Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Film Two Popes mempertemukan karakter dua paus yang bertentangan.
Benediktus yang dianggap konservatif melawan Bergoglio yang liberal.
Perdebatan panjang tapi tak membosankan terjadi hampir di sepanjang film.
Yesus tidak membangun tembok.…
DIIRINGI senandung Litani Para Kudus, para kardinal dengan biretta merah di atas kepalanya menaiki anak-anak tangga kokoh di Istana Paus. Ke Kapel Sistina mereka menuju. Hari itu, melalui sidang konklaf, mereka memilih paus baru setelah Yohanes Paulus II mangkat. Lewat voting yang alot dan berbagai lobi, sidang akhirnya memutuskan mantan Ketua Dewan Kepausan untuk Doktrin Iman, Kardinal Joseph Ratzinger, asal Jerman, sebagai pemegang Takhta Suci.
Dari sinilah semua konflik dalam film The Two Popes dimulai. Film garapan sutradara Fernando Meirelles ini menunjukkan Gereja Katolik ketika itu berada di persimpangan jalan: mereformasi diri atau mempertahankan tradisi. Kritik kencang mewarnai penunjukan Ratzinger, yang memilih nama paus “Benediktus XVI”.
The Two Popes, yang disiarkan di Netflix dan bioskop, bukanlah film rohani, kecuali bagi mereka yang menganggapnya demikian. Litani Para Kudus pada babak awal mungkin menjadi satu-satunya lagu religius. Justru mars antifasis Bella Ciao yang terdengar sedikit lebih lama. Meski sarat dengan simbol kekatolikan, film ini justru sedikit-banyak menelanjangi institusi dengan pagar tinggi berduri bernama agama. Dengan latar belakang Kota Vatikan, film ini menunjukkan berbagai pergulatan soal skandal di balik tembok gereja dan keresahan terhadap eksistensi agama di tengah zaman yang bergerak cepat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo