Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

<font face=arial size=2 color=#ff9900>Prasetyo Singgih:</font><br />Kami Tak Boleh Membuka Investor Yawadwipa

27 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bersalin wujud menjadi Bank Mutiara sejak tiga tahun lalu, nama Bank Century ibarat bola panas yang masih menggelinding. Aspek hukumnya kini ada di tangan Komisi Pemberantasan Korupsi, sisi politiknya terus bergulir di Dewan Perwakilan Rakyat. Ihwal bisnisnya? Yawadwipa Group of Companies asal Singapura, perusahaan investasi yang baru berdiri pada 9 Januari 2012, menyatakan siap membeli Bank Mutiara Rp 6,7 triliun. Penawaran ini mengejutkan. Pengamat perbankan menaksir harga wajar Bank Mutiara saat ini Rp 3-3,5 triliun saja. Tahun lalu Lembaga Penjamin Simpanan mendiskualifikasi sembilan penawar Bank Mutiara karena dianggap tak jelas investor utamanya.

Kini Yawadwipa muncul dengan teka-teki baru: angka Rp 6,7 triliun dianggap terlalu berlebihan untuk satu bank bermasalah yang kasus politiknya bahkan belum tuntas. Meski secara teknis rencana Yawadwipa mengakuisisi Bank Mutiara dari Lembaga Penjamin Simpanan dibolehkan, sejumlah dugaan merebak. Alasan bahwa pembelian ini ”murni bisnis” tak cukup meyakinkan khalayak. Ada yang mencurigai campur tangan pemilik lama, ada pula yang mereka-reka dugaan keterlibatan beberapa pengusaha besar. Ada pula yang menaruh syak, jangan-jangan ini pencucian uang, mengingat angka Rp 6,7 triliun setara dengan dana yang dikucurkan oleh LPS pada 2008. Apalagi rekam jejak perusahaan yang dipimpin C. Christian Holm, mantan petinggi Bank of America Merrill Lynch, itu masih gelap.

Dalam ”kegelapan” itu, muncul Prasetyo Singgih, 45 tahun. Dia Chief Operating Officer & General Counsel Yawadwipa Group of Companies. Pengacara yang pernah bergerak di bidang asuransi dan sekuritas ini tiba-tiba banyak diuber wartawan. Singgih Prasetyo punya ”hubungan” dengan Keluarga Cendana. Kakaknya, Pratikto Singgih, adalah mantan suami Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek Soeharto. Prasetyo tercatat sebagai anggota Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar.

Wartawan Tempo Andari Karina Anom, Bobby Candra, dan Nugroho Dewanto menemui Prasetyo di Capital Grille Kitchen and Wine di Jakarta Selatan pekan lalu. Sebelumnya, majalah ini pernah mewawancarai dia di Hotel Sheraton Bandara, Tangerang. Andari Karina Anom menuliskan hasil seluruh perbincangan, dilengkapi pemotretan oleh fotografer Tempo Bismo Agung.

Apa sebetulnya yang menarik dari Bank Mutiara?

Sebagai private equity fund yang baru, kami menyatakan minat berinvestasi di salah satu aset. Fokus kami ada di tiga sektor: keuangan dan perbankan, infrastruktur, dan energi. Dari keuangan dan perbankan, saat ini yang kami lihat potensial adalah Bank Mutiara.

Oh ya? Seberapa besar potensi bisnisnya?

Pertumbuhannya dalam tiga tahun ini amat spektakuler. Kami berharap dan yakin Bank Mutiara bisa menjadi lebih baik lagi. Soal berapa nilainya, kami belum tahu, karena kami belum melakukan uji tuntas non-performing loan dan aset-asetnya. Kami masih menunggu data lengkap untuk bisa memahami Bank Mutiara.

Penawaran Yawadwipa senilai Rp 6,7 triliun dianggap terlalu tinggi. Menurut para ekonom, nilai realistis Bank Mutiara hanya sekitar Rp 3,5 triliun. Komentar Anda?

Angka Rp 6,7 triliun tak berasal dari kami, melainkan angka yang mungkin diinginkan tercapai. Proses ini masih amat awal, kami baru menyampaikan minat. Setelah diterima, baru kami bisa memasukkan penawaran, mempelajari, dan melakukan evaluasi terhadap keadaan sebenarnya dari aset tersebut. Setelah itu, kalau kami sudah yakin dengan nilainya, kami akan mengajukan angka yang saat ini kami belum tahu berapa. Kami tak mau gegabah mengajukan penawaran. Siapa pun yang akan menjadi investor akan melakukan hal yang sama.

Dengan nilai Rp 6,7 triliun, Bank Mutiara baru bisa kembali modal dalam 10-20 tahun. Kira-kira bagaimana rencana bisnis yang dipersiapkan Yawadwipa?

Sekali lagi, Rp 6,7 triliun bukan angka dari kami. Berapa pun nilai investasi kami, itu diharapkan bisa kembali dalam beberapa tahun. Jadi, business plan-nya apa dan area fokusnya di mana baru bisa dilakukan setelah uji tuntas dan studi menyeluruh.

Tahun lalu ada sembilan penawar yang didiskualifikasi oleh LPS karena tak terbuka soal ultimate investor-nya. Siapkah Yawadwipa membuka ultimate investor-nya?

Kami akan berusaha sebisa mungkin memenuhi semua persyaratan yang diminta penjual. Namun kami terikat agreement dengan para investor Yawadwipa bahwa kami tak diperbolehkan membuka (nama ultimate investor) karena ada ultimate share policy. Tapi tidak tertutup kemungkinan kami melakukan transaksi ini bermitra dengan ­existing bank atau bahkan membuat konsorsium. Jadi bisa saja ultimate ­share holder-nya dari sistem bank tersebut.

Jadi, investor Yawadwipa masih misteri?

Yawadwipa bukan misteri, tapi suatu private equity baru yang menghimpun dana dari investor dalam dan luar negeri, dari institusi atau individu. Sejujur-jujurnya, saya tegaskan, ini tak terkait dengan partai politik mana pun atau mantan pemegang saham Bank Mutiara. Ini sekumpulan investor yang mau menanamkan uangnya di Indonesia.

Ada kaitan apa antara Partai Golkar dan perusahaan yang Anda pimpin ini?

Tidak ada. Keikutsertaan saya di Partai Golkar merupakan perwujudan minat politik saya. Saya bisa memahami ada sebagian yang melihatnya sebagai bargain, tapi sejujurnya ini murni bisnis. Saya sedih karena kami berniat menarik investasi ke Indonesia, tapi terus dilarikan ke arah politik. Tolong dipisahkan antara keanggotaan saya di partai politik tertentu, profesi saya sebagai advokat, dan keikutsertaan saya di Yawadwipa.

Kakak Anda, Pratikto Singgih, adalah mantan suami Mamiek Soeharto. Anda masih berhubungan dengan Keluarga Cendana?

Masih. Kakak saya kan punya anak (dengan Mamiek), jadi otomatis hubungan itu tidak akan putus begitu saja. Putra-putri almarhum Pak Harto sampai sekarang tak pernah berubah (kepada kami), begitu pun sebaliknya.

Hubungan baik itu apakah termasuk urusan finansial untuk bisnis baru ini?

Tidak. Bahkan saya rasa kiprah Keluarga Cendana tak lagi menonjol di bidang bisnis. Kalaupun bertemu, kami tak pernah berbicara tentang peluang bisnis.

Apa kepentingan mengkonsultasikan ihwal Yawadwipa dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan?

(Kami berkonsultasi) dalam kapasitas dia sebagai mantan pelaku usaha yang berpengalaman dalam private equity. Dia tidak secara khusus mendukung Yawadwipa.

Rilis perusahaan Anda menyebutkan Java Fund. Apa perannya?

Dalam waktu tak terlalu lama, Java Fund diharapkan mengumpulkan US$ 1 miliar. Dana itu akan dipakai untuk berinvestasi pada aset di Indonesia.

Kami dengar pemilik uangnya adalah sejumlah pengusaha lama Indonesia?

Java Fund didapat dari dalam dan luar negeri, baik institusi maupun individu. Kalau dibilang old money, ada, tapi mereka tidak di Indonesia. Justru yang dari Indonesia namanya tak dikenal. Sudah saya pastikan ini tak terkait dengan pemegang saham lama atau afiliasi pemegang saham lama. Seandainya tak dilarang pun saya tidak mau, karena ini berkaitan dengan integritas saya.

Peruntukan dana Java Fund hanya untuk Bank Mutiara?

Uang Java Fund kami peruntukkan bagi (investasi di) Indonesia, tapi tak melulu harus untuk bank, atau dalam hal ini Bank Mutiara.

Ada wasangka ini: Yawadwipa membeli Bank Mutiara untuk dipoles saja kemudian dijual lagi. Tanggapan Anda?

(Kerja) lembaga keuangan terkait dengan kepercayaan publik, jadi tak bisa hanya berpikir jangka pendek, harus jangka menengah dan panjang. Jadi niat kami bukan itu (menjual kembali), karena itu tidak sehat.

Anda tak khawatir Bank Mutiara terpengaruh karena ihwal Century?

Kami yakin masyarakat kian pandai memilah-milah mana lembaga keuangan yang baik dan tidak baik, sehingga masyarakat tidak dibodohi oleh investasi asal-asalan. Hal ini mendorong lembaga keuangan untuk memenuhi asas-asas yang baik.

Oke, tapi kita tahu Bank Century kan sarat masalah politik. Anda benar-benar yakin tak terpengaruh?

Bank Mutiara, yang dulunya Century, begitu menarik khalayak karena sejarahnya yang banyak mengandung unsur politis. Kami salah satu pihak yang tertarik, sehingga jadi ikut disorot ke arah politik. Padahal investor mana pun pasti melakukan analisis SWOT yang sama dengan kami. Seandainya ini malah ditarik menjadi konsumsi politik, kami akan mempertimbangkannya kembali.

Sampai batas mana Anda menganggap proses akuisisi sudah dibawa ke arah politik?

Pada saat keputusan diambil berdasarkan kepentingan politik tertentu, bukan pada penilaian bisnis. Karena Yawadwipa bukan suatu alat politik atau ormas. Lucu apabila menggabungkan masalah politik dan keputusan bisnis, karena kami sama sekali tak ada pemikiran ke situ. Tidak ada niat kami membawa kepentingan politik mana pun dalam proses ini.

Anda pernah bertemu dengan pemilik lama Bank Century?

Tidak pernah. Baik dulu maupun sekarang, saya tak pernah berurusan dengan pemilik Bank Century.

Prasetyo Singgih
Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 9 Juni 1966 Pendidikan: Fakultas Hukum Universitas Indonesia Karier Profesional: CEO & General Counsel Yawadwipa Group of Companies, Singapura, Januari 2012-sekarang l Senior dan partner pelaksana Singgih & Partners Law Offices, Oktober 2002-sekarang l Direktur South East Asia Business Advisory Pte Ltd (Singapore), Januari 2011-sekarang l PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Director, Marketing & Corporate Communications and Head of Manulife Care Foundation) Mei 2002-Desember 2003 l General Electric Company (GE) International Operations Company (Direktur Regional, Parts & Services, GE Transportation Systems) April 1996-Juni 2001 l Komisaris dan pemegang saham PT Inti Fikasa Securindo, Juli 1994-Desember 1999 l Direktur dan pemegang saham pendiri PT Inti Fikasa Securindo, Juni 1989-Juli 1994

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus