BUJANGAN Arnold Mononutu orang yang rapi dalam berpakaian. Biar
umurnya sudah 81 tahun. Ketika berulang tahun awal Desember
lalu, begitu dia dipanggil, mengenakan stelan safari putih,
dengan sepatu dan kaos kaki yang juga putih. Di dada ada
setangkai mawar merah, dan kepala ditutup kopiah.
17 Desember, dia juga mengenakan stelan safari yang sama (tanpa
mawar) ketika,memberi "pesan seorang pejoang menjelang Natal
1977" di depan hadirin di Gedung Kebangkitan Nasional. Biar pun
jalannya sudah bertongkat, suaranya tetap selantang anak muda.
Gaya pidatonya bersemangat, bahkan mirip gaya Bung Karno
almarhum kalau sudah mengacungkan telunjuk dengan tangan
bertolak pinggang.
"Kalau pidato," begitu awal uraiannya, "saya cari hubungan
langsung dengan pendengar saya. Ada pemimpin yang pidato 2
sampai 3 jam pakai teks tapi rakyat tidak tahu apa arti
pidatonya itu.
Oom No pernah jadi menteri penerangan tiga kali. Dia juga pernah
duduk sebagai angota Konstituante, MPRS dan DPA. adi duta
besar RI yang pertama untuk RRC (1953 - 1955), dan sejak 1927
anggota PNI.
Bicara tentang Natal, kata Oom No: "Beli pohon Natal setengah
juta. Belum untuk makanan, minuman dan dansa-dansa. Bukan itu,
bukan yang mahal-mahal. Allah melahirkan Nabinya di kandang
binatang, di antara orang miskin. Berilah yang enak-enak itu
pada orang miskin." Lagi: "Kita beli, lalu kita kasih, kita
panggil wartawan untuk diambil fotonya. Bukan itu, lantas
berpesan, kalau saya pergi ke Karawang, ikut ya. Untuk ambil
foto. Bukan itu. Itu tidak dengan jiwa yang bersih."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini