Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Yang Bergumam Dan Yang Liris

Pameran bersama Suatmadji & Syaiful Adnan di TIM, menampilkan seni rupa baru dan kaligrafi arab. Seni lukis kaligrafi terasa mulai mendapat angin. Suatmaji patut mendapat pujian.

9 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA titik tolak yang jauh berbeda kelihatan di Ruang Pameran Taman Ismail Marzuki, dua minggu di pertengahan puasa ini. Sejumlah karya--oleh Suatmadji-mencoba bergaya pop dan memberi komentar sosial. Sejumlah yang lain, karyua Syaiful Adnan, bertolak dari kaligrafi Arab. Dua gaya itu sama-sama lagi populer di kalangan senirupawan muda kita. Yang satu diresmikan oleh kelompok Seni Rupa Baru (yang sudah bubar). Sedang model kaligrafi dipopulerkan oleh sejumlah nama, antara lain A.D. Pirous, Sadali, Amri Yahya, dan juga dengan diselenggarakannya pameran kaligrafi tradisional Cirebon beberapa tahun lewat oleh Dewan Kesenian Jakarta. "Saya ingin membuat poster untul almarhum pelawak Basijo," kata Suatmadji, 28 tahun, lulusan Sekolah Tinggi Senirupa Indonesia Asri, Yogya. Sebuah bidang berlatar kuning, yang dihias dengan sejumlah tulisan "exclusif", lalu gambar wajah Basijo berukuran kecil ditempel, ada juga gambar wajah ketawa dan orang naik kuda. "Saya ingin menampilkan segala macam kegiatan wanita," katanya pula. Itu merupakan penjelasan sebuah karyanya, merupakan gambar kepala seorang cewek yang dipadu sejumlah tempelan gambar wanita dengan berbagai macam aksi. Suatmadji memang patut dipuji dalam soal menggambarnya, juga teknik kolasenya. Semua unsur senirupa yang dihadirkan pada bidang gambarnya menyatu, menjelma menjadi elemen senirupa, bukan lagi materi. Karya-karyanya memberi kesan warna segar yang berpadu dengan kelam. Tiga bayangan lelaki berseragam, hitam, dengan pas diseruak oleh warna biru dan kuning yang membentuk sesosok gadis membawa seberkas bunga. Itu kalau dianggap semua unsur yang ada di bidang gambarnya sebagai unsur non-figuratif. Masalahnya kemudian, perpaduan itu ternyata tak berbicara -- cuma bergumam. Itulah mengapa dibutuhkan penjelasan: ini poster Basijo (pelawak Yogya terkenal yang sudah almarhum), atau ini gambar kegiatan wanita yang aneh-aneh. Sebuah Pesta Hubungan antara figur satu dan lainnya dengan bentuk berbeda--gambar bangunan, misalnya, tau hanya sesapu warna -- tak memberi satu imaji. Tiga bayangan hitam dan gadis, Basijo dan "eksklusif", satu bayangan hitam dan gedung pencakar langit, tak berada dalam satu bahasa. Bak sebuah kalimat rerdiri dari sejumlah kata yang tak membentuk arti. Ini bisa lebih jelas bila dibanding senilukis kaligrafi Syaiful Adnan, 23 tahun, yang masih mahasiswa STSRI Asri. Sudah barang tentu hanya yang paham tulisan Arab bisa membacanya. Tapi mereka yang tak tahu pun masih bisa menangkap sesuatu dari situ. Dan orang tak mencoba bertanya-tanya karena sudah jelas bahwa itu memang ayat atau lafal-lafal. Ada suasana musikal yang amat dominan pada karya Syaiful. Ada suasana ungkapan rasa syukur: sebuah pesta setelah berupaya. Dan berbeda dari senilukis kaligrafi Sadali atau Pirous, pelukis kelahiran Solok, Sumatera Barat ini benar-benar menggarap sepenuh bidang--tak hanya memfokuskan pada kaligrafinya. Ia tak hanya menggarap huruf, tapi keseluruhannya. Yang muncul pertama adalah suasana. Ini kaligrafi liris, dan bukan figuratif. Surat Al-Baqarah 285, bersuasana biru muda, bertulisan merah dan sejumlah coret-coret garis yang menyerupai huruf Arab, yang dengan latar dan tulisan ayat tersebut membentuk satu mood. Sementara Surat Yunus 44 bersuasana umum, tapi meyakinkan dengan warna oker dan coklatnya "Sesungguhnya Aku tak berlaku zalim kepada siapa juga, melainkan orang-orang itulah yang menzalimi diri sendiri." Syaiful masuk Sekolah Seni Rupa Indonesia di Padang, lulus 1975 dan 1977 ia memang berniat mencipta lukisan bertolak dari kaligrafi Quran. Sebuah lagi gaya senilukis ayat suci. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus