BELAKANGAN ini, generasi baru musik pop semburat. Para musisi
yang lesu dan kesibukan mereka melayani maunya produser,
terancam oleh anak-anak muda seperti Eros Djarot, Guruh, Keenan,
Chrisye, Jockie dan sebagainya. Mereka main musik dan mencipta,
sambil menulis sendiri lirik-lirik yang mendapat sambutan para
remaja.
Ada dua buah rekaman kaset yang muncul belakangan ini pantas
dibicarakan. Pertama 'Di Batas Angan-angan milik Keenan
Nasution, kemudian 'Sabda Alam' milik Chrisye. Keenan, yang
kita kenal sebagai anggota Grup Gipsy banyak membantu Guruh
dalam rekaman Guruh Gipsy. Kini ia muncul sendiri menulis lagu,
main, dan nyanyi. Sementara Chrisye, pemuda kerempeng yang
tidak begitu beruntung dengan rekaman pertama berjudul 'Jurang
Pemisah' memperbaiki diri. Dibantu Jockie ia menelurkan 'Sabda
Alam' yang laris dan lebih maju dari kasetnya pertama.
Nggak Ngerti
'Di Batas Angan-angan' dikeluarkan oleh PT Gelora Seni. Di
dalamnya ada lagu Nuansa Bening, Jamrud Katulistiwa,
Nyanyianmu, Di Batas Angan-angan, Negeriku Cintaku, Kau & Aku,
Adikku, Buku Harian, Hujan, Menyala Citra, Mungkin, Jakarta
Kusayang, Cakrawala Senja, SuaraNya. Selain penggarapannya
serius, rekaman ini memancarkan rasa segar yang manis. Bahasa
sudah dijinakkan, sehingga waktu dilagukan tidak terasa lagi
menolak, meskipun liriknya kalau diperhatikan sangat kabur.
Lirik lagu dikerjakan oleh Rudy Pekerti. "Terus terang, kadang
gua sendiri nggak ngerti apa yang hendak dikatakan dengan lirik
itu. Halus dan samar-samar memang," kata Keenan kepada TEMPO.
"Gua memang nggak menganggap begitu penting lirik. Nggak tahulah
perhatian gua nggak ada ke sana." Ia mengaku hanya memiliki
dorongan untuk melahirkan suatu karya musik. "Yang penting,
seperti kalau orang udah seneng sama lagu (melodi), arti lirik
itu tidak jadi soal," ucapnya dengan tenang.
Setelah liriknya kabur, untunglah Keenan (25 tahun) yang pernah
bermain di Restoran Ramayana di New York bersama Grup Gipsy
selama 8 bulan tidak membuat musik yang asal jreng. Musiknya
merupakan kombinasi antara jazz, rock dan klasik. Rekaman ini
menunjukkan adanya keinginan berekspresi. Dalam lagu Negeriku
Cintaku yang dinyanyikan Debby, ada penekanan pada instrumen,
tetapi tidak hanya pameran ketrampilan. Meskipun di sini terasa
ada pengaruh dari Guruh. 'Di Batas Angan-angan' boleh dianggap
sumbangan yang baik dalam musik pop sekarang sebagaimana juga
Guruh Gipsy, meskipun kwalitasnya masih berada di bawah rekaman
Guruh.
Adapun musik Chrisye agak berbeda. 'Sabda Alam', berisi 10 lagu
yang dikarang Jockie, Junaidi Salat, Christ & Tommy, Chrisye,
dan Guruh. Semuanya dinyanyikan Chrisye. Di sini musik tidak
begitu menonjol. Ringan dan manis saja, tidak berpretensi untuk
berekspresi. Kaset ini menitik-beratkan tekanan pada penampilan
vokal Chrisye yang sedikit cemeng, sentimentil, mesra dan intim
-- sesuatu yang kelihatannya cocok sekali dengan selera para
muda sekarang.
Chrisye setelah mencuat dalam rekaman kaset 'Badai Pasti
Berlalu' seperti merubah skor penyanyi pop Indonesia yang selama
ini didominir biduanita. Ia kurang berhasil dengan rekaman
'Jurang Pemisah' tetapi dengan lagu-lagu seperti Sabda Alam ia
memberikan sesuatu. Caranya menjiwai lagu berbeda dengan
penyanyi sebelumnya. Ia berhasil memberi takaran yang pas,
sehingga kendatipun suaranya tidak sebagus Broery, ia
menampilkan jiwa para muda kini. Ia berhasil menahan diri
sehingga lagu-lagu seperti menggumul tapi tidak membosankan
didengar berkali-kali.
Chrisye (28 tahun) anak bungsu dari 2 bersaudara keluarga L.
Rahadi, semula adalah penyanyi utama dan pemegang bas Grup
Gipsy. Satu ketika Panitia Lomba Lagu Remaja Prambors
menghubunginya untuk menyanyikan lagu Lilin-lilin Kecil James
Sunda yang diaransir Jockie. Chrisye yang sebenarnya hanya
menggantikan Keenan yang urung dipakai, tak disangka mencuat
dengan lagu tersebut. Padahal tahun 1975, bersama Jockie,
Chrisye sebenarnya sudah membuat Jurang Yemisa. Setelah
Lilin-lilin Kecil meledak, rekaman itu baru dikeluarkan. Tapi
karena teknik rekaman kurang dan lagu-lagu agak berat untuk
ukuran pop, kaset itu seret lakunya.
Chrisye punya harapan sekarang. "Saya ingin kelak setiap orang
meskipun hanya mendengar sekilas, langsung bisa menebak, o itu
lagunya Chrisye," katanya kepada TEMPO. Setelah kaset 'Badai
Pasti Berlalu" beredar, ia menerima surat sedikitnya 50 buah
sehari. Semuanya meminta agar mempertahankan corak musiknya.
Chrisye setuju. Tapi bicara soal musik sebagai hari depan,
kelihatannya ia takut. "Publik yang setia pada penyanyi di
Indonesia tidak ada," ujarnya. "Kalau sudah tidak populer karena
tidak mengadakan pembaruan, orang cepat melupakan. Kagak
bakalan ada yang mengenalnya lagi. Publik memang kejam ! "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini