Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Dan berkatalah khomeini

Diterjemahkan: oleh harold j. salemson editor: tony hendro new york: bantam, 1980 resensi oleh: abdurrahman wahid. (bk)

9 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYINGS OF THE AYATOLLAH KHOMEINI Translated into English by Harold J. Salemson, edited by Tony Hendra and given a special introduction by Clive Irving New York, Banfam Books, 1980, xviii 126 halaman Buku ini adalah kumpulan ucapan Ayatullah Ruhollah Khomeini yang semula tersebar dalam tiga karya bahasa Persia, semula diedit dalam bahasa Prancis dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam edisi buku saku Bantam bersampul hijau ini. Dibagi dalam dua bagian utama, yaitu bagian yang memuat ucapan politis dan filosofis di bagian pertama, dan ucapan tentang masalah-masalah sosial dan keagamaan, keseluruhan buku irii berisi 22 bab dan sebuah bab tambahan (addenda). Dalam bagian kedua tentang masalah-masalah keagamaan dan sosial, dapat dijumpai bab-bab yang secara terperinci membahas berbagai masalah peribadatan, dari bab tentang cara buang air (bab 9) hingga pengaturan jenazah (bab 21) dan perpajakan (bab 22). Seperti bab-bab dalam buku fiqh yang umum dibaca di pesantren kita. Bagian pertama memuat pandanganpandangan Khomeini tentang negara, kepemimpinan negara, keadilan Islam, kolonialisme, ideologi dan kekuasaan kaum agamawan (the rule of the elergy). Membaca kumpulan ucapan Khomeini ini segera pikiran kita terpana oleh dua hal utama yang menjadi tema dominan di dalamnya kesadaran sosialnya yang kuat dan kekakuannya dalam pandangan formalnya tentang Islam. Ia mengerti benar-benar betapa pentingnya arti propaganda dalam perjuangan merebut kekuasaan, solidaritas politik dan penyusunan kekuatan secara optimal. Khomeini mengungkapkan dengan tepat ucapan yang dapat menarik solidaritas sosial mereka yang menentang kezaliman mendian bekas Syah Reza Pahlevi, dengan ucapan-ucapan seperti: "Islam adalah agama mereka yang berjuang bagi kebenaran dan keadilan, dan mereka yang damba kepada kebebasan dan kemerdekaan" (h. 3). Atau "Walaupun tak memiliki kekuatan unttlk menghadapi korupsi, janganlah kalian berdiam diri saja. Kalau mereka memukul kepala kalian, paling tidak ajukanlah protes! Menyerah kepada penindasan justru lebih tidak bermoral dari penindasan ini sendiri!" (h. 4). Juga ucapan seperti "para pemimpin negeri kita telah begitu jauh terpengaruh oleh pihak Barat, hingga merek mengatur waktu standar negeri merek saja dengan ukuran waktu Eropa, waktu (MT. Sungguh impian mengerikan!" (h. 11). Khomeini memiliki keyakinan teguh kepada kekuasaan para agamwan dalam sebuah negara yang sehari hanya diatur secara Islam. Ini tampak jelas dari formulasinya akan Republik Islam yang dicita-citakannya. Ucapan seperti "Cobalah kita renungkan--kelompok agamawan yang berpolitik! Mengapa tidak? Rasulullah adalah seorang politikus! " (h. 17) menunjuk kan keyakinan yang teguh bahwa agama thlak dapat dipisahkan dari kekuasaan negara: "Kalau para sultan tunduk kepada Islam, mereka harus tunduk kepada para agamawan, mereka harus memperoleh hukum dan peraturan dari para agamawan itu!" (h. 22). "Jelaskan kepada rakyat bahwa para agamawan tidak akan duduk-duduk di sebuah sudut kota Qum atau Najaf untuk mempelajari hal-hal tidak berarti seperti aturan tentang wanita yang menstruasi, dan memisahkan diri mereka dari politik, hanya karena pendapat politik harus dipisahkan dari agama!" (h. 23). Karena sebab di ataslah Khomeini lalu menunjuk kepada peranan menentukan dari para agamawan dalam kehidupan bernegara sebagai penjaga kemurnian filsafatnya, keadilan (menurut ersi Islam), perundang-undangannya dan ketegasan pembedaannya antara. uana yang benar dan mana yang salah. Sebotol Tinta Tetapi ironisnya justru penegakan hukum dalam 'Republik Islam' itu diungkapkan Khomeini secara sangat simplistik. "Yang diperlukan hanyalah seorang hakim Islam, dengan pena dan sebotol tinta serta dua petugas pelaksana hukuman. Hakim itu akan menyelesaikan dan memberikan keputusan hukum atas duapuluh perkara setiap harinya. Lihat betapa mahalnya biaya dalam waktu dan ongkos perkara di masyarakat Barat dewasa ini dalam keseluruhan prosedur hukum yang melingkari sebuah keputusan!" (h. 30 - 31). Ini sudah tentu merugikan citra hukum Islam itu sendiri dan keadilannya. Pendekatan simplistik ini juga dapat dilihat dalam formulasi hukum dan undang-undang yang harus dibuat dalam 'Republik Islam' versi Khomeini ini baik di bidang kenegaraan maupun keagamaan cukup laksanakan secara literer teks yang ada dalam Qur'an, habis perkara! Bagian kedua buku ini seluruhnya memiliki pendekatan simplistik seperti ini, sehingga sudah tentu membingungkan bagi mereka yang sudah terbiasa dengan citra hukum modern yang serba kompleks, baik dalam pembuatan maupun pelaksanaan undang-undang. Justru dalam kaitan antara kesadaran sosialnya yang kuat dan watak simplistik dari keyakinan keagamaannya inilah terletak sekaligus kekuatan dan kelemahan Khomeini sebagai tokoh bersejarah yang memberikan bekasnya sendiri pada kehidupan kita di abad mutakhir ini. Dalam jalinan kedua unsur penting di ataslah terletak daya tarik dan sekaligus rasa kengerian akan betapa 'keras' dan 'kaku'nya masyarakat yang digambarkannya. Sejarahlah yang akan memberikan penilaian terakhir atas arti Khomeini bagi kemanusiaan, agamanya dan banganya. Abdurrahman Wahid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus