Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
She came to me one morning
One Lonely Sunday morning.
Her long hair flowing
Of a new day dawning…
Saat Bernie Shaw melantunkan Lady in Black sebagai pamungkas pertunjukan Uriap Heep, maka 700an penonton yang minggu lalu ”memadati” Tennis Indoor, Senayan, seolah ”katarsis” bersama. Dari awal sampai akhir mereka tak menyangka grup rock yang berjaya pada 1970an itu masih bertenaga. Karismatis!
”Di luar dugaan, luar biasa,” kata Gatot Widianto, 45 tahun, seorang konsultan. Gatot yang sempat menonton pertunjukan Uriah Heep di Bandung pada 1984 menilai pertunjukan di Jakarta ini jauh lebih menggigit. Pada 1984 itu, dengan formasi Mike Box (gitar), Lee Kerslake (drum), John Sinclair (kibor), Trevor Bolder (bas), Pete Golby (vokal), Uriah datang ke Bandung. ”Vokal Pete Golby saat itu sangat biasa,” kenang Gatot. Semenjak 1986, Bernie Shaw menempati posisi vokalis dan pemain kibor adalah Phil Lanzon. Formasi ini tak berubah sampai sekarang.
Karakter suara Bernie Shaw yang sepanjang pertunjukan tetap bertenaga menggapai nadanada tinggi memang patut dipuji. Apalagi bila dibandingkan dengan Ahmad Albar yang bersama God Bless menjadi band pembuka. Saat Albar menyanyikan Huma di Atas Bukit yang liriknya ditulis oleh almarhum Syumanjaya itu memang masih mengasyikkan. Namun, setelah itu staminanya melorot.
Heep muncul dan langsung menggebrak. Koor Mike Box dan Trevor Bolder yang mengapit Bernie juga jernih. Terusmenerus mereka mengusung lagu tanpa istirahat. ”Kalian semua kan berumur 24,” Bernie bercanda, memberi semangat kepada penonton. Penonton bagian VIP yang semula duduk di kursi langsung berdiri.
Uriah Heep, nama itu diambil dari nama seorang bajingan kecil berperawakan kurus dan bertulang menonjol dengan mata selalu merah dalam novel Charles Dickens, David Copperfield. Heep dibentuk pada musim semi 1969 oleh Mike Box. Formasi pertama adalah Kein Hensley, David Byron, Mike Box, David Byron, dan Alex Napier. Setelah itu, terjadi bongkar pasangan. BoxByronHensley dianggap sebagai motor utama. Box kini adalah satusatunya pendiri yang bertahan yang tampaknya ingin sampai titik darah penghabisan.
Malam itu, Box terlihat sedikit gemuk, rambut tetap panjang. Ia masih memakai gitar berkabel, bukan nirkabel. Tampak seorang kru di belakang panggung mengulur kabel ke arah mana Mike bergerak. Berulang kali Box dengan tangan kanan memberi abaaba seperti konduktor, sementara tangan kirinya memainkan gitar menampilkan suarasuara distorsi yang aneh. Padahal, efek bunyi yang dipakai adalah wah wah... pedal gitar standar.
Gagah. Garang, tapi bisa lembut. Gebukan drum Lee Kerslake stabil. Cabikan ”bas berjalan” Trevor Bolder—ia bergabung dengan Uriah Heep pada 1976—terdengar dinamis. Tak ada nomor solo panjang kibor atau gitar seperti yang dilakukan Don Airey atau Steve Morse saat Deep Purple manggung di Jakarta. Tapi Heep solid.
Alur pertunjukan terjaga. Lagulagu Heep terentang dari yang cadas sampai balada lembut. Malam itu, Sun Rise, Gypsi, Wizard, Freedom, Easy Living, Look at Yourself, Sunrise, Free Me, Sweet Lorraine menggempur Jakarta. Saat Rain dilantunkan, terbukti Heep bisa syahdu.
Yang mengagetkan, Heep menyanyikan Between Two Worlds dan A Year or a Day. ”Ini jarang,” kata Gatot. Dua lagu tersebut terdapat dalam album Sonic Origami (1998) dan Return to Fantasy (1975).
Dan inilah yang ditunggutunggu, sebuah lagu ”sakral”: July Morning. Inilah lagu yang mencapai status klasik di dunia rock, sama dengan Stairway to Heaven karya Led Zeppelin atau Child in Time milik Deep Purple. Lagu ciptaan Ken Hensley dan David Byron pada 1971 ini dalam proses studionya dibantu oleh musisi Manfred Mann yang memainkan moog. Aransemen komposisi ini menampilkan suasana pedih yang akbar, misterius, berbau gelap gotik, There I was on July morning… Looking for love... with the strength... of a new day dawning…. Namun, kibor Phil Lanzon malam itu kurang menampilkan sukma July Morning yang membuat merinding.
Bagaimanapun, secara keseluruhan penampilan Heep membuat komunitas MClaro, milis rock, bersemangat memburu Heep setelah pertunjukan. Mereka berkumpul dengan seluruh awak Heep, mulamula di Hotel Nikko, lalu mentraktir makan Heep di Sari Kuring. ”Lee Kerslake menikmati ikan gurame besar, udang, dan makan banyak sambel,” kata Gatot.
Sembari menikmati gurame itu, dalam diskusi, Heep mengaku sebelum ke Indonesia mereka mencari tahu apa lagu mereka yang paling populer di Indonesia. Ternyata, selain July Morning, lagu yang terkenal adalah Come Away Melinda. Ini mengagetkan Heep sendiri, sebab lagu itu tidak begitu populer di Barat. ”Saya juga tanya pada Box, siapa gitaris yang ia kagumi. Ternyata Jeff Beck,” kata Gatot.
Sebagai band pembuka, sebelum pamit dari panggung, Ahmad Albar melontarkan guyonan ke penonton. ”Selamat menyaksikan Hip Hip Hurah,” serunya sembari melambaikan tangan. Ternyata Uriah Heep lebih dari sekadar nostalgia.
Seno Joko Suyono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo