Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bourne Ultimatum Sutradara: Paul Greengrass Skenario: Tony Gilroy dan Robert Ludlum Pemain: Matt Damon, Julia Stiles, David Strathairn Produksi: Universal Pictures 2007
Sebuah artikel di The Guardian mencuri perhatian Jason Bourne (Matt Damon). Surat kabar Inggris itu menulis tentang Bourne dan operasi CIA
bernama Blackbriar. Setitik harapan tumbuh: sang wartawan bisa membantu Bourne menyibak identitas dirinya yang hilang.
Maka, Bourne pun merancang pertemuan dengan sang wartawan, Simon Ross (Paddy Considine) di Stasiun Waterloo, London. Markas Besar CIA di Langley, Amerika Serikat—yang selalu memindai pembicaraan telepon Bourne—tak mau kalah langkah. Mereka ingin lebih dulu mencokok Ross... untuk dibunuh!
Kematian Ross memaksa Bourne kembali mengarungi separuh bagian dunia untuk menguak masa lalunya sebagai agen. Ia pun menyusuri Tangier di Afrika, lalu Madrid, Paris, London dan Moskow di Eropa hingga berakhir di New York City, Amerika. Dalam perjalanan memburu para narasumber ini, Bourne juga harus berkelit dari CIA. Mereka bernafsu menghabisi Bourne agar dia bungkam soal operasi rahasia Blackbriar.
Memang, adegan laga dan perpindahan gambar yang begitu cepat bisa melelahkan. Untunglah, mata penonton tetap bisa terhibur dengan keindahan kota-kota yang didatangi Bourne. Hiburan lain dalam film ini adalah peralatan canggih yang dipakai CIA untuk menerobos dunia. Para bos CIA cukup berdiri di belakang layar besar dan semua informasi tentang buruan mereka segera tersaji.
Sebagai sebuah film Bourne Ultimatum memang tak mengecewakan. Meskipun bernapas sama dengan dua sekuel terdahulunya, film ketiga ini tetaplah menarik untuk ditonton. Pencarian panjang yang menelan korban jiwa, termasuk kekasih Bourne, Marie yang dibunuh CIA di India, tak sia-sia. Ia menyuguhkan akhir yang ”bahagia”: Bourne menemukan identitas aslinya dan musuh-musuhnya tertembak atau dipenjara.
Sejak pertama diputar awal Agustus lalu, film ini segera saja menjadi box office di Amerika Serikat dengan The Simpsons Movie yang bersaing.
Namun, pembaca trilogi Bourne karya Robert Ludlum harus bersiap-siap kecewa karena film ini tak cuma menyeleweng dari novel aslinya, tapi juga mengembangkan akhir ceritanya sendiri. Seperti dua film terdahulu—Bourne Identity dan Bourne Supremacy—film sekuel ketiga ini hanya meminjam judul dan karakter utama dari buku laris Ludlum itu. Selebihnya bukan hanya hasil modifikasi, tapi menyimpang sama sekali.
Apa yang tersaji dalam film ketiga ini sebetulnya bagian dari buku kedua, Bourne Supremacy. Di buku ketiga, Bourne sudah memulai hidup baru dengan identitas aslinya dan mengajar dengan tenteram di sebuah universitas. Ia terpaksa kembali ke ”medan perang” tatkala musuh abadinya muncul lagi dan masih menginginkan kematian Bourne.
Musuh utama Bourne dalam film dan buku juga berbeda. Dalam film, CIA muncul sebagai pihak antagonis. Agen rahasia Amerika Serikat ini digambarkan begitu keji mengubah seorang Bourne (kalau benar itu nama aslinya) menjadi mesin pembunuh. Ketika si mesin gagal beroperasi, ia berbalik menjadi buruan untuk dihabisi. Dalam novel Ludlum, musuh utama Bourne adalah Carlos The Jackall, mantan agen KGB, dinas rahasia Rusia. Orang-orang di dalam CIA adalah ”musuh pendukung” saja.
Dalam hidupnya, Jackall hanya punya dua cita-cita: membunuh Bourne yang dianggap pesaing terbesarnya dalam dunia agen rahasia dan menghancurkan fasilitas pelatihan rahasia KGB, Novgorod. Persaingan antara CIA dan KGB yang tergambar dengan detail dan menegangkan dalam novel spionase Ludlum menguap di layar lebar.
Andari Karina Anom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo