Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Runtuhnya Jembatan Kartanegara pada 26 November lalu membuat Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto kaget bukan kepalang. Jembatan yang baru mulai digunakan pada 2002 itu sebagian dana pembangunannya disokong oleh Japan International Cooperation Agency. Dan sudah lulus pula wind tunnel test di Monash University, Australia. ”Semestinya jembatan itu kuat 40-50 tahun,” kata insinyur alumnus Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada itu.
Djoko segera terbang ke Kutai Kartanegara selepas mendengar musibah besar tersebut. Selama enam jam perjalanan ke sana, dia mengaku terus-menerus berpikir apa sesungguhnya penyebab ambruknya jembatan itu—yang sampai menewaskan 21 orang. Dia kemudian membentuk tim independen yang terdiri atas sebelas profesor dari berbagai perguruan tinggi dan praktisi konstruksi bangunan. ”Itu semua orang top. Biar mereka yang menganalisis,” katanya.
Selama ini, hanya jembatan nasional dan panjang yang diaudit Kementerian. Yang lain diserahkan kepada daerah yang membangun jembatan tersebut. Kini, kata dia, semua jembatan diaudit Kementerian. ”Minimal disurvei,” ujarnya kepada Tempo, Rabu tiga pekan lalu, di kantornya.
Ihwal lain yang banyak menyita perhatiannya adalah rencana pembangunan jembatan Selat Sunda yang sudah disetujui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera, jembatan ini diperkirakan menjadi yang terpanjang di Indonesia—hampir 35 kilometer. Agenda tersebut bakal membuatnya amat sibuk. Tapi, kata Djoko, ”Orang bilang kalau (sibuk) bekerja dan gembira bisa membikin sehat.”
Djoko mengimbangi aktivitas kerjanya yang padat dengan jalan kaki setiap pagi dan bermain gateball—”kriket” ala Jepang. ”Untuk ledek-ledekan saja, enggak serius,” ujarnya sembari tertawa. Sesekali, dia mengayunkan stik golfnya di Halim atau Bogor.
Selama hampir satu jam, dia menjelaskan berbagai persoalan infrastruktur di kantornya kepada wartawan Tempo Irfan Budiman, Yophiandi, dan Wayan Agus Purnomo, fotografer Jacky Rachmansyah, serta juru kamera Tempo TV Denny Sugiharto.
Bagaimana hasil penyelidikan tim Kementerian Pekerjaan Umum soal runtuhnya jembatan Tenggarong?
Saya membentuk tim independen dari Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Surabaya, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta Asosiasi Konstruksi Indonesia. Paling lama satu bulan baru ada rekomendasi.
Sebagai insinyur, apa hipotesis Anda soal runtuhnya jembatan ini?
Wah, ini mancing, nih. Saya ini kan bekas insinyur, lulusan Universitas Gadjah Mada, tapi sekarang kerjanya cuma baca-baca, merasa jadi bekas insinyur. Sekarang ada doktor-doktor baru. Jadi, saya enggak percaya diri kalau disebut insinyur.
Anda bilang tak menyangka jembatan baru sepuluh tahun ambruk. Kenapa?
Umur bangunan—juga jembatan—tidak ada yang cuma sepuluh tahun. Mesti 40-50 tahun. Tanya insinyur mana pun, pasti tak ada itu yang cuma sembilan, sebelas tahun. Nah, karena ternyata ini terjadi, saya kaget. Jadi, mesti diselidiki ada apa, kurangnya apa. Supaya nanti kita bisa memberi saran saat akan membangun lagi.
Berapa banyak jembatan kita yang seperti ini kondisinya?
Sedang kami audit. Sebelumnya, Direktorat Bina Marga sudah mengaudit jembatan-jembatan di Indonesia, tapi terbatas pada jalan nasional. Seperti di pantai utara Jawa dan lintas Sumatera. Tenggarong adalah jembatan kabupaten, jadi diaudit kabupaten. Tapi sekarang saya perintahkan semua jembatan, mau nasional, provinsi, atau kabupaten, diaudit. Mana yang perlu direhabilitasi dan perlu pengamanan dicatat dan dilakukan.
Apa hasil audit Bina Marga untuk jembatan nasional?
Ada jembatan yang harus dirawat, ada yang tidak. Sampai hari ini, tidak ada laporan hal-hal yang mengkhawatirkan. Sudah saya instruksikan audit jembatan, yang lebih detail lagi. Kadang-kadang kita harus belajar dari pengalaman.
Secara umum, bagaimana Anda melihat kondisi jembatan Indonesia?
Aman. Di pantai utara Jawa, banyak yang kami ganti, karena umurnya sudah lama. Setiap tahun kami ganti, kalau mulai karatan. Itu proses normal. Kami terus melakukan survei. Pada pertengahan 2012, kami tahu jembatan mana yang masuk program 2013 untuk diperbaiki.
Benarkah jembatan bikinan Belanda lebih aman?
Itu omongan orang putus asa. Fenomena orang bule lebih pintar dari kita itu saya tidak suka. Di ITB, UGM, banyak orang pintar.
Setelah peristiwa ini, Bina Marga akan mengambil alih perawatan?
Dana anggaran pendapatan dan belanja negara tak boleh dipakai untuk pemeliharaan jembatan—yang seharusnya dipelihara pemerintah daerah. Tapi boleh kalau sekadar survei, memberikan saran. Misalnya segera ganti sekrupnya atau talinya. Tapi, kalau jembatan rusak, lalu tiba-tiba saya bikin kontrak perbaiki jembatan, itu enggak bisa.
Ini info yang kami dapat: Kementerian Pekerjaan Umum berniat melakukan supervisi saat Jembatan Kartanegara akan runtuh tapi dilarang kontraktor.
Teman-teman Direktorat Jenderal Bina Marga datang dua hari sebelum keambrukan untuk membuat manual standar operasi perawatan jembatan. Sesampai di sana, mereka melihat ada kegiatan perbaikan. Mereka juga bingung, lho, ternyata sedang ada perbaikan. Jadi bukan supervisi. Kami sebetulnya baru mau membuat manual ketika jembatan itu ambruk.
Wah, jadi selama ini tidak ada manual standar untuk pemeliharaan jembatan?
Kami memang baru menyusun manual standar operasi perawatan jembatan di Indonesia. Selama ini, untuk jembatan nasional dan jembatan yang baru dibuat, seperti Pasopati di Bandung (selesai 2005)—sudah ada manualnya. Ada standar tentang bagaimana kalau (jembatan) sedang dicat, dirawat, dan sebagainya. Di Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura, dibuka 2009) malah sudah ada ruang operasi berbasis komputer, sehingga kalau pegangan kabel berubah, langsung ada peringatan. Jembatan di Kutai belum ada.
Tempo mendapat informasi Jembatan Kartanegara semestinya ditutup untuk pemeliharaan, tapi itu tak dilakukan karena ada pejabat yang akan mengawinkan anaknya. Truk-truk dengan beban hingga 30 ton melintas—karena jembatan tak ditutup—padahal mur-mur sedang dikendurkan.
Saya belum mendengar soal itu. Normalnya, kalau tidak ada mur yang dikendurkan (untuk pemeliharaan), beban 30 ton enggak apa-apa. Sebab, jembatan bisa menampung sampai 40 ton. Di sana juga ada kepolisian yang menyidik, selain tim independen teknis bentukan saya. Jadi, itu bagian polisi. Kalau tim saya, (bagiannya) memberikan laporan konstruksinya begini dan begitu. Pengerjaan pemeliharaan itu ada standar operasinya, kapan boleh dibuka atau ditutup. Makanya mesti dilihat hasil penyelidikannya.
Bagaimana rencana membangun kembali jembatan itu?
Kami lakukan survei dulu, apakah akan tetap atau digeser. Bupati Tenggarong sudah menyiapkan dana. Tapi nanti pembangunan paling lama dua tahun kalau dana dan desain sudah ada.
Boleh kami tahu sudah sejauh mana proses pembangunan jembatan Selat Sunda?
Pada 2008, ide jembatan Selat Sunda diusulkan pemerintah daerah Banten dan Lampung. Mereka bekerja dengan konsultan membuat studi sangat awal. Kami laporkan ke Presiden dan disetujui. Maka terbit peraturan presiden untuk pembuatan tim kemungkinan dibuatnya jembatan Selat Sunda. Hasilnya memang sangat mungkin. Tapi, karena mahal, harus dipikirkan lagi bagaimana pengerjaannya.
Sudah terpikir pengerjaannya?
Kami sudah membuat skenario cara pengerjaan, dan peraturan presiden untuk itu sudah ditandatangani. Jadi sudah yes! Peraturan presiden menunjuk tim persiapan yang dipimpin Menteri Koordinator Perekonomian. Pelaksanaannya diatur dari segi teknik, pengembangan wilayah, dan lingkungan. Sekarang sudah kami perintahkan kepada yang punya inisiatif membuat detail desain, detail feasibility, analisis mengenai dampak lingkungannya, dan yakinkan kami.
Berapa biaya yang diperlukan?
Sekitar Rp 100 triliun. Itu kan mahal, makanya kalau bisa ada investor yang mendanai. Jangan sampai pemerintah terlalu banyak keluar duit. Pembuatan skenario ini yang masih dipikirkan. Bagaimana supervisi dari pemerintah, dan siapa pelaksana dari yang punya inisiatif. Kami minta kepada pemerintah daerah, bikin yang lebih mantap, detail. Kami kasih waktu setahun, dan kami juga akan membentuk tim untuk pengkajiannya.
Siapa saja anggota timnya?
Belum ada. Mereka kan masih kerja dulu. Tapi pada 2014 downbreaking, bisa diimplementasikan di atas kertas dulu. Pada waktu itu juga investor dan kontraktor sudah siap. Juga pemasangan tiang pancang.
Soal gelombang Selat Sunda yang tinggi dan aktivitas Gunung Krakatau?
Soal Gunung Krakatau, tidak ada masalah kalau meletus. Jembatan itu akan aman. Ini yang ngomong para ahli. Bukan saya, lho.
Djoko Kirmanto
Tempat dan tanggal lahir: Pengging, Boyolali, 5 Juli 1943 Pendidikan: Dipl HE Jurusan Land and Water Development, IHE Institute for Water Education, Delft, Belanda l Sarjana Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Jabatan: Menteri Pekerjaan Umum (sejak 2004) Penghargaan: Tiga Satya Lencana |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo