WADUK Kedungombo berkibar, Waduk Xingu, di Brasil, pun berkobar. Masalahnya hampir serupa. Sang waduk sama-sama melalap permukiman penduduk. Hanya saja, rencana pembangunan Waduk Kedungombo tidak ada yang memprotes, sedang rencana pembangunan dam Sungai Xingu. Brasil, Amerika Selatan, disoraki bangsa Indian Amazon. Akhir Februari lalu, 400 orang Indian, utusan 14 suku bangsa Indian Amazon, berbondong-bondong ke kota kecil Altamira. Didahului pekik peperangan khas Indian, mereka meminta penjelasan dari pejabat pemerintah. Bagaimana sebenarnya rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kararao yang bernilai 5,8 milyar dolar itu. Kampanye internasional yang menentang pembabatan hutan rimba Brasil telah berlangsung lama. Protes suku Indian itu mendapat dukungan dari ahli antropologi, ekologi, para politikus berbagai negara. Bahkan tak kurang dari Sting -- penyanyi rock dari kelompok The Police -- sempat turun langsung ke hutan Amazon, akhir 1987 lalu. Musikus berbakat yang sudah beberapa kali main film itu telah hidup di tengah suku terasing Indian Xingu, yang dikenal ganas. Ia ikut meneriakkan protes lewat konsernya: agar hutan Brasil tetap lestari. "Ada kekuatan jahat di belakang kampanye internasional, memprotes pemanfaatan alam hutan Amazon. Padahal, kekuatan ekonomi yang besar akan bangkit dari balik belantara itu. Setiap usaha menantangnya berarti menahan kemajuan Brasil," demikian pendapat sebagian besar pimpinan pemerintah Brasil. Titik rawan berada di lembah Xingu. Bila dam Kararao, PLTA kedua terbesar di dunia itu, selesai dibangun, sekitar 6.000 suku Indian akan kehilangan tempat tinggal dan sumber hidup mereka. Air akan menelan hutan perawan -- seperti halnya ribuan hektar yang telah musnah dilantak, untuk tambang dan perkebunan. Sebuah penelitian menyebutkan, belantara perkasa itu akan sirna dalam masa 30 tahun. Aratana, kepala suku Indian Amazon, pernah mengeluh pada Sting, dan berpesan, "Mereka hanya membawa penyakit dan kematian. Mereka mencuri hutanku. Mereka ingin merusak semua ini. Kami hanya ingin tinggal di sini. Seperti nenek moyang kami. Kami ingin mewariskan hutan-hutan, sumber kehidupan ini, untuk anak-cucu kami."Burhan Piliang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini