Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Malam itu Panglima Tentara Nasional Indonesia Moeldoko dipenuhi kebahagiaan. Rabu pekan lalu adalah hari jadi ke-29 pernikahannya dengan Koesni Harningsih. Rangkaian bunga anggrek berderet di teras rumah dinasnya di Menteng, Jakarta Pusat. Tapi Moeldoko sama sekali belum mengetahui siapa saja pengirim bunga-bunga tersebut. "Sedang sibuk, nanti saya baca," katanya.
Di ruang makan, di depan tumpeng yang baru dipotong, pasangan ini duduk berbagi satu kursi. Tangan Koesni bergelayut di pundak suaminya—tempat empat bintang bertengger jika Moeldoko memakai baju dinas. Mereka mengenang masa-masa awal bertemu dulu. "Kami tidak berpacaran, langsung tubruk. Eh, dia (ÂKoesni) mau," Moeldoko berseloroh. Istrinya tersenyum dan menimÂpali, "Masak? Bukannya kamu yang nongkrongin aku setiap hari?"
Di tengah-tengah perayaan ulang tahun pernikahannya itulah kami—Hermien Y. Kleden, Qaris Tajudin, Budi Setyarso, Agustina Widiarsi, Heru Triyono, dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo—mengajaknya berbicara serius. Dari bentrokan anak buahnya dengan anggota Brigade Mobil Kepolisian RI di Batam, Kepulauan Riau; pengangkatan Dato Sri Tahir (pemilik grup bisnis Mayapada) sebagai penasihat bidang kesejahteraan prajurit; sampai perayaan hari jadi tentara yang ke-69, yang akan dilakukan besar-besaran pada 7 Oktober mendatang.
Sebenarnya kronologi bentrokan antara anggota Batalion Infanteri 134 dan Brigade Mobil di Batam itu seperti apa?
Jelas-jelas anak buah saya ke sana (Markas Komando Brimob) mau klarifikasi, tapi dikira mau menyerbu. Keempat anggota TNI ini tidak bersenjata. Salah seorang dari mereka lari, tapi tertangkap, kemudian digebukin. Ketika ada yang datang dari TNI untuk menyelesaikan masalah ini, mereka malah ngotot, kemudian ada suara tembakan. Saya tidak mau berkomentar lebih jauh lagi, nanti dikira mempengaruhi tim investigasi, takut mereka bias. Biar tim yang dibentuk TNI dan polisi bekerja.
Apa yang Anda harapkan dari tim investigasi gabungan ini?
Bisa mengungkap dengan baik apa yang sesungguhnya terjadi. Kami ingin mencari sumber masalahnya.
Perlu tim independen untuk menyelidiki?
Tidak perlu. Ini urusan internal. Saksinya ada. Tinggal digali saja informasinya.
Berapa lama tim investigasi gabungan akan bekerja?
Satu minggu bisa selesai.
Bagaimana jika hasilnya nanti menunjukkan bahwa yang bersalah adalah anggota TNI?
Akan saya selesaikan. Copot, tidak ada cerita. Itu hal biasa di TNI. Selama ini saya sudah memberi contoh. Tapi terkadang polisi tidak. Ini sumber persoalannya. Kuncinya adalah proses yang transparan dari pihak sana.
Komentar Anda soal ini sangat keras. Seolah-olah hanya menyalahkan polisi.
Saya begitu agar semua, baik TNI maupun Polri, melakukan refleksi. Kami ingin semua mengevaluasi diri.
Evaluasi apa yang Anda inginkan dari pihak Polri?
Saya ingin mereka (anggota Brimob yang menembak) ditindak tegas dan melalui proses yang transparan. Sangat disayangkan, Brimob mudah sekali menggunakan senjata.
Anda menyalahkan Brimob?
Yang saya salahkan adalah kepemimpinan di lapangan. Ada yang tidak beres.
Bagaimana sebenarnya hubungan antara TNI dan polisi?
Bagi kami, kepolisian adalah keluarga besar, yang hanya dipisahkan oleh tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi). Di level pemimpin tidak ada masalah.
Oke, di level atas tidak, tapi bentrokan tetap saja terjadi di lapangan. Apakah anggota TNI iri terhadap anggota kepolisian yang "menguasai lahan basah"?
Mungkin di level bawah ada "perebutan kekuasaan", seperti di Batam. Tapi perselisihan tidak hanya di situ.
Di mana saja….
Tiga bulan lalu, dua anggota TNI meninggal di Biak, tertembak. Apakah ada perebutan kekuasaan dalam arti perebutan rezeki? Dalam hal ini, komandan di lapangan yang harus tahu dan memantau situasi.
Ada kemungkinan bentrokan itu dipicu oleh praktek beking tentara terhadap penyelundup bahan bakar minyak.
Saya tidak mau bicara kemungkinan. Masak, panglima menyampaikan kemungkinan?
Bukankah penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Yogyakarta, diawali perebutan lahan "pengamanan"?
Makanya, saya selalu memprioritaskan kesejahteraan prajurit, sehingga tidak ada yang main-main seperti itu.
Apa yang Anda maksud dengan main-main?
Ada "sumber" di sebuah tempat yang biasanya dijadikan "permainan" anak-anak (anggota TNI). Sebagai komandan lapangan, seharusnya bisa memetakan potensi main-main itu. Kalau memang ada, ya, harus cepat dibereskan.
Anggota TNI yang main-main masih banyak?
Masih ada. Hal itu tidak bisa dimungkiri, tapi yang main-main hanya satu-dua.
Apakah soal kesejahteraan prajurit juga yang membuat Anda mengangkat seorang Tahir menjadi penasihat?
Jelas. Gaji prajurit saya habis hanya untuk bayar listrik dan kos-kosan. Dampaknya bisa menjadi tidak profesional.
Kenapa Anda tidak mengajukan permintaan dana ke pemerintah?
Sudah. Pemerintah tidak bisa. Mau apa lagi? Saya harus mencari terobosan. Kebetulan ada seorang filantropis (dermawan) yang tidak ada urusan bisnis dengan TNI. Dia memiliki rumah sakit, real estate, perbankan, dan bukan pengusaha narkotik atau tempat judi.
Bagaimana awalnya Anda meminta Tahir sebagai Penasihat Peningkatan Kesejahteraan Prajurit TNI?
Saya tanya ke dia, "Pak Tahir, saya memiliki kesulitan seperti ini (masalah kesejahteraan), bagaimana menyelesaikannya?" Ya, karena kami memiliki koneksi emosional dan cocok, dia justru merasa terpanggil dan mau membantu.
Anda merasa benar mengangkat pengusaha sebagai penasihat?
Tidak ada yang salah.
Sebelumnya Anda memang dekat dengan Tahir?
Saya sudah kenal enam tahun.
Nantinya yang diangkat jadi penasihat siapa saja selain Tahir?
Sementara Pak Tahir saja.
Pemilik Rajawali Group, Peter Sondakh?
Belum. Itu nanti. Jika ada 200 orang seperti Tahir, akan saya angkat semuanya menjadi penasihat.
Anda perlu banyak penasihat?
Iya. Ini serius. Semakin banyak orang seperti Tahir, semakin cepat sejahtera prajurit saya.
Bukankah tak ada makan siang yang gratis? Apa Anda tidak melihat bahwa ini adalah budi yang harus dibalas?
Tidak.
Mungkin bukan sekarang, tapi nanti….
Nanti kapan? Sebentar lagi gue pensiun. Jangan sampai, hingga pensiun, gue tidak berbuat apa-apa untuk prajurit. Saya tidak mau dinilai ngoceh doang di depan prajurit.
Apakah boleh TNI menerima uang dari pengusaha?
Boleh.
Anda sudah berkonsultasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi atau lembaga lain yang terkait?
Begini lho. Mungkin begitu orang mendengar ada bantuan seribu rumah untuk prajurit dan setiap rumah itu harganya Rp 60 juta, mereka berpikir, "Moeldoko mendapat berapa dari Rp 60 miliar itu? Moeldoko beli apa lagi, ya?"
Jam tangan mewah seperti yang pernah Anda banting itu….
Beli jam lagi? Ha-ha-ha…. Tolonglah, jangan melihat sisi negatifnya, lihat yang positif. Saya senang sama jam buatan Cina itu karena mereka bisa membuatnya mirip dengan jam seharga Rp 1 miliar. Itu inspirasi bagi saya.
Sekarang jamnya itu di mana?
Gelem po? (mau ya?), ha-ha-ha….
Setelah dibangun, rumah itu menjadi milik siapa?
IKN, inventarisasi kekayaan negara, atau BMN, barang milik negara. Laporannya sebagai rumah dinas.
Apakah bantuan dari pengusaha ini biasa di TNI?
Sedari dulu sudah biasa. Zaman Feisal Tanjung juga ada pengusaha yang diangkat menjadi anggota staf bidang ekonomi TNI.
Kenapa Anda memilih Tahir?
Saya melihat integritasnya. Saya tahu motivasinya kenapa mau diangkat jadi penasihat. Dia merasa terpanggil.
Sebagai penasihat, Tahir bisa mempengaruhi kebijakan Anda?
Maksudnya?
Mengarah-arahkan kebijakan keuangan TNI, misalnya?
Apa urusannya? Tidak ada yang bisa mengarahkan Panglima TNI. Hanya satu yang bisa, presiden.
Bukankah kedekatan tentara dengan pengusaha berisiko?
Memangnya prajurit dan panglima malaikat? Saya ini harus berbuat. Masak, cuma bisa garuk-garuk doang? Saya sudah bintang empat, tahu risikonya.
Anda siap mendapat cap jelek karena dekat dengan pengusaha?
Tidak ada urusan. Yang penting, di depan prajurit, gue adalah hero. Itu baru top.
Sebenarnya perlu anggaran berapa untuk kesejahteraan prajurit? Sudah ada hitung-hitungannya?
Saya diminta membuat anggaran untuk kesejahteraan prajurit oleh Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat. Ini positif, tapi itu memang belum kami buat. Sedang dirancang.
Sementara ini, perumahan bagi prajurit yang sudah terpenuhi berapa persen?
Baru 244 ribu unit, hampir 48 persen dari total 500 ribuan prajurit.
Bukankah tugas menyejahterakan tentara adalah tugas negara?
Jangan sedikit-sedikit meminta peran negara. Kalau model panglimanya begitu, telo namanya.
Apa lagi yang akan Anda lakukan untuk kesejahteraan tentara?
Saya ini sudah memikirkan untuk membuat semacam toko besar mirip American PX (Post Exchange) untuk militer. Di sana prajurit membeli barang dengan murah karena tanpa pajak. Nanti akan saya beli minyak langsung ke pabriknya.
Pada saat kesejahteraan sedang diperjuangkan, kok mau membuat pesta ulang tahun TNI besar-besaran? Hadiah untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang segera turun?
Bukan. Justru Presiden ingin memberikan hadiah kepada masyarakat Indonesia melalui panglima. Saya diminta optimal dalam merayakan hari jadi TNI.
Kalau memberi hadiah, kenapa perayaan itu harus dilakukan dengan menutup sejumlah bandar udara dan mengganggu penerbangan sipil?
Enggak. Jangan ekstrem begitulah. Sudah kami komunikasikan dengan navigasi bandara. Memang ada momen tertentu yang agak mengganggu karena ada pesawat yang naik-turun. Ya, setahun sekali terganggu beberapa jam, kan, enggak apa-apa.
Ada upacara militer, berbagai demonstrasi, dan defile. Apakah kemajuan TNI sendiri begitu besar?
Cukup signifikan. Sudah sekitar 38 persen dari rencana pembangunan yang kita janjikan sampai 2019. Kekuatan udara kita sudah bisa menerbangkan 16 Hercules dan 5 CN-295. Tank Leopard juga akan mengikuti defile di Pasuruan dan Jakarta. Leopard ini merupakan salah satu bagian dari penguatan postur pertahanan Indonesia yang digariskan untuk membangun kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) TNI.
Sebenarnya tank Leopard ini sesuai dengan rencana atau proyek yang tiba-tiba ada?
Memang direncanakan. Kita ini sedang memilih tank dari Turki atau Jerman.
Indonesia masih membeli alat utama sistem senjata (alutsista) dari perantara (makelar)?
Masih ada yang pakai perantara. Tapi, menurut saya, langsung ke pabrik lebih bagus, biar bisa menghemat.
Kenapa masih memakai perantara?
Itu di luar kewenangan saya, melainkan di Kementerian Pertahanan. Saya tidak mau komentar bukan-bukan.
Dalam pemilihan senjata, user (TNI) atau Kementerian Pertahanan yang menentukan?
User. Kebijakan saya adalah senjata itu harus selalu sesuai dengan keinginan pemakai. Yang kedua, barang itu yang terbaik, dengan harga proporsional.
Artinya, semua pembelian alutsista itu berdasarkan persetujuan Anda semua?
Oh, iya. Kami yang mengajukan. Contohnya, kami akan mengganti pesawat F-5 dengan opsi Sukhoi 35 atau F-16. Kami memberikan kajian dari TNI Angkatan Udara kepada Menteri Pertahanan tentang hal itu.
Bagaimana dengan pembelian helikopter Apache?
Jadi juga. Nanti akan diperagakan dua Apache saat ulang tahun TNI. Jumlah Apache itu akan meningkat sampai 2021.
Berarti dua Apache ini sudah punya TNI?
Belum. Masih pinjam. Rencananya nanti kita akan punya delapan Apache.
Bagaimana dengan pesawat latih yang banyak memakan korban?
Sebenarnya kami akan membeli beberapa unit pesawat latih Grob buatan Jerman. Tapi, karena penghematan anggaran, pembelian itu batal.
Sepuluh tahun negara ini bersama presiden yang berasal dari militer. Ada kekhawatiran saat memasuki era presiden dari kalangan sipil?
Saya kira siapa pun presidennya akan membesarkan TNI. TNI adalah pride (kebanggaan) bangsa ini. Tidak ada ketakutan dari TNI akan dipimpin oleh sipil.
Anda sudah bertemu dengan Joko Widodo?
Sudah. Tapi bersama dengan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Jokowi itu suka blusukan. Bagaimana Pasukan Pengamanan Presiden menyesuaikan….
Kami ini sudah terlatih PKT (perkiraan keadaan taktis), jadi sudah biasa.
Anda diajak berbicara dengan Tim Transisi Jokowi-JK soal Menteri Pertahanan….
Kok, larinya ke sana?
Atau ditawari?
Anda ada-ada saja.
Setelah pensiun tahun depan, apa yang akan Anda lakukan?
Mengajar. Saya kan doktor, ha-ha-ha….
Nama: Moeldoko Tempat Dan Tanggal Lahir: Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957 Pendidikan: Doktor bidang ilmu administrasi Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (2014) l Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (1981) Karier: Panglima Tentara Nasional Indonesia (2013-2015) l Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (2013) l Wakil Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (2013) l Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (2011) l Panglima Komando Daerah Militer III Siliwangi (2010) l Panglima Komando Daerah Militer XII Tanjungpura (2010) l Panglima Divisi Infanteri 1/Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (2010) l Kepala Staf Komando Daerah Militer Jakarta Raya (2008) |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo