THE JAPANESE CONSPIRACY: THE PLOT TO DOMINATE INDUSTRY WORLDWIDE - AND HOW TO DEAL WITH IT Oleh: Martm J. Wolf Penerbit: Empire Books, New York, 1983, 336 halaman BUKU The Japanese Conspiracy dengan subjudul The Plot to Dominate Industry Worldwide-and how to deal with it harus dibaca setiap orang yang berhubungan dengan orang Jepang - khususnya di bidang ekonomi, perdagangan, dan industri. Hal ini disebabkan karena penulis tidak hanya menceritakan success story Jepang, tapi, terutama, menyoroti kasak-kusuk pengusahanya serta liku-liku yang ditempuh untuk mencapai tujuan, yaitu membangun kembali Jepang dari puing-puing Perang Dunia II. Bab-bab yang berjudul "MITI, the Bike Races and the Great Machine Tool Debacle", "Deluge at Silicon Valley", "Targets for Tomorrow", dan lainnya memikat kita seperti membaca roman kriminal yang penuh siasat, intrik, dan tipu muslihat. Kendati demikian, saya masih menyangsikan tema utama buku ini, yaitu terdapatnya suatu conspiracy untuk menguasai industri dunia yang diotaki oleh MITI. Hal ini tidak bisa tidak mengingatkan kita kepada tuduhan sebelum Perang Dunia II, yang mengatakan terdapatnya conspiracy kaum militer-fasis Jepang untuk menguasai dunia. Secara kongkret diberitakan bahwa ini diekspresikan oleh Memorandum Tanaka yang sampai sekarang ternyata belum ditemukan. Tapi eksistensi memorandum itu sebagai rencana induk (master plan) ekspansionisme Jepang sebelum Perang Dunia II tidak disangsikan. Menurut berita, yang tersiar waktu itu, memorandum ini menguraikan tesis bahwa "Jepang harus menguasai Manchuria (sekarang Tiongkok Timur Laut) untuk dapat menguasai Tiongkok, hal yang merupakan syarat mutlak untuk menguasai dunia." Hal kedua yang juga menimbulkan tanda tanya pada saya adalah sampai di mana Wolf, dengan latar belakang kebudayaan Amerika yang terus terang dan langsung (direct culture seperti kebudayaan Batak), betul-betul mengerti kebudayaan Jepang yang halus dan tidak langsung (indirect culture seperti kebudayaan Jawa). Hal ini perlu dikemukakan karena tafsiran Wolf mengenai sifat, etika, dan nilai-nilai Jepang tertentu, yang disinggung dalam bab "Green Tea and Dirty Tricks" dan "The Japanese Ethic", kadangkadang tidak saja agak sinis, melainkan juga negatif. Dalam bab-bab itu dikemukakan bahwa kebiasaan minum teh datang dari Tiongkok. Sedangkan mengadakan sidang strategi (strategy sessions) di hotel mewah sesuai dengan status pesertanya mengingatkan saya pada sidang yang biasa diadakan oleh pengusaha atau pemimpin - termasuk pemimpin Mafia - di Amerika Serikat dan di negara lain. Dalam membaca buku ini kita sekali-kali tidak boleh melupakan suasana dunia (eitgeist) yang melahirkannya, yaitu suasana dunia yang menyaksikan AS merasa terpojok. Antara lain oleh keberhasilan Jepang dan rasa kesal terhadap sekutu-sekutunya, yang telah dibantu secara besar-besaran di masa lalu, tapi sekarang segan ikut memikul beban AS mempertahankan "Dunia Bebas". Sikap penulis membayangkan sikap kritis AS terhadap Jepang. Penulis Marvin J. Wolf adalah anggota American Society of Journalists and Authors yang pernah berdinas di tentara AS di Korea dan Vietnam, hidup selama beberapa tahun di Asia Timur, dan banyak menulis dalam surat kabar dan majalah, termasuk Japan Times dan Asia Magazine. Dengan perkataan lain, penulis adalah seorang Asta atcher ini tidak otomatis identik dengan Asia scholar - yang ikut menentukan citra Asia dalam media massa Barat, yang sampai sekarang menentukan pendapat umum dunia. Lie Tek Tjeng Peneliti Ahli LRKN-LIPI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini