TANGGAL 16 Desember lalu Gubernur Jawa Barat masih menyaksikan
peragaan pengendalian banjir di kampung Jatisawit, Kecamatan
Jatibarang. Seminggu kemudian, setelah hujan deras 3 hari
berturut-turut, Sungai imanuk meluap. Dan 7 kecamatan di
Kabupaten Indrarnayu terendam air. Daerah-daerah wilayah
Jatibarang sendiri tak apa-apa.
Hingga 29 Desember lalu air masih mengenang di desa-desa
Kiajaran, Sukasari, Cidempet dan Pranggong, di wilayah Kecamatan
Loh bener dan desa-desa Cemara, Canti Kulon dan Cangkring di
Kecamatan Losarang. Di kecamatan terakhir ini sekitar 300 KK
diungsikan sementara ratusan hektar sawah terendam air setinggi
80 cm. Di kecamatan Banodua lebih 2.000 rumah terendam 1 buah
di antaranya rubuh dan hampir 3.000 hektar tanah sawah maupun
darat terendam. Di kecamatan Cikedung lebih 3.000 rumah
terendam, 14 buah di antaranya ambruk beratus-ratus rusak dan
hampir 5.000 hektar sawah dan tanah darat terbenam. Rumah-rumah
yang terbenam umumnya rusak, sebab rumah penduduk di sini
kebanyakan semi permanen .
Di Kota Indramayu sendiri, air tak mau ketinggalan. Di desa
Pabean Udik luapan Cimanuk merubuhkan 10 buah rumah berikut tak
kurang dari 5 hektar tanah pekarangan tergenang. Apabila hujan
tak berhenti turun pada 23 Desember lalu, air yang terhenti di
Pabean Wik ini akan menggenangi seluruh kota Indramayu.
Kabupaten Indramayu memang dikenal hampir dilanda banjir setiap
tahun. Penyebabnya tak lain karena daya tampung Sungai Cimanuk
maupun Sungai Cipanas yang sebagian membelah wilayah ini tak
seimbang dengan luapan air. "Daya tampung Cimanuk sebenarnya
hanya 600 M3, tapi ketika banjir itu datang debit air yang masuk
sekitar 1.200 M3," tutur Bupati Indramayu A. Djahari kepada Aris
Amiris dari TEMPO.
Di samping itu, tambah Djahari, aliran Cimanuk yang
berkelok-kelok menyebabkan arus air lebin kuat mengikis
tanggul-tanggul, terutama di belokan-belokan yang tajam.
Tahun 1982
Sungai Cipanas dan Cimanuk melintasi kawasan Kabupaten Indramayu
sepanjang 38 km. Cimanuk saat ini rnempunyai helinggian 1,8
meter di atas kota Indrmayu yang rata-rata berketinggian 1,5
hingga 3 meter dari permukaan laut. Pernah ada fikiran mengeruk
Sungai Cimanuk ini. Tapi "kalau dikeruk akibatnya akan lebih
fatal," kata Djahari. Sebab katanya lagi, jika dasar sungai
diperdalam, air laut akan masuk. Dan jika bersamaan datangnya
dengan air hujan, sulit dibayangkan nasib kota Indramayu dan
sekitarnya.
Usana penanggulangan yang dilakukan, menurut Djahari, apa boleh
buat bersifat tambal sulam. Artinya daerah-daerah tanggul mal1a
yang bobol ditambal dengan karung-karung berisi pasir.
Penanggulangan secara menyeluruh dan sekaligus, tak salah lagi
akan menelan biaya milyaran rupiah.
Banjir di pekan ke-3 Desember lalu sendiri telah membobolkan
tanggul 13 tempat. Yaitu di wilayah-wilayah genjatan
Kertasemaya, Bangodua, Indramayu Cikedung, Losarang. Lelea
dan Lohbener. Di samping mengerahkan kalung-karung berisi pasir
dan bambu-bambu penyangga, Bupati Djahari mengharap agar
"pemerintah pusat membangun tanggul selebar 30 meter, sekaligus
di kiri kanannya dibuat jalan inspeksi. Dengan demikian, kata
Djahari, jika terjadi banjir lagi, alat-alat berat dapat segera
didatangkan untuk menanggulangi - tidak seperti sekarang hanya
ditangani oleh tenaga-tenaga manusia.
Djahari sendiri memperkirakan Kabupaten Indramayu akan bebas
banjir di tahun 1982. Sebab, tuturnya, mulai tahun itu waduk
Jatigede di Kabupaten Sumedang mulai berfungsi. Artinya air
yang melimpah di Cimanuk akan ditampung oleh waduk tadi.
Lebih-lebih jika kabupaten-kabupaten di hulu Cimanuk, yaitu
Garut, Sumedang dan Majalengka melaksanakan Inpres Penghijauan
dengan lebih bersungguh-sungguh.
Lebih dari semua itu, menurut Bupati Indramayu, banjir baru lalu
itu baru merupakan pemanasan (warning up) bagi wilayahnya.
Artinya banjir akan datang lebih besar lagi di hari-hari
mendatang. Sebab bulan-bulan kritis biasanya sekitar Januari
sampai Maret." Menurut perkiraan angka curah hujan bulan-bulan
itu nanti lebih tinggi dari tahun lalu, yaitu sekitar 130mm -
sedangkan curah hujan normal 60 hingga 80 mm. Oleh karena itu
Djahari masih menilai kerugian akibat banjir baru lalu itu
sebagai belum seberapa. Karena itu pula barangkali Pemda
Indramayu belum mengeluarkan bantuan uang kecuali 6 5 tonberas
berikut tenda-tenda dan perahuperahu karet. Tapi pihak Pemda
Jawa Barat telah mengirimkan bantuan uang Rp 10 juta lebih
berikut 5 ton beras, ditambah sumbangan-sumbangan dari Keluarga
Fakultas lukum Universitas Pajajaran Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini