Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muncul di Jakarta pada September lalu dalam satu konferensi yang digelar Human Development and Capability Association, Eric Stark Maskin membahas ihwal "bagaimana pasar global gagal menghilangkan ketimpangan di negara-negara miskin". Dia menyebut pendidikan dan pelatihan kerja sebagai dua elemen kunci menyejahterakan rakyat miskin secara merata. "Ini satu-satunya cara agar rakyat punya sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar global," ujarnya kepada Tempo.
Dua elemen yang disampaikan Maskin, 62 tahun, sejatinya pengetahuan "klasik", yang implementasinya kian dianjurkan di negara-negara berkembang—termasuk Indonesia: negeri dengan angkatan kerja tinggi serta ketersediaan lapangan kerja terbatas. Tapi, tatkala resep ini datang dari pemenang Nobel Ekonomi 2007—Maskin meraihnya bersama Leonid Hurwicz dan Roger Myerson—para pendengar, setidaknya peserta dalam konferensi di atas, boleh jadi lebih teryakinkan.
Asa resep lain yang dia tawarkan kepada Indonesia: "Berikan insentif kepada pemerintah daerah yang kinerjanya bagus." Saran ini berhulu pada salah satu poin dalam teori desain mekanisme yang membawanya ke panggung Nobel di Oslo. Profesor ekonomi yang aktif mengajar di Universitas Harvard dan Universitas Princeton ini, antara lain, mengoreksi teori ekonomi klasik yang mengajarkan tindakan mengejar kepentingan sendiri hingga titik tertentu otomatis akan menghasilkan solusi maksimum bagi kepentingan bersama alias sejahtera bersama.
Sehari sebelum berbicara dalam konferensi pada 5-7 September lalu di Jakarta itu, Eric Maskin menerima wartawan Tempo Purwani Diyah Prabandari, M. Iqbal Muhtarom, dan Maria Yuniar untuk wawancara khusus di Hotel Denpasar, Jakarta. Pria asal New York yang amat tidak sabar terhadap kemacetan Ibu Kota ini ternyata panjang sabar saat meladeni wawancara Tempo.
Anda mengatakan pasar global gagal menyingkirkan ketimpangan di negara-negara miskin. Efeknya kira-kira bagaimana?
Pasar global menaikkan pendapatan rata-rata, tapi meninggalkan orang-orang yang tak punya keahlian. Sebab, pasar global hanya tertarik pada orang yang punya keahlian. Mereka yang tak punya keahlian apa pun untuk ditawarkan akan tertinggal. Pendapatan orang yang berkeahlian akan terus naik, sedangkan penghasilan orang yang tak punya keahlian tetap atau menurun. Ketimpangan terus membesar.
Solusi jangka panjangnya bagaimana?
Untuk jangka panjang, satu-satunya solusi realistis adalah pelatihan. Dengan demikian, akan lebih banyak orang yang punya keahlian untuk ditawarkan di pasar.
Anda melihat Indonesia termasuk negara yang menghadapi masalah ini?
Ya, saya lihat di Indonesia terjadi peningkatan ketimpangan cukup signifikan, walau bukan negara dengan ketimpangan terburuk. India atau Cina lebih buruk.
Negara ini luas sekali, dengan jumlah penduduk di atas 244 juta jiwa per 2012. Anda punya ide bagaimana menekan ketimpangan?
Dengan pendidikan dan pelatihan kerja. Ini satu-satunya cara agar rakyat memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar global.
Pendidikan ditingkatkan tanpa distribusi infrastruktur dan pembangunan. Orang tetap akan pergi ke kota besar….
Tidak mesti seperti itu. Satu hal yang bisa dilakukan di era globalisasi adalah orang bisa tinggal di satu tempat dan bekerja di tempat lain dengan memanfaatkan sistem komunikasi modern. Kita tidak harus berada dekat dengan konsumen kita.
Tolong beri contoh.
Banyak orang bekerja di call center di India, misalnya, tapi konsumen mereka berada di Eropa atau Amerika Serikat. Mereka terhubungkan oleh satelit, tanpa harus berpindah ke kota untuk bekerja.
Artinya tetap diperlukan pemerataan infrastruktur.
Memang betul. Maka investasi infrastruktur diperlukan, sebagaimana halnya investasi pendidikan.
Di luar pendidikan dan pelatihan, apakah ada cara lain untuk meningkatkan ekonomi rakyat, terutama yang tertinggal?
Pendidikan dan pelatihan yang lebih banyak langsung diberikan kepada mereka yang tertinggal. Satu industri yang cukup penting di Indonesia adalah pertanian. Jadi, salah satu keahlian yang perlu diajarkan kepada petani adalah teknik pertanian modern. Pelatihan semacam itulah yang bisa membantu rakyat pedesaan meningkatkan pendapatannya. Sistem pertanian modern dan irigasi yang baik akan membantu mereka.
Kian banyak keluarga petani Indonesia yang memilih merantau ke kota atau bahkan ke luar negeri….
Itu tidak perlu. Mereka tidak harus ke kota untuk meningkatkan penghasilan. Mereka bisa melakukannya dengan tetap tinggal di pedesaan. Yang diperlukan adalah pelatihan agar mereka tak terjebak pada kehidupan subsistent (sekadar menyambung hidup) dan terus menggunakan teknik pertanian tradisional.
Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen, tapi ketimpangannya juga tinggi. Di negara-negara Eropa Barat dan Amerika, yang pertumbuhannya 2-3 persen atau kurang, pemerataan kesejahteraannya lebih baik. Bagaimana Anda melihatnya?
Wajar bila negara berkembang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi karena mereka memang mengejarnya. Yang mereka lakukan adalah mengadopsi teknik yang dilakukan negara-negara maju. Negara yang sudah maju, seperti Amerika Serikat atau negeri-negeri Eropa Barat, harus mengembangkan teknik baru, teknologi baru, bila ingin tumbuh. Prosesnya lebih lambat. Jadi, wajarlah negara-negara maju punya angka pertumbuhan lebih rendah, kecuali bila ada terobosan teknologi.
Misalnya?
Revolusi teknologi informasi atau komputer pada 1990-an. Itu periode dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, yang merefleksikan hadirnya teknologi baru.
Kenapa banyak negara lebih mengejar pertumbuhan tinggi, dan kurang memperhatikan pemerataan?
Menurut saya, itu kesalahan. Pertumbuhan ekonomi tinggi saja tidak cukup. Itu penting, tapi bukan satu-satunya. Distribusi juga diperlukan. Jika tidak, ketimpangan terus meningkat.
Jadi, kebijakan semacam apa yang menguntungkan rakyat secara merata?
Naikkan pendapatan mereka, kurangi ketimpangan. Jamin ketersediaan pangan dan tempat tinggal serta sandang. Lalu buat sistem kesehatan yang bagus, dan pastikan ketersediaan air bersih. Semua itu penting buat hidup baik yang minimal bagi rakyat.
Anda punya contoh negara yang mengatasi masalah ketimpangan dengan bagus?
Korea Selatan dan Taiwan pada satu generasi lalu. Saat itu, kedua negara mengalami transisi yang mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia. Mereka dikuasai rezim militer untuk waktu lama. Mereka kemudian menjadi negara demokratis dan pembangunannya sangat cepat. Kedua negara menekankan masalah pendidikan.
Korupsi adalah problem yang kerap menghambat pemerataan kesejahteraan. Apa pendapat Anda?
Singapura mungkin contoh yang bagus. Mereka mampu menghapus korupsi dengan menggaji tinggi pejabat publik dan menyingkirkan yang tertangkap berbuat korupsi. Kalau Anda menggaji tinggi pejabat publik, rakyat akan mendapatkan pemerintah yang lebih jujur.
Pendapat Anda tentang peran demokrasi dalam pengurangan ketimpangan dan keberhasilan pembangunan?
Dalam jangka panjang, hampir tak mungkin sebuah negara bisa sukses tanpa demokrasi.
Bagaimana dengan Cina?
Cina akan tersingkir dalam generasi mendatang. Mereka sukses selama 30 tahun terakhir tanpa demokrasi. Tapi mereka akan tiba pada titik di mana mereka tak akan sanggup berkembang lebih jauh lagi tanpa demokrasi.
Pertumbuhan ekonomi mereka masih tinggi….
Angka pertumbuhan mereka sudah melambat. Untuk jangka panjang, ekonomi bergantung pada ide-ide baru dan kreativitas. Ide baru dan kreativitas tak dihasilkan oleh rezim otoriter. Cina tak memiliki ide. Mereka mengambil ide-ide dari Barat.
Anda punya saran untuk penerapan teori desain mekanisme di Indonesia?
Rakyat dimotivasi untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Sistem politik di sini memiliki pemerintah pusat di Jakarta dan pemerintah daerah. Salah satu masalah yang dihadapi pemerintah daerah adalah mereka tak selalu punya alat untuk meningkatkan semuanya secara lokal. Misalnya, lisensi ada di tangan pemerintah pusat, dan tidak dalam kontrol mereka. Teori insentif menyatakan Anda bisa menggunakan lisensi sebagai hadiah atau penghargaan bagi para pejabat daerah yang bekerja bagus.
Jadi, berikan kepercayaan kepada pemerintah daerah?
Berikan kepercayaan kepada pemerintah daerah kalau mereka menunjukkan kinerja bagus. Dan berikan hadiah untuk kinerja bagus tersebut.
Eric Stark Maskin Pendidikan:
Sebagian Penghargaan:
Sebagian Jabatan Akademis:
Tempat dan Tanggal Lahir: Kota New York, Amerika Serikat, 12 Desember 1950
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo