"TUKANG sado datang dari Jakarta, yahoi!" Lagu yang dibawakan
Benjamin S. ini (ciptaan Maruti, bekas pemain orkes Lief Java
zaman dulu) mengiringi acara RRI Jakarta yang bernama 'Obrolan
Tukang Sado dan Tukang Gado-Gado'. Selalu setelah teriakan
yahoi, masuk suara tapak kuda berlari plus kelining-kelining.
Lalu seruan: Assalamu alaikum . . .
Salam lekum itu suara Asmadi Achmad Saputra (49 tahun) yang
sejak 1967 hingga kini tetap setia mengobrol dalam itu acara.
Kawan ngobrol Bang Madi ini, siapa lagi kalau bukan Pok Ani --
si "tukang gado-gado". Pok Ani, yang nama aslinya Ani Sahrani
Syamsi (43 tahun), orangnya gemuh, bawel, dan selalu gembira.
Adapun Bang Madi bertubuh kecil. Sedikit kurus, khas gambaran
pegawai negeri yang setia (dan jujur).
Acara ini nulai diadakan "pada masa yang mengirimi hangat-
hangatnya demonstrasi mahasiswa menumbangkan Orla dulu", kata
Bang Madi. Dapat difahami isinya merupakan kritikan kepada
siapa saja, tak pandang belang. Kadang bicara tentang
kebut-kebutan, kadang kemewahan atau semangat jor-joran, kadang
gusur-gusuran, pokoknya obrolan khas tukang sado dan tukang
gado-gado.
Dengan gaya santai dan bebas dan dengan logat Betawi (meskipun
kedua orang itu bukan asli Jakarta) acara itu, yang diadakan
dua kali seminggu, memperoleh jumlah pendengar yang bukan main
di kalangan rakyat bawah yang mungkin merasa "disuarakan". Tapi
juga dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang terpandang. Di tahun 70
misalnya, Pok Ani & Bang Madi bisa menerima surat lebih dari 200
helai seminggu. Isi surat macam-macam: ada info, ada pujian, ada
juga ancaman - dari siapa saja yang kebetulan tersenggol.
"Akibat kritikan kadang kami rasakan juga", kata Bang Madi. "Ada
perobahan".
Tapi itu dulu. Sekarang, masih untung kalau mereka bisa dapat
surat 70 helai seminggu. RRI, seperti jugaTVRI, sebenarnya
memang dimaksud untuk hanya menyiarkan berita yang "positif"
saja. "Harap maklum", seperti kata Bang Madi, "kami ini juru
penerang pemerintah".
Apa lagi lawan omong Bang Madi sekarang ini tidak tetap. Ada
misalnya 'Pok Mide', bahkan kadang yang terdengar suara dua
orang laki-laki. Di mana Pok Ani?
"Saya sakit", sahutnya. "Ginjal saya ini, menurut dokter, yang
satu sudah tidak bekerja lagi". Maka Ani sekarang lebih banyak
diam di rumah. Mungkin setahun sudah dia harus bersabar dengan
tubuh yang tampak melemah dan kurusan. Pernah memang, dia tidak
tahan dan membuat rekaman acara obrolan - di rumah sakit. "Tapi
cuma sekali. Saya 'kan harus menurut nasehat dokter. Saya
berhutang budi besar kepadanya".
Kata Ani dokter yang merawatnya menolak menyodorkan rekening.
Sebabnya? "Sepele saja. Dia dulu pendengar setia acara saya".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini