Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DALIA Mogahed adalah perempuan muslim berkerudung pertama yang menempati posisi administratif dalam pemerintah Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Ia dipercaya duduk menjadi anggota lembaga penasihat keagamaan di Gedung Putih sejak April lalu, lembaga yang tak pernah ada sebelumnya.
Ia berlatar belakang peneliti senior dalam lembaga peneliti independen Gallup for Islamic Studies, yang mengkaji berbagai masalah di bidang hukum dan hak-hak sipil, antaragama, keperempuanan, dan kaum muda. Di lembaga ini Mogahed menulis buku bersama John Esposito. Judulnya: Who Speaks for Islam?: What a Billion Muslims Really Think, pada 2007.
Perannya tak mudah di Gedung Putih. Ia harus bisa meyakinkan Obama akan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh dunia muslim. Beruntung bagi Mogahed, Obama pernah tumbuh di negara Islam. ”Saya bersyukur tak menemui banyak kesulitan karena memang beliau pernah tinggal di negara muslim seperti Indonesia,” ucapnya.
Pada bulan suci Ramadan ini jadwal Mogahed cukup padat. Dua pekan lalu, misalnya, perempuan bertutur kata lembut ini menemani Presiden Obama berbuka puasa bersama para duta besar dari negara berpenduduk muslim, termasuk Indonesia.
Akbar Pribadi Brahmana Aji, koresponden Tempo di Kairo, menemui Mogahed di sebuah ruangan hotel di Kairo, Mesir, beberapa waktu lalu. Akbar membuka wawancara dengan pujian khas Mesir: Dalia Mogahed, sohibatul mutabasimah. Dam ha khafif, lau sohattu ta’bir kama qala misriyun (Dalia Mogahed, perempuan yang murah senyum, si pemilik tangan dingin). Mogahed pun menyambutnya dengan tersenyum.
Dengan tambahan pertanyaan yang diajukan lewat surat elektronik dan sejumlah riset, berikut ini petikan wawancara Tempo dengan Mogahed.
Bagaimana Anda bisa ditunjuk menjadi penasihat Obama?
Saya tidak tahu persis pertimbangan Gedung Putih. Tapi, menurut saya, mungkin karena peran saya di organisasi yang mengkaji dunia Islam, yakni Gallup for Islamic Studies. Selain itu, tentunya ada pertimbangan-pertimbangan lain. Ada yang mengatakan bahwa mungkin saya dipilih karena kerudung saya ini (tertawa kecil).
Apa yang Anda rasakan ketika itu?
Terus terang saya sangat senang. Tapi saya juga merasa bahwa ini bukan tugas yang mudah karena tanggung jawab yang sangat besar bagi saya yang diminta mewakili suara umat Islam seluruh dunia di Gedung Putih. Awalnya saya hampir tak percaya, tapi ketika seorang utusan Gedung Putih datang, barulah saya benar-benar yakin dan mantap untuk melangkah. Saya tak pernah berpikir sebelumnya akan mendapat kehormatan seperti ini.
Apa yang membuat Anda menerima tawaran tersebut?
Pada intinya saya hanya ingin menyampaikan kepada Amerika seperti apa wajah muslim itu yang sebenarnya. Tugas saya adalah menjadi mediator, penengah, dan pencari solusi. Selama ini wacana yang tergambar di Amerika adalah bahwa Islam merupakan agama teroris. Ini terkait dengan serangan 11 September 2001.
Anda orang Islam pertama yang masuk pemerintah Obama?
Sebenarnya saya bukan orang Islam pertama. Ada beberapa orang Islam sebelum saya yang juga masuk dalam pemerintahan. Saya juga bukan satu-satunya orang Islam yang ada di Gedung Putih. Sebelumnya ada Eboo Patel di sana. Tapi saya wanita muslim pertama yang duduk di lembaga ini. Saya merasa sangat terhormat mendapat posisi ini.
Apa peran Anda?
Ada 25 orang yang menjadi penasihat keagamaan Obama di Gedung Putih. Tugas kami adalah memberikan solusi untuk masalah sosial berdasarkan kebutuhan mereka. Lebih spesifik lagi, saya membawahkan bidang dialog antaragama. Kami berlima di bidang ini. Kami bertugas memberikan rekomendasi, yang selanjutnya akan dibahas oleh dewan yang lebih besar untuk kemudian diteruskan kepada Presiden.
Tugas Anda sebagai penasihat agama Islam?
Saya kurang setuju bila dikatakan sebagai penasihat agama Islam. Mungkin lebih tepat bila dikatakan tugas saya memberi gambaran yang sebenarnya tentang apa itu dunia Islam dan apa yang mereka rasakan. Saya di sini lebih untuk mewakili kaum muslim yang selama ini suaranya tak terdengar di Gedung Putih. Saya kira saya berada di sini karena pemerintah Obama sangat peduli terhadap apa yang dipikirkan oleh dunia Islam dan dia mau mendengarkan itu.
Obama telah membuka lembaran baru hubungan Amerika dan dunia Islam. Sebaliknya, apa yang harus dilakukan dunia Islam untuk mendukung itu?
Amerika harus terlebih dulu mengerti akar permasalahan hubungan ini. Tentu saja termasuk kemarahan dan ketegangan yang terkait langsung ataupun tak langsung dengan Amerika, seperti perang di Irak dan Afganistan atau konflik berkepanjangan Israel dan Palestina. Mereka marah karena Amerika telah melecehkan Islam dan bermaksud mengeksploitasi wilayah mereka.
Sebaliknya, kaum muslimin juga harus mengerti pandangan Amerika terhadap mereka. Yang menjadi penyebab adalah para ekstremis yang selalu mengancam Amerika. Tentu saja dunia Islam juga sangat prihatin dengan masalah tersebut. Tapi mereka harus mampu menunjukkan kepada Amerika siapa mereka sebenarnya. Mereka harus memiliki pandangan yang konstruktif terhadap permasalahan global saat ini.
Apa pendapat Anda tentang Islamofobia di Amerika?
Islamofobia di Amerika itu sangat nyata. Muslim menjadi komunitas yang kurang disukai di sana. Hanya sedikit saja, mungkin sepertiga, warga Amerika yang tak terlalu peduli atau bisa hidup berdampingan dengan orang muslim. Tentu saja ini sangat berbahaya. Sebab, rasialisme menjadi sangat bias. Jika rasisme sudah berbicara, keputusan irasional bisa menjadi pembenaran. Islamofobia juga membuat Amerika terbelah dan tak dapat memanfaatkan sumber daya intelektualnya secara optimal. Rasialisme tak ada manfaatnya. Saya senang Amerika telah melakukan kemajuan pesat untuk memberantas masalah ini. Juga masalah perbedaan warna kulit.
Apa indikasi bahwa Amerika mulai meninggalkan rasialisme?
Pada 1956, hanya empat persen warga Amerika yang dapat menerima perkawinan antar-ras. Perkawinan seperti itu, saat presiden kami lahir di Virginia, adalah ilegal. Sekarang, 80 persen warga Amerika tak keberatan adanya perkawinan beda warna kulit. Tahun lalu Obama menjadi orang kulit hitam pertama yang menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat mewakili Virginia. Kami sekarang merupakan bangsa yang dapat menerima perbedaan karena kami terus berkembang. Pertumbuhan selanjutnya adalah bagaimana menghilangkan perasaan antimuslim dalam kehidupan warga Amerika secara keseluruhan.
Menurut Anda, apa yang harus dilakukan kaum muslim di Amerika?
Muslim di Amerika masih tertinggal dari warga Amerika pada umumnya dalam hal partisipasi politik. Hal terbaik yang dapat mereka lakukan adalah membaur secara penuh dan merasa memiliki masa depan negara ini.
Apa saran Anda kepada Obama tentang hubungan Amerika dan dunia Islam?
Saran pertama saya kepada Obama adalah agar mau mendengarkan. Banyak yang mengatakan bahwa teroris telah ”mendompleng” Islam untuk melakukan aksi mereka. Saya tak sependapat. Saya pikir Islam itu agama yang cinta damai. Apa yang dilakukan para teroris dengan mengatasnamakan agama Islam menjadi kerugian tersendiri bagi kaum muslim. Ini harus diluruskan.
Menurut Anda, apa penyebab itu semua?
Adanya perlakuan yang tak adil dan diskriminatif terhadap kaum muslim dalam masa pemerintah sebelumnya. Ini meninggalkan celah yang dimanfaatkan oleh para ekstremis. Ini sangat berbahaya. Seharusnya Amerika mau mendengar apa yang diinginkan kaum muslim, meski belum tentu persepsi kami sama. Hal semacam ini tak bisa lagi diabaikan, yang pada akhirnya akan dimonopoli oleh para ekstremis.
Bagaimana Anda menyampaikan saran kepada Obama?
Adakalanya saya hanya menuliskannya. Di lain waktu saya bertemu langsung dan berdialog dengan Obama. Namun lebih banyak saya menyampaikan langsung sehingga dapat terjadi interaksi di antara kami. Saya bersyukur tak menemui banyak kesulitan karena memang beliau pernah tinggal di negara muslim seperti Indonesia. Di lingkaran keluarganya, Islam bukan sesuatu yang asing, jadi saya hanya membantu memberi pemahaman yang benar tentang Islam.
Apakah ada usul atau masukan Anda yang ditolak?
Sebenarnya tak seperti itu gambarannya. Saya hanya menyampaikan usul melalui dialog atau sebuah surat. Diterima atau tidaknya itu pertimbangan lain. Yang jelas, usaha maksimal saya adalah menyampaikan sebuah gambaran tentang Islam yang benar atau kafah.
Bagaimana Anda melihat perubahan mendasar politik luar negeri Amerika terhadap negara-negara Islam?
Perubahan yang mendasar dan ekstrem itu memang tak dilakukan, tapi ada usaha menuju perbaikan melalui dialog-dialog antara Amerika dan umat Islam saat ini. Contohnya saja Presiden Obama bersedia menyampaikan pidatonya untuk dunia muslim dari Kairo beberapa waktu lalu. Terlepas dari pemenuhan janji-janji kampanyenya, hal-hal perbaikan sudah mulai dilakukan.
Anda dikatakan sebagai contoh seorang muslimah moderat yang sukses.
Jika benar seperti itu alhamdulillah. Tapi yang ingin saya katakan adalah bahwa siapa pun kita, apa pun kita, di mana pun kita, kita harus menjadi contoh terbaik untuk siapa pun. Apa yang saya lakukan selama ini juga tidak kemudian menjadi satu-satunya contoh bagi kaum muslimah di dunia tentunya.
Saya yakin masih banyak wanita lain yang jauh lebih baik tapi tak terekspos media. Bagi saya, siapa pun orangnya, ketika ia diberi tanggung jawab dan dia merasa bertanggung jawab, dia akan mengerjakan hal tersebut dengan ketekunan tinggi dan hendaknya hal ini dilakukan oleh siapa pun.
Selama di Gedung Putih, Anda merasakan adanya diskriminasi?
Itu tak dapat dimungkiri. Memang saya rasakan, sebagaimana terjadi di negara-negara lain. Tapi justru hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kami sebagai minoritas karena itu sudah menjadi tugas kami meluruskan perspektif yang selama ini salah tentang dunia Islam dan sebaliknya. Seperti jilbab yang saya kenakan ini, orang banyak menanyakan apakah itu menjadi penghalang saya untuk menjalankan tugas di Gedung Putih karena hal tersebut baru di sana? Saya katakan tidak sama sekali.
Ketika Obama berpidato di Universitas Kairo, apa usul Anda?
Ada beberapa usul saya dalam draf pidato. Ada dua hal yang saya tekankan: pidato tersebut harus dilandasi rasa saling menghormati dan Islam dengan Amerika tak sedang berkompetisi menguasai dunia, tapi saling bekerja sama dalam pembangunan dengan toleransi, keadilan, kemajuan, dan menghargai sesama manusia.
Apakah Anda selalu mendampingi Obama ke negara-negara muslim?
Tidak, saya tak selalu ikut.
Ketika nanti Obama akan datang ke Indonesia, apakah Anda akan ikut?
Tidak, saya tak akan masuk ke dalam rombongan kepresidenan.
Wajah Anda wajah Mesir, sebenarnya Anda warga negara mana?
(Tersenyum) saya warga negara Amerika.
DALIA MOGAHED
Lahir: El-Sayeda Zeinab, Kairo, Mesir (tak menyebut tahun)
Anak: Dua
Suami: Dokter, warga negara Mesir
Pekerjaan: Analis Senior dan Direktur Eksekutif Gallup Center for Islamic Studies
Buku: Who Speaks for Islam?: What a Billion Muslims Really Think
Publikasi penelitian:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo