ARJUNA WIWAHAHAHA . . . ! Oleh: Yudhistira A.N.M. Massardi Penerbit: Garuda Metropolitan Press, Jakarta, 1984 331 halaman INILAH upacara pernikahan paling spektakuler, dan aneh bin ajaib. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 20 Mei 1984. Arjuna, pemuda Indonesia, menikah dengan Ratu Kobe, anak Dewa Bulan Jepang. Maka, selain pejabat dan rakyat Indonesia, hadir pula dewa-dewa seluruh jagat. Lebih dari seribu pesawat antariksa, kendaraan para dewa, parkir di Taman Mini, lima meter dari tanah - jadi tak perlu tukang parkir. Pesawat antariksa itu mengeluarkan sinar warna-warni yang indah sekali, hingga Taman Mini tak perlu pasang lampu. Penutup novel trilogi Arjuna Mencari Cinta rekaan Yudhistira ini memang makin ramai dan melibatkan banyak tokoh ternama. Misalnya, mertua Arjuna ternyata Novelis Yasunari Kawabata (Ratu Kobe diangkat anak oleh pemenang nobel yang tak punya keturunan itu, konon). Salah seorang pengirimg pengantin pria adalah samurai ternama, Miyamoto Musashi - penulis Buku Lima Cincin, yang menguraikan jurus-jurus pedang sang pendekar. Novel yang diselesaikan dalam delapan bulan ini sebagian besar memang ditulis di Jepang. Bagaimana Arjuna bisa sampai di Negeri Matahari itu? Ternyata gampang. Begitu dikeluarkan dari tahanan polisi (Arjuna ditangkap.karena jual jamu di kaki lima baca: Arjna Mencari Cinta 11), ternyata pemuda bergajul ini seperti mengalami trans. Ia terus berjalan hingga sampai di pantai utara Pulau Jawa, lalu mencebur ke laut. Anehnya, ia tidak tenggelam dan tidak mati. Tiba di tengah laut, Arjuna bertemu Dewa Ruci. Tak ayal lagi, pemuda itu dimasukkan sang dewa kerdil itu ke telinganya. Dari situlah, percaya atau tidak, pengembaraan kultural dan spiritual Arjuna berawal. Disebut pengembaraan kultural, karena Arjuna dari dalam telinga - terlempar ke Gunung Fuji, berkenalan dengan rakyat dan budaya Jepang. Dan spiritual, karena sang pemuda akhirnya menemukan cinta yang pas. dari Ratu Kobe - yang sebelumnya, konon, bernama Kaguya-hime, putri legenda Jepang yang lahir dari buluh. Sebagaimana buku pertama dan kedua, pada buku ketiga ini Yudhis, 30, kembali mengingatkan orang akan sejumlah cerita wayang dan legenda. Misalnya, pertemuan Arjuna dengan Dewa Ruci mengingatkan cerita Bima mencari sarang angim dan air kehidupan. Pernikahan Arjuna dengan Ratu Kobe mirip legenda Jaka Tarub dan Nawangwulan dicampur pernikahan Arjuna dengan Bidadari Supraba dalam lakon Arjuna Wiwaha. Tapi, seperti juga buku sebelumnya, semua itu hanya mengingatkan. Yudhis bukannya menuliskan parodi. Ia cuma comot sana comot sini, agar novelnya berjalan dengan ramai, dengan banyak pelaku yang dikenal. Karena itu, la tak perlu menggambarkan watak-watak para tokoh. Nama mereka sudah dengan sendirinya menggambarkan karakter masing-masing. Lebih dari Arjuna Mencari Cinta, sang penulis dalam buku ini banyak melantur, keluar dari pokok cerita. Misalnya, ada bagian yang berkisah tentang kedua orangtua Arjuna dan adiknya, Putri, yang memang diundang shopping di Jepang. Atau kisah sang Jago pedang Musashi, yang atas sugesti Arjuna lalu jatuh cinta kepada Putri. Tak heran bila buku ini mencapai lebih dari 300 halaman - buku pertama cuma 186 halaman, buku kedua 191 halaman. Selain itu, dalam usia yang makin dewasa kelakuan Arjuna ternyata makin membosankan. Sebagian petualangannya di Jepang cuma untuk merayu dan menggeluti Yuko-san, gadis yang ditemuinya di Kuil Todaiji. Yuko tak jadi dinikahi resmi, karena Arjuna, menurut dalangnya, harus kawin dengan Ratu Kobe. Tapi Yuko sempat punya anak dengan Arjuna, dan nama anak itu Wisanggeni - tokoh wayang mahasakti, yang diminta Sri Kresna menyingkirkan diri agar tak mengacaukan jalannya Baratayuda yang sudah digariskan. Maka, Arjuna Wiwahahaha lebih banyak menyampaikan hal-hal yang tak berhubungan langsung dengan petualangan sang tokoh. Dan, yang penting, mungkin karena tambah usia, Arjuna kehilangan kespontanan tingkah laku dan bicaranya. Ia tak lagi menyelonong ke sana kemari, tak lagi nerocos ini itu. Dan tak ada lagi kejutan seperti ketika Arjuna piknik beramai-ramai di jilid pertama. Ketika Arjuna, yang merasa iri karena temannya asyik berpacaran, langsung saja berteriak sambil berlari: "Ada macan! Ada macan!" Memang, ada kejutan yang lain. Di sampul belakang buku ini ada dua amplop kecil terlampir. Isinya merupakan kelanjutan cerita bagi yang tak puas dengan penutup norel, yang hanya sampai pada pernikahan Arjuna dengan Ratu Kobe. Dalam amplop I diceritakan bahwa Ratu Kobe kembali ke bulan, dan konon Ratu yang sudah mengandung benih Arjuna itulah yang melahirkan Superman dan Kurawa. Amplop II menceritakan munculnya anak Yuko-san, ya, si Wisanggeni itu. Tapi ide ini rasanya tak orisinil lagi. Ada buku cerita remaja yang menyajikan akhir cerita dalam beberapa alternatif, dan terserah pembaca mau memilih yang mana. Walhasil, pembaca, mungkin, tak lagi merasa "dihantam tulang rusuknya", seperti yang dipujikan Ben Anderson - seorang pengamat sastra Indonesia dari Amerika - untuk kedua Arjuna terdahulu. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini