Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Suluk di Aceh biasanya dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu bulan haji, Rabiul Awal, serta Ramadan.
Suluk diikuti laki-laki dan perempuan, biasanya dilakukan dalam kurun waktu 10-40 hari.
Jemaah Suluk dilarang mengkonsumsi sesuatu yang bernyawa atau berdarah, seperti daging dan ikan.
Allah.....Allah.....Allah......
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUARA zikir jemaah suluk bergema seusai salat zuhur di Masjid Bustanul Arifin, Kompleks Dayah Serambi Mekkah, Desa Blang Beurandang, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh, Aceh Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suluk adalah kegiatan berzikir secara terus-menerus, meninggalkan pikiran dan perbuatan duniawi hanya untuk mendekatkan diri dan memperoleh keridaan Allah SWT. Aktivitas zikir ini merupakan pengajian ilmu dari Tarekat Naqsyabandiyah.
Jemaah suluk bertasbih saat mengikuti zikir di Masjid Bustanul Arifin, Kompleks Dayah Serambi Mekkah, Meulaboh, Aceh Barat. ANTARA/Syifa Yulinnas
Suluk lazim dilaksanakan pada bulan Ramadan. Namun di Aceh biasanya dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, yaitu bulan haji atau Zulhijah, Rabiul Awal, serta bulan suci Ramadan. Kegiatan ini diikuti oleh jemaah laki-laki dan perempuan berusia 17-74 tahun.
Jemaah suluk Ramadan biasanya menutupi kepala dengan kain selendang, sorban, dan mukena untuk tawajuh zikir ismu zat fi qalbi atau berzikir dalam hati. Itu dilakukan agar menciptakan suasana yang lebih khusyuk dan tidak tergoda pandangannya.
Jemaah suluk menutupi kepalanya dengan selendang dan surban saat mengikuti zikir di Masjid Bustanul Arifin, Kompleks Dayah Serambi Mekkah, Meulaboh, Aceh Barat. ANTARA/Syifa Yulinnas
Mereka juga menutup mata, tapi membuka mata hati. Inilah jalan sunyi untuk menyucikan jiwa dalam menghadap Sang Pencipta. Saat melaksanakan tawajuh, tangan jemaah tak berhenti memutar tasbih sambil melafalkan doa dan puja-puji. Bahkan ada pula yang menangis saat mengingat akan kematian dan dosa-dosa.
Tradisi suluk, meski terkesan sangat eksklusif, biasanya dilakukan dalam kurun waktu 10-40 hari. Jemaah yang mengikuti suluk ini umumnya berasal dari berbagai daerah. Mereka tidak diperbolehkan pulang atau keluar dari pekarangan pesantren (tempat suluk) sampai kegiatan selesai hingga waktu yang telah ditentukan.
Jemaah suluk menutupi kepala dengan selendang dan surban saat mengikuti zikir di Masjid Bustanul Arifin, Kompleks Dayah Serambi Mekkah, Meulaboh, Aceh Barat. ANTARA/Syifa Yulinnas
Suluk biasanya dipimpin oleh tiga orang khalifah yang duduk berhadapan dengan jemaah menghadap kiblat. Mereka melakukan tawajuh sebanyak empat kali dalam sehari, yaitu setelah salat subuh, zuhur, asar, dan seusai salat tarawih.
Setelah melakukan suluk, jemaah tinggal dan berdiam diri di dalam sebuah kelambu berukuran 2 x 1 meter. Kelambu itu berada di dalam pekarangan di luar masjid ataupun di ruang kelas santri serta balai pengajian di dayah.
Jemaah suluk berada di dekat gantungan kelambu setelah mengikuti zikir di Masjid Bustanul Arifin, Kompleks Dayah Serambi Mekkah, Meulaboh, Aceh Barat. ANTARA/Syifa Yulinnas
Para anggota jemaah suluk dilarang mengkonsumsi sesuatu yang bernyawa atau berdarah, seperti daging dan ikan. Mereka juga pantang mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak, seperti susu, telur, dan udang (protein hewani). Hal itu bertujuan agar terhindar dari nafsu duniawi dan syahwat.
Jemaah suluk keluar dari Masjid Bustanul Arifin, Kompleks Dayah Serambi Mekkah, setelah mengikuti zikir di Aceh Barat. ANTARA/Syifa Yulinnas
Mereka hanya dianjurkan memakan makanan yang mengandung protein nabati, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Dengan demikian, mereka tidak mudah tertidur dan hatinya lebih khusyuk dalam mengingat Sang Pencipta.
Jemaah suluk keluar dari Masjid Bustanul Arifin, Kompleks Dayah Serambi Mekkah, setelah mengikuti zikir di Aceh Barat. ANTARA/Syifa Yulinnas
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Foto dan keterangan foto oleh Syifa Yulinnas dari Kantor Berita Antara