Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

<font face=arial size=2 color=#ff9900>Umar Bin Hafiz:</font><br />Kekerasan Hanya Membawa Mudarat

9 Desember 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pemberitaan media Barat, Hadramaut lebih sering disebut sebagai tanah leluhur Usamah bin Ladin, sosok yang dicap sebagai teroris nomor satu dunia. Hadramaut memang tempat kelahiran ayah Usamah, sebelum ia merantau ke Arab Saudi. Kawa­san tandus yang meliputi sepertiga Yaman itu pun kerap disebut tempat lahirnya ideologi Al-Qaidah, organisasi bentukan Usamah.

Jauh dari paham-paham radikal, apalagi terorisme, Hadramaut justru kental dengan tradisi sufi, yang lebih mengutamakan kedekatan kepada Sang Khalik. Tarim, salah satu kota di Hadramaut, merupakan kota pendidikan, dengan sejumlah pesantren sufi—yang terkenal adalah Darul Mustafa. Di sinilah sejumlah santri dari Indonesia menimba ilmu.

Tentang negerinya yang diasosiasikan dengan Al-Qaidah, Habib Umar bin Hafiz menegaskan bahwa Usamah, yang lahir di Arab Saudi, tak pernah berdiam di Yaman. "Pemikirannya tak ada hubungannya dengan tempat kami," ujarnya, seperti dikutip The New York Times. Walaupun beberapa tahun lalu Al-Qaidah membangun basis di Yaman dan melancarkan sejumlah teror.

Umar adalah pendiri sekaligus mahaguru di Darul Mustafa. Ia terkenal dengan seruan Islam sebagai agama yang membawa damai. Ia rajin melakukan safari, termasuk ke Amerika Serikat dan Eropa, untuk membawa pesan damai itu. Aktivitas dan pengaruh Umar—termasuk di Indonesia—membuat namanya masuk 500 tokoh Islam berpengaruh yang dirilis Universitas Georgetown, Amerika Serikat.

Ia termasuk penanda tangan surat terbuka "A Common Word between Us and You", yang ditujukan kepada Paus di Roma. Ini adalah inisiatif dialog damai yang kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai pertemuan antarpemimpin kedua agama. Ia juga ikut meneken Risalah Amman di Yordania, yang isinya imbauan bagi umat Islam untuk tidak mengkafirkan satu aliran tertentu.

Rabu pekan lalu, Umar bin Hafiz bertolak ke Yaman setelah kunjungan sepekan di Indonesia. Jadwalnya yang padat serta kemacetan Ibu Kota membuat Tempo menunggu dua jam di Bandara Soekarno-Hatta, untuk sebuah wawancara.

Ketika mobil Alphard yang membawanya merapat di depan bandara, pengawalnya membuka pintu dan mempersilakan Tempo masuk dan duduk di samping Umar. Di depan kami duduk Jindan bin Novel, salah satu muridnya, yang menjadi penerjemah. Jendela mobil yang terbuka membuat para pengantarnya berebut menengok, beberapa menyorongkan telepon seluler untuk merekam tanya-jawab.

Apa tujuan kedatangan Anda ke Indonesia?

Ini adalah kunjungan untuk memenuhi undangan dari murid-murid saya di sini. Selain itu untuk bertemu dengan para ulama di Majelis Al-Muwasalah Baynal Ulama Almuslimin (forum komunikasi ulama yang ia bentuk).

Selain mengunjungi Indonesia dan negara Asia lainnya, Anda melakukan perjalanan ke Eropa dan Amerika serta menyampaikan kuliah umum di kampus-kampus. Apa yang Anda sampaikan?

Saya membawa pesan damai Islam dalam setiap perjalanan ke luar negeri. Bahwa Islam adalah agama yang jauh dari kekerasan.

Apa yang mendorong Anda melakukan hal tersebut?

Sebenarnya ini adalah kewajiban setiap orang, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran bahwa "telah datang kepada kalian kitab dan rasul dengan cahaya yang terang-benderang dan dengan itulah Allah menunjukkan jalan-jalan yang membawa kedamaian".

Apakah itu yang juga menjadi dasar Anda menandatangani "A Common Word between Us and You"?

Ya. Apabila seorang muslim mempraktekkan petunjuk Allah, itu akan memberi manfaat yang lebih besar, tidak hanya untuk muslim, tapi juga kepada orang non-muslim. Umat Islam semestinya bisa hidup berdampingan dan bermasyarakat dengan penganut agama lain.

Tapi kenyataannya justru konflik antar­agama terus terjadi. Dalam sejumlah kasus, sekelompok orang Islam berperan memicu konflik.

Itu karena ada banyak hakikat dari ajaran Allah yang absen dari pemikiran kaum muslim. Mereka tidak mendapat arahan yang tepat sehingga mereka lalai dari petunjuk—keutamaan damai—tersebut. Sebagian kurang mempraktekkannya. Padahal jalan damai ini adalah jalan menuju kebaikan bagi seluruh umat manusia, yang juga akan membawa kebaikan pada apa yang ada di sekeliling manusia, seperti lingkungan, benda, dan hewan.

Apa komentar Anda tentang anggapan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan terorisme?

Anggapan itu hanyalah prasangka.

Bisa Anda jelaskan lebih jauh?

Tuduhan tersebut mengemuka karena segelintir umat Islam yang tindakannya tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah.

Apa ajaran itu?

Ada contoh bagaimana Umar bin Khattab memegang teguh prinsip yang diajarkan Rasulullah. Ketika ia menjadi khalifah dan mengangkat Amr bin Ash sebagai Gubernur Mesir, Umar berpesan supaya Amr memerintah dengan adil dan menghargai hak-hak warga walau berbeda agama.

1 1 1

Sebutan habib yang melekat di depan namanya merupakan pertanda ulama ini memiliki "darah biru" Islam. Bila dirunut, silsilahnya mengerucut ke Fathimah, putri Nabi Muhammad. Tradisi penghormatan terhadap keturunan Nabi, plus reputasi keilmuan yang dimiliki Umar, membuat namanya masyhur di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Saat ini sekitar 400 santri Indonesia berguru di Darul Mustafa. Beberapa habib yang memiliki banyak pengikut di Tanah Air, seperti Munzir al-Musawa dan Jindan bin Novel, pernah berguru ke Umar. Mereka kerap menggelar zikir yang dihadiri puluhan ribu orang. Tak pelak, kedatangan Umar ke Indonesia disambut gegap-gempita oleh para pengikut habib tersebut.

Senin pekan lalu, Umar memberikan kuliah umum di Universitas Paramadina, Jakarta. Kampus yang dipimpin Anies Baswedan itu langsung dipenuhi orang berjubah dan berkopiah putih. Mereka pengikut habib yang ingin mengikuti kuliah. Mobil yang membawa Umar datang dengan pengawalan voor rijder dan diiringi mobil para pengikutnya.

Di hadapan mahasiswa dan pengikutnya, selain menekankan pentingnya ibadah dan zikir, Umar kembali menegaskan bahwa umat Islam harus menjadi pionir perdamaian. Di akhir kuliah, ia menyampaikan kesannya tentang umat Islam Indonesia yang cinta damai, lembut, dan memiliki etika.

Entah sebuah pujian atau sentilan. Faktanya, konflik antarumat beragama atau aliran kerap terjadi. Pembakaran rumah warga Syiah di Madura dan penyerangan terhadap pengikut Ahmadiyah hanya segelintir dari aneka kekerasan yang mencoreng kerukunan beragama di negeri ini. Bagi Umar, tindak kekerasan terhadap aliran atau agama lain justru mendatangkan mudarat bagi para pelakunya.

Bagaimana Anda memandang konflik antaraliran dalam Islam.

Ini terjadi karena hawa nafsu seseorang sudah terlalu dominan, sehingga menga­lahkan aturan yang diajarkan oleh Allah. Bagi orang-orang tersebut, pendapat pribadi dan pemahaman mereka atas sesuatu dianggap seperti wahyu dari Allah, sehingga mereka merasa benar. Padahal itu hanyalah pendapat dan pemahaman pribadi yang belum tentu tetap seperti yang diinginkan Allah.

Di Indonesia, sebagai contoh, ada kelompok yang dikafirkan, lalu mendapat perlakuan kekerasan.

Tidak boleh sekali pun menyakiti muslim lain dengan cara apa pun, terutama dengan mengeluarkan muslim tersebut dari Islam atau memvonis kafir. Ini merupakan dosa yang sangat besar. Sebagai ilustrasi, Rasul bahkan melarang orang yang mulutnya bau karena makan bawang putih untuk datang ke masjid karena bau mulut mengganggu orang lain, dan itu tidak baik. Apatah lagi jika mulut itu menyakiti dengan mencap kafir.

Tapi sepertinya mudah sekali sekelompok aliran menyatakan aliran lain kafir.

Dalam perkataan Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan, apabila seseorang menuduh muslim lain kafir padahal dia adalah seorang muslim, kekufuran itu akan kembali kepada si penuduh. Si penuduhlah yang sebenarnya kafir.

Kenyataan ini membuat orang antipati dan menjauhi Islam, padahal Anda selalu mengkampanyekan Islam sebagai agama yang damai, teduh, dan jauh dari kekerasan.

Ya, padahal Nabi Muhammad melarang tindakan yang membuat orang mundur dan menjauh dari Islam dan umatnya. Banyak contoh sederhana yang beliau beri­kan terkait dengan hal tersebut.

Bisa Anda sebutkan salah satunya?

Misalnya ketika kita menjadi imam salat lalu kita memperpanjang bacaan atau salat sehingga orang enggan ikut salat berjemaah bersama kita. Rasul melarang hal-hal seperti ini, maka bagaimana dengan cacian, tindak kekerasan, dan tuduhan kafir? Dalam hadis sahih disebutkan bahwa mencaci seorang muslim adalah kefasikan (tidak peduli terhadap perintah Allah) dan memerangi seorang muslim adalah kekufuran (ingkar kepada Allah dan Rasul).

Apa solusi untuk mencegah terjadinya konflik antaraliran tersebut?

Hendaknya mereka semua menyadari­ bahwa penilaian buruk dan perlakuan buruk terhadap kelompok yang mereka anggap berbeda paham itu sama sekali tidak membantu. Tindakan tersebut justru membawa kerugian besar.

Pesan Anda buat mereka yang kerap melakukan kekerasan terhadap kelompok aliran yang berbeda?

Pada hari kiamat nanti Allah tidak akan menanyakan seseorang tentang dosa orang lain, tapi tentang dosa dan kesalahan dia sendiri. Apa yang kita lakukan di dunia, itulah yang akan kita pertanggungjawabkan kelak. l Adek Media Roza

Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz

Tempat dan tanggal lahir:
Tarim, Hadramaut, 27 Mei 1963

Pendidikan:

  • Berguru secara informal ke sejumlah ulama

    Pekerjaan:

  • Guru dan dai, sejak 1978
  • Rektor Darul Mustafa, sejak 1994
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus