sedikit cerita muncul tentang pengurus yang bermain di dua kubu. Istilahnya: opor kaki, oportunis kanan-kiri. Mereka menerima uang dari Surya Paloh tapi juga tak menutup kantong kepada kubu Ical.

Anak buah Surya diberitakan kini sedang ”mengejar” seorang pengurus yang membangkang. Tak jelas bagaimana akhir kisah perburuan itu. Untuk soal ini Aryadi Ahmad, anggota tim sukses Surya, hanya berkata pendek. ”Semua sudah kami anggap selesai,” katanya. Adapun pendukung Ical menyangkal bosnya menang karena uang. ”Kami menang karena punya kesamaan visi dengan pengurus partai di daerah,” kata Sharif Cicip Sutardjo, ketua tim sukses Aburizal Bakrie.

Sunudyantoro (Jakarta), Irmawati (Makassar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus