Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Nggak ngerti

Solo now mengadakan pertunjukan musik jazz di teater terbuka tim yang disponsori oleh goethe institut jakarta. para pemain yang berjumlah 4 orang, tampil secara solo dengan musik masing-masing. (ms)

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENAMPILAN konser Solo Now yang didukung oleh Joachim Kuhn (piano), Albert Mangelsdorff (trombon), Gunter Hampel (vibrafon, klarinet bas dan suling) serta Pierre Favre (perkusi), mungkin membosankan penonton. Acara yang disodorkan Goethe Institut Jakarta dengan mengambil tempat di Teater Terbuka TIM 13 Oktober itu merupakan penampilan pertama buat Indonesia, di mana para pemain jazz Eropa itu tampil sendiri-sendiri dengan instrumen masing-masing. "Sesuai dengan gerak musik di Eropa sekarang, ini adalah eksepsi total," ujar Joachim Kuhn yang mengawali acara dengan piano. Bergantian musisi kaliber gede itu muncul di panggung yang ditata sederhana. Meski mereka sempat menampilkan satu nomor duet piano dan trombon, serta satu nomor untuk kwartet pada akhir acara, titik berat mereka tetap solo. Penonton diberi suguhan yang kwa teknis tinggi serta menitikberatkan improvisasi dan penjajagan kemungkinan. Musik bukan lagi perangkap yang bermaksud memukau orang untuk mengikutinya dengan ketukan kaki. Mereka demikian bebasnya, sehingga benar-benar tidak untuk dinikmati tetapi "dialami". Tak heran kalau seorang pengamat jazz berkata: "Ini tak bisa diikuti lagi." Diukur dari rasa indah yang "nglaras", yang santai, Solo Now memang membosankan. Monotun, tidak komunikatif. Lebih merupakan proses perjalanan musik Eropa yang sedang gentayangan mencari kemungkinan setelah mencapai kesempurnaan teknis. Instrumen tidak lagi diperlakukan sebagai alat peniru. Sebagaimana lukisan abstrak di mana cat adalah cat, bunyi kembali menjadi bunyi semata-mata. Nilai tertinggi ada pada kemungkinan bunyi itu sendiri semaksimal yang dapat dicapai dengan latar belakang klasik, yang membedakan warna musik Eropa ini dengan jazz Amerika misalnya, bunyi tersebut seakan membebaskan diri dari kesan cantik. Mereka melenting dengan liar, sering dengan sengaja mempeyotkan keindahannya. Joachim Kuhn membawakan lagu Over Doses, I'm Loving You dan Chill. Bermain penuh gairah, tampak jelas kekayaan imajinasi dan sosok pribadinya -- dari bunyi piano. Ia telah merubah piano itu menjadi sebuah ruang tersendiri dan dapat dimainkan tanpa pertolongan instrumen lain. Hal yang sama dilakukan juga oleh Albert Mangelsdorff pemain trombon yang tahun ini memenangkan 4 posisi utama dalam kehidupan jazz Eropa -- dianggap sebagai Musician Of The Year, Best European Trombonist, Best Trombonist In The World Best Record Of The Year. Biarlah. Mangelsdorff memainkan nomor Lapped, Creole Love Call, Accidentall Meeting dan Step On An Elepbant. Lagu terakhir dilaksanakan bersama dengan Kuhn. Ia di samping besar, tampak sangat berpengalaman. Pribadinya kelihatan mantap. Dengan trombon ia tidak hanya sempat menunjukkan berbaga kemungkinan yang aneh, tetapi juga kemampuan satu trombon untuk menyuguhkan apa yang biasanya dihasilkan oleh sebuah orkes lengkap. Oran ini hebat, memang. Tidak hanya diakui di Eropa -- juga mendapat tempat istimewa d Amerika. Setelah masa jedah, muncul si kerempeng jangkung Gunter Hampel. Ia menunjukkan keserba-bisaannya dengan berganti-ganti alat. Tiupan sulingnya dalam sebuah nomor yang bernama Kiss terasa sangat sensuil dan menimbulkan kekaguman karena kegesitan jari-jarinya. Disusul oleh Pierre Favre yang melangkah dengan pongah seperti militer yang lucu dari balik panggung menuju ke dramnya. Kecewa Pemuda kelahiran Swiss itu mulanya pemain jazz Dixieland, Swing dan Bebop. Sekarang dengan dikitari dram, gong, simbal, bel dan aneka warna alat ia menjadi seorang pencari yang haus. Segalanya ia coba. Lidi, sikat, martil kayu, gergaji, jarum jahit, bola karet, tongkat plastik, ia eksploitir. Hasilnya adalah sesuatu yang riang, seger dan aneh, tetapi lucu karena ia sendiri memandang perilakunya dengan sederhana bahkan agak berolok-olok. Konser Solo Now merupakan bandingan tentang apa yang sedang terjadi di Eropa sekarang. Para penonton boleh saja jemu, nggak ngerti, tidak suka, tetapi itulah yang disukai di sana sekarang. "Pendengar di Indonesia memang belum siap untuk musik kami," ujar Joachim Kuhn kepada Bachrun Suwatdi dari TEMPO. "Kami sudah mencoba kontak, tapi kemudian kecewa karena ternyata kami tidak bisa membahagiakan mereka." Ditambahkannya: "Di Indonesia mungkin hanya Jack Lesmana dan Bubby Chen yang bisa mengerti." Penampilan jazz dengan instrumen solo seperti konser ini, telah dilakukan pula bulan Agustus 1972 dalam rangka festival jazz di Olimpiade Muenchen. Waktu itu dedengkot seperti John Mc Laughlin, Chick Corea, Carry Burton dan Albert Mangelsdorff bermain pertama kalinya dalam sejarah jazz sendiri-sendiri dalam nomor yang lengkap. Sekarang gejala ini merupakan sesuatu yang umum. Tetapi untuk ukuran Indonesia yang baru saja kasmaran dengan jazz rock atau rock azz, penampilan seperti ini masih merupakan kebutuhan dunia jazz saja. "Kami berbeda dengan jazz di Amerika, karena tradisinya berbeda. Kami memiliki tradisi dan latar belakang musik klasik," kata Joachim Kuhn. "Saya sendiri bukan pemain jazz. Saya pemain musik biasa. Saya senang macam-macam, juga musik Indonesia, hanya saja penonton Asia khususnya Asia Tenggara memang belum siap untuk menikmati kami." Ditanya tentang musik Indonesia, katanya: "Saya banyak beli kaset musik Bali. Ia memiliki ekspresi yang sangat menarik. Dibanding musik Eropa, musik Bali punya keistimewaan tertentu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus