Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Mpok ani digemari rakyat

2 penyiar rri jakarta, asmadi achmad saputra dan ani sahrani, menjadi tukang obrol yang diminati rakyat bawah dan sebagian kalangan atas.tapi belakangan ini ani sering sakit dan diganti orang lain.

19 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"TUKANG sado datang dari Jakarta, yahoi!" Lagu yang dibawakan Benjamin S. ini (ciptaan Maruti, bekas pemain orkes Lief Java zaman dulu) mengiringi acara RRI Jakarta yang bernama 'Obrolan Tukang Sado dan Tukang Gado-Gado'. Selalu setelah teriakan yahoi, masuk suara tapak kuda berlari plus kelining-kelining. Lalu seruan: Assalamu alaikum . . . Salam lekum itu suara Asmadi Achmad Saputra (49 tahun) yang sejak 1967 hingga kini tetap setia mengobrol dalam itu acara. Kawan ngobrol Bang Madi ini, siapa lagi kalau bukan Pok Ani -- si "tukang gado-gado". Pok Ani, yang nama aslinya Ani Sahrani Syamsi (43 tahun), orangnya gemuh, bawel, dan selalu gembira. Adapun Bang Madi bertubuh kecil. Sedikit kurus, khas gambaran pegawai negeri yang setia (dan jujur). Acara ini nulai diadakan "pada masa yang mengirimi hangat- hangatnya demonstrasi mahasiswa menumbangkan Orla dulu", kata Bang Madi. Dapat difahami isinya merupakan kritikan kepada siapa saja, tak pandang belang. Kadang bicara tentang kebut-kebutan, kadang kemewahan atau semangat jor-joran, kadang gusur-gusuran, pokoknya obrolan khas tukang sado dan tukang gado-gado. Dengan gaya santai dan bebas dan dengan logat Betawi (meskipun kedua orang itu bukan asli Jakarta) acara itu, yang diadakan dua kali seminggu, memperoleh jumlah pendengar yang bukan main di kalangan rakyat bawah yang mungkin merasa "disuarakan". Tapi juga dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang terpandang. Di tahun 70 misalnya, Pok Ani & Bang Madi bisa menerima surat lebih dari 200 helai seminggu. Isi surat macam-macam: ada info, ada pujian, ada juga ancaman - dari siapa saja yang kebetulan tersenggol. "Akibat kritikan kadang kami rasakan juga", kata Bang Madi. "Ada perobahan". Tapi itu dulu. Sekarang, masih untung kalau mereka bisa dapat surat 70 helai seminggu. RRI, seperti jugaTVRI, sebenarnya memang dimaksud untuk hanya menyiarkan berita yang "positif" saja. "Harap maklum", seperti kata Bang Madi, "kami ini juru penerang pemerintah". Apa lagi lawan omong Bang Madi sekarang ini tidak tetap. Ada misalnya 'Pok Mide', bahkan kadang yang terdengar suara dua orang laki-laki. Di mana Pok Ani? "Saya sakit", sahutnya. "Ginjal saya ini, menurut dokter, yang satu sudah tidak bekerja lagi". Maka Ani sekarang lebih banyak diam di rumah. Mungkin setahun sudah dia harus bersabar dengan tubuh yang tampak melemah dan kurusan. Pernah memang, dia tidak tahan dan membuat rekaman acara obrolan - di rumah sakit. "Tapi cuma sekali. Saya 'kan harus menurut nasehat dokter. Saya berhutang budi besar kepadanya". Kata Ani dokter yang merawatnya menolak menyodorkan rekening. Sebabnya? "Sepele saja. Dia dulu pendengar setia acara saya".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus