Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MISSION: IMPOSSIBLE - GHOST PROTOCOL
Sutradara: Brad Bird
Skenario: Josh Appelbaum dan Andre Nemec
Pemain: Tom Cruise, Simon Pegg, Paula Patton
SUDAHLAH, tak usah utak-atik persoalan pribadi Tom Cruise. Saksikan saja penampilannya dalam film ini, dan kita akan melupakan sosok itu dalam kehidupan nyata. Dalam film Mission: Impossible - Ghost Protocol, Tom Cruise adalah Ethan Hunt yang penuh strategi yang meyakinkan, keras kepala, dan setia kepada keinginannya untuk memperbaiki dunia. Bersama sutradara Brad Bird dan di bawah naungan produser J.J. Abrams—yang sebelumnya menampilkan Mission: Impossible III (2006), Cruise benar-benar menyajikan pertunjukan yang spektakuler!
Segala yang tak mungkin akan terjadi di dunia Ethan Hunt. Segala yang fantastis dan serba superhuman, menuju pada superhero, akan terwujud di dunia Mission: Impossible, sebuah dunia yang menekankan "segala yang tak mungkin", dalam sebuah misi yang dikurung oleh durasi yang ketat. Ingat frasa terkenal sejak serial televisi Mission: Impossible (1966-1973) karya Bruce Geller itu: "Jika Anda menerima tugas ini, waktu yang diberikan adalah 2 x 24 jam. Kalau misi ini gagal, seperti biasa, pemerintah akan menyangkal penugasan ini" (durasi bisa berubah-ubah sesuai dengan penugasan dan kegilaan sutradara untuk membuat kita tegang).
Dan, kali ini, Ethan Hunt mempunyai tim baru: Benji Dunn (Simon Pegg—ahli teknologi yang ditugasi sutradara menenangkan otot tegang penonton), William Brandt (Jeremy Renner—bagian yang serius), dan Jane Carter (Paula Patton—bagian seksi penggoda), yang ditugasi menilap kode nuklir di dalam gedung Kremlin. Namun ada kelompok lain yang ikut nyantel dan meledakkan bom untuk mengalihkan perhatian. Gara-gara ledakan itu, tim Ethan Hunt dituduh sebagai pelaku pengeboman. Kremlin telanjur nyolot kepada Gedung Putih. Bos IMF (Impossible Mission Force) mengingatkan bahwa pemerintah mengeluarkan kebijakan Ghost Protocol. Kelompok Hunt dipersilakan bertindak sendirian tanpa dana dan fasilitas mewah yang biasa tersedia pada setiap operasi mereka. Mereka tetap harus menggagalkan rencana orang gila yang merasa dunia bakal lebih beres jika dia meluncurkan senjata nuklir dan seluruh isi bumi hancur berkeping-keping. Orang gila yang lebih sering berkelebat seperti bayangan itu bernama Cobalt alias Kurt Hendricks (diperankan oleh Michael Nyqvist, yang kita kenal sebagai wartawan dalam trilogi Swedia, The Girl with a Dragon Tattoo).
Kita telah menobatkan Mission: Impossible III arahan Abrams sebagai sekuel yang paling dahsyat dengan plot yang menarik, karena melibatkan kehidupan personal Ethan Hunt. Namun Brad Bird (The Incredibles, Ratatouille), yang master dalam bidangnya, kini mendorong segala yang tak mungkin menjadi mungkin. Dibantu penulis skenario Josh Appelbaum dan Andre Nemec, yang melejitkan serial Alias, adegan-adegan yang kita anggap hanya bisa terjadi di kartun dapat begitu meyakinkan pada layar lebar. Untuk mencari kode, Hunt harus mengulik sebuah server di lantai 123. "Dari jendela luar," kata Benji, dengan lagak santai. "Saya kan sibuk dengan komputer," katanya, menjawab mata Hunt yang melotot. Ethan Hunt, yang merupakan perwujudan ego Tom Cruise, tak boleh ditantang. Tentu saja dia melompat dan mengenakan sarung tangan magnetik (ya, dia tak menggunakan pemeran pengganti. Katanya, semua adegan sinting itu dia lakukan sendiri). Hunt memanjat gedung dengan cara merayap ke permukaan jendela dengan kedua tangannya yang mengenakan sarung tangan magnetik itu! Sinting? Tak mungkin? Tidak realistis? Apalagi setelah sarung tangan yang satu terbang, dan Hunt tetap berhasil menggapai lantai 123? Ini spektakuler!
Bird meninggalkan hal-hal personal dan mikro karena dia ingin membuat film ini menjadi sebuah bom dengan ledakan yang menggelegar. Soal kejar-mengejar mobil, bom yang meledak, atau agen perempuan Jane Carter yang digunakan untuk memancing lelaki mata keranjang, Brij Nath (Anil Kapoor), seorang pengusaha India, memang formula biasa nyaris klise yang digunakan film-film spionase laga. Namun kita tetap tak lelah mengikuti Ethan Hunt dan timnya meloncat dari Moskow ke Dubai lalu ke Mumbai dan berakhir di sebuah pelabuhan di Amerika untuk kemudian berpandangan dengan istrinya dari jauh. Tetap saja, dalam formula klise itu, ada sentuhan yang berbeda di akhir film. Itulah satu-satunya sentuhan personal yang terlukis dalam film ini. Hanya beberapa detik.
Jadi, yang menginginkan drama dan air mata, menyingkirlah. Ini film untuk mereka yang ingin mengendarai roller coaster dan berteriak memburu aliran adrenalin. Sekali lagi, Tom Cruise is the man. Di usianya yang ke-50, dia bahkan memberi ruang kepada Simon Pegg dan Jeremy Renner agar kita juga bisa membagi perhatian.
Lela S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo