Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Yang dua ini boleh yang dua ini boleh

Keenan nasution membuat rekaman kaset di batas angan-angan. meski liriknya kabur, musiknya digarap serius. chrisye menyanyikan 10 lagu dalam rekaman kaset sabda alam. penampilan volak chrisye menonjol. (ms)

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELAKANGAN ini, generasi baru musik pop semburat. Para musisi yang lesu dan kesibukan mereka melayani maunya produser, terancam oleh anak-anak muda seperti Eros Djarot, Guruh, Keenan, Chrisye, Jockie dan sebagainya. Mereka main musik dan mencipta, sambil menulis sendiri lirik-lirik yang mendapat sambutan para remaja. Ada dua buah rekaman kaset yang muncul belakangan ini pantas dibicarakan. Pertama 'Di Batas Angan-angan milik Keenan Nasution, kemudian 'Sabda Alam' milik Chrisye. Keenan, yang kita kenal sebagai anggota Grup Gipsy banyak membantu Guruh dalam rekaman Guruh Gipsy. Kini ia muncul sendiri menulis lagu, main, dan nyanyi. Sementara Chrisye, pemuda kerempeng yang tidak begitu beruntung dengan rekaman pertama berjudul 'Jurang Pemisah' memperbaiki diri. Dibantu Jockie ia menelurkan 'Sabda Alam' yang laris dan lebih maju dari kasetnya pertama. Nggak Ngerti 'Di Batas Angan-angan' dikeluarkan oleh PT Gelora Seni. Di dalamnya ada lagu Nuansa Bening, Jamrud Katulistiwa, Nyanyianmu, Di Batas Angan-angan, Negeriku Cintaku, Kau & Aku, Adikku, Buku Harian, Hujan, Menyala Citra, Mungkin, Jakarta Kusayang, Cakrawala Senja, SuaraNya. Selain penggarapannya serius, rekaman ini memancarkan rasa segar yang manis. Bahasa sudah dijinakkan, sehingga waktu dilagukan tidak terasa lagi menolak, meskipun liriknya kalau diperhatikan sangat kabur. Lirik lagu dikerjakan oleh Rudy Pekerti. "Terus terang, kadang gua sendiri nggak ngerti apa yang hendak dikatakan dengan lirik itu. Halus dan samar-samar memang," kata Keenan kepada TEMPO. "Gua memang nggak menganggap begitu penting lirik. Nggak tahulah perhatian gua nggak ada ke sana." Ia mengaku hanya memiliki dorongan untuk melahirkan suatu karya musik. "Yang penting, seperti kalau orang udah seneng sama lagu (melodi), arti lirik itu tidak jadi soal," ucapnya dengan tenang. Setelah liriknya kabur, untunglah Keenan (25 tahun) yang pernah bermain di Restoran Ramayana di New York bersama Grup Gipsy selama 8 bulan tidak membuat musik yang asal jreng. Musiknya merupakan kombinasi antara jazz, rock dan klasik. Rekaman ini menunjukkan adanya keinginan berekspresi. Dalam lagu Negeriku Cintaku yang dinyanyikan Debby, ada penekanan pada instrumen, tetapi tidak hanya pameran ketrampilan. Meskipun di sini terasa ada pengaruh dari Guruh. 'Di Batas Angan-angan' boleh dianggap sumbangan yang baik dalam musik pop sekarang sebagaimana juga Guruh Gipsy, meskipun kwalitasnya masih berada di bawah rekaman Guruh. Adapun musik Chrisye agak berbeda. 'Sabda Alam', berisi 10 lagu yang dikarang Jockie, Junaidi Salat, Christ & Tommy, Chrisye, dan Guruh. Semuanya dinyanyikan Chrisye. Di sini musik tidak begitu menonjol. Ringan dan manis saja, tidak berpretensi untuk berekspresi. Kaset ini menitik-beratkan tekanan pada penampilan vokal Chrisye yang sedikit cemeng, sentimentil, mesra dan intim -- sesuatu yang kelihatannya cocok sekali dengan selera para muda sekarang. Chrisye setelah mencuat dalam rekaman kaset 'Badai Pasti Berlalu' seperti merubah skor penyanyi pop Indonesia yang selama ini didominir biduanita. Ia kurang berhasil dengan rekaman 'Jurang Pemisah' tetapi dengan lagu-lagu seperti Sabda Alam ia memberikan sesuatu. Caranya menjiwai lagu berbeda dengan penyanyi sebelumnya. Ia berhasil memberi takaran yang pas, sehingga kendatipun suaranya tidak sebagus Broery, ia menampilkan jiwa para muda kini. Ia berhasil menahan diri sehingga lagu-lagu seperti menggumul tapi tidak membosankan didengar berkali-kali. Chrisye (28 tahun) anak bungsu dari 2 bersaudara keluarga L. Rahadi, semula adalah penyanyi utama dan pemegang bas Grup Gipsy. Satu ketika Panitia Lomba Lagu Remaja Prambors menghubunginya untuk menyanyikan lagu Lilin-lilin Kecil James Sunda yang diaransir Jockie. Chrisye yang sebenarnya hanya menggantikan Keenan yang urung dipakai, tak disangka mencuat dengan lagu tersebut. Padahal tahun 1975, bersama Jockie, Chrisye sebenarnya sudah membuat Jurang Yemisa. Setelah Lilin-lilin Kecil meledak, rekaman itu baru dikeluarkan. Tapi karena teknik rekaman kurang dan lagu-lagu agak berat untuk ukuran pop, kaset itu seret lakunya. Chrisye punya harapan sekarang. "Saya ingin kelak setiap orang meskipun hanya mendengar sekilas, langsung bisa menebak, o itu lagunya Chrisye," katanya kepada TEMPO. Setelah kaset 'Badai Pasti Berlalu" beredar, ia menerima surat sedikitnya 50 buah sehari. Semuanya meminta agar mempertahankan corak musiknya. Chrisye setuju. Tapi bicara soal musik sebagai hari depan, kelihatannya ia takut. "Publik yang setia pada penyanyi di Indonesia tidak ada," ujarnya. "Kalau sudah tidak populer karena tidak mengadakan pembaruan, orang cepat melupakan. Kagak bakalan ada yang mengenalnya lagi. Publik memang kejam ! "

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus