Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sudah memberi peringatan ancaman kekeringan parah akibat El Niño yang akan terjadi pada Agustus-September tahun ini pada akhir tahun lalu. El Niño berupa siklus musim kering dan naiknya suhu permukaan bumi akan mengancam produksi pangan karena mungkin mengakibatkan gagal panen. Kelangkaan pangan biasanya akan terjadi pada tiga bulan setelah kedatangan musim kering.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, pemerintah sudah mengantisipasi keadaan genting itu. Sampai Rabu, 16 Agustus lalu, Arief mengungkapkan, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) sudah memiliki stok pangan 1,3 juta ton beras dan masih mengupayakan 700 ribu ton tambahan. "Kami bersiap-siap ada EI Niño, Lebaran, dan pemilu," kata Arief kepada wartawan Tempo, Abdul Manan, Iwan Kurniawan, Khairul Anam, dan Aisha Shaidra, di kantornya pada Jumat, 18 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam wawancara sekitar satu setengah jam itu, Arief mempresentasikan data kebutuhan dan produksi sepuluh bahan pangan yang menjadi tanggung jawab Badan Pangan Nasional, dari beras hingga telur. Dia menjelaskan apa saja yang akan dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak El Niño dan mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam hal ketahanan pangan karena faktanya mereka rata-rata hanya mengalokasikan kurang dari 1 persen anggaran untuk pangan.
Apa yang ditanyakan Presiden Joko Widodo mengenai dampak El Niño dalam rapat dua pekan lalu?
Semua. Saya kebagian kenapa harga pangan naik, kenapa turun. Sebenarnya yang bisa menjawab siapa? Yang memproduksi, dong. Saya cuma mengatur stok. Itu mah gampang. Impor saja semua, pasti bisa saya penuhi, sama kayak supermarket. Tapi kan kita enggak boleh kayak gitu. Kita punya petani, peternak. Pas harga di peternak diperbaiki, itu pasti dampaknya ke hilir.
Perkiraan Anda, kapan jumlah produksi beras turun?
Ini pola 2021 dan 2022.
Apa dampak El Niño terhadap produksi beras?
Yang harus digenjot adalah produksi. Jangan salahkan banyaknya mesin penggiling padi (RMU) pengusaha besar. Pengusaha besar itu sekarang kapasitas mesinnya hanya menggiling 20 persen. Artinya, mereka kekurangan pasokan. Negara yang kelebihan pasokan itu Vietnam, Kamboja, dan Thailand. Selain disimpan, bisa mereka ekspor. Tapi jangan melompat langsung ke ekspor. Ini dulu diberesin.
Stok beras sekarang berapa?
Data per 16 Agustus, stok Bulog 1,3 juta ton dari Vietnam, Thailand, sedikit dari India, dan Pakistan.
Kenapa pasokan dari India sedikit?
Tahun depan mereka ada pemilihan umum.
Produksi beras diperkirakan berkurang 5 persen. Apakah stok Bulog memadai?
Tergantung. Panen tiga bulan ke depan kita enggak tahu. Kalau turunnya 5 persen, bisa aman. Cukup. Surat penugasan saya ke Bulog untuk tahun lalu 500 ribu ton. Yang 2 juta ton itu di awal tahun ini karena kami sudah tahu akan begini. Sekarang kita lihat Agustus, September, Oktober. Di peta cuaca warnanya hitam. Hitam itu artinya kering. Semua orang bilang produksi pangan turun. Secara global, Afrika yang di peta berwarna hitam (sangat kering). Indonesia masih medium. Warnanya oranye. Kondisi Agustus, September, Oktober ini dampaknya tiga bulan kemudian. Berarti sampai Januari kita mesti siap-siap karena sekarang enggak bisa menanam dengan bagus.
Apa yang bisa mengubah situasi ini?
Pemerintah membangun waduk, membangun irigasi, sumur bor. Infrastrukturnya disiapkan supaya cadangan air kita kuat. Teknologi modifikasi cuaca dengan menabur garam di udara itu mahal. Jadi, kalau kita sudah tahu polanya, kenapa masih ada orang bilang, "Heran, ya, kenapa harga beras naik?" Kalau sudah tahu produksi terbatas, kita harus punya cadangan pangan. Kalau produksinya seperti sekarang, saya, misalnya, minta Bulog menyerap dari dalam negeri, naik atau enggak harga di dalam negeri? Pasti naik. Salahkah kalau kami mengimpor 2 juta ton untuk meningkatkan cadangan pangan Bulog?
Ada pandangan kalau ada impor berarti kinerja kementerian tidak bagus....
Bukan begitu. Swasembada itu kalau produksinya 90 persen dari dalam negeri. Jadi, kalau kita perlu 30 juta setahun dan impornya 3 juta, sebenarnya enggak ada isu.
Seperti impor bahan bakar minyak?
Kenapa impor BBM enggak ramai? Kedelai impor segitu banyak, enggak ramai. Emang produksi kedelai kita berapa? Produksi bawang putih kita berapa? Kenapa enggak ramai?
Sebelumnya kan ada narasi beras kita surplus?
Makanya, sekarang kami sampaikan yang benar. Lihat Cina, yang penduduknya 1,45 miliar. Kebutuhan beras 155 juta ton. Produksinya 148 juta ton. Dia impor 5,6 juta ton dan ekspor 2,25 juta ton. Persentase impor terhadap kebutuhannya 3,5 persen. Berhasil enggak? Berhasil. Impornya di bawah 10 persen.
Banyak yang bilang kebijakan impor tidak berpihak kepada petani. Benar?
Petani mana yang komplain? Coba lihat NTP (nilai tukar petani) yang 104. Dulu di bawah 100, sekarang di atas 100. Artinya petani sedang senang. Jangan dihancurin lagi. Cara ngancurin gimana? Harga telur itu lebih tinggi dari tahun lalu, maka harus Rp 22 ribu per kilogram. Hancur lagi nanti NTP petani dan peternak. Karena variable cost sudah naik semua.
Stok beras di tangan pemerintah itu tidak berpengaruh terhadap naik-turunnya harga di pasar?
Karena enggak dipakai untuk intervensi.
Kapan pemerintah mengintervensi?
Lihat data volatile food. Kok, enggak ada yang bilang kenapa kemarin (Mei, Juni, Juli 2023) deflasi? Ini enggak datang dari langit karena tiga bulan itu pemerintah intervensi. Ada bantuan pangan.
Sekarang belum ada intervensi karena harga beras masih wajar?
Bukan. Kami sedang mengatur caranya kalau mau intervensi, cadangan pangan pemerintah itu ada penambahan dulu. Kalau kami lempar semua, Bulog enggak punya cadangan. Ada pengaruhnya enggak? Ada. Kalau enggak kami intervensi bagaimana? Jika cadangan banyak enggak dipakai, harga naik enggak? Naik juga. Maka, kalau kita enggak punya stok dan hasil panennya turun tapi enggak ada intervensi, bahaya banget.
Dengan harga beras Rp 13 ribu per kilogram sekarang belum perlu intervensi?
Nanti, rencananya tiga bulan (Oktober, November, dan Desember) ada bantuan pangan. Saya menugasi Bulog sejak Juli. Penugasan menyalurkan cadangan pangan pemerintah dalam rangka bantuan pangan beras.
Mengapa harus menunggu Oktober?
Kita harus menjaga stok Bulog. Kalau mulai Agustus, September, Oktober, berapa kebutuhan untuk intervensi? Kebutuhannya 640 ribu ton. Berarti stok Bulog nanti tinggal 500 ribu ton. Berani? Tambah dulu dong stoknya. Kalau stok sudah bertambah, baru intervensi. Jangan intervensi dulu, nanti habis itu "bensin". Pas Februari banyak orang akan orasi, "Itu pemerintah tidak pinter mengelola cadangan pangan." Melihatnya ke siapa? Kepala Badan Pangan. Padahal masalahnya ada di produksi.
Maksudnya?
Bisa jadi, karena El Niño, tanaman kurang pupuk. Kami bicara tidak menyalahkan kementerian atau lembaga lain. Ini ada perubahan iklim, El Niño, naiknya harga barang, pergeseran konsumsi orang. Maksud saya, jangan mendiskreditkan yang lain. Sekarang harus kita siapkan bagaimana ke depan.
Jadi sepuluh bahan kebutuhan pokok di bawah tanggung jawab Badan Pangan itu aman?
Makanya yang namanya cadangan pangan itu penting. Sudah pernah lihat bantuan pangan yang ke Papua? Jangan orang di sini bilang, "Oh, orang Papua enggak diperhatiin."
Tambahan impor 700 ribu ton itu kapan akan masuk?
Sesegera mungkin. Kalau 2 juta ton itu keputusan presiden. Presiden sudah tahu bakal seperti ini. Kalau Presiden minta, semuanya harus ikut. Jangan punya prasangka buruk. Ada orang yang prasangkanya buruk, ada rente. Padahal ada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dugaan rente kan muncul karena ada impor....
Kalau impor, penugasannya resmi dari rapat terbatas. Hitung-hitungannya juga dipublikasikan. Orang seperti saya ini murni untuk Merah Putih, enggak buat yang lain-lain. Saya jamin tidak satu perak pun saya terima uang dari importasi.
Cadangan beras saat ini memperhitungkan kondisi sampai Februari?
Saya sekarang lagi bicara sampai April. Pemilu Februari, Lebaran April.
Itu bukan karena kasus kekeringan?
Kekeringan baru kemarin. Bantuan pangan terus-menerus.
Diversitas pangan di Papua terganggu karena banyak lahan dipakai perkebunan sawit....
Yang produksi jangan kasih ke saya pertanyaannya.
Selain mengimpor, apa yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi dampak El Niño?
Cadangan pangan itu. Kalau mau aman, harus punya cadangan pangan oleh badan usaha milik negara. Karena BUMN itu ada "N" di belakangnya. Negara. Benar (Menteri Badan Usaha Milik Negara) Pak Erick Thohir bilang BUMN harus untung, tapi kan ada N-nya. Jadi untung, tapi ojok nemen (jangan kebangetan) gitu. Sampai hari ini saya masih mengusahakan BUMN mendapat pinjaman dengan bunga rendah.
Sudah ada? Berapa bunganya?
Bulog Rp 1 triliun. ID Food on going sekitar Rp 1,5 triliun. Ini lagi review saat kemarin ketemu Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Saat ketemu Pak Erick juga saya sampaikan. Bunganya diskon sekitar 4,75 persen.
Aspek governance penugasan ke BUMN kerap dipertanyakan. Bagaimana?
Justru governance BUMN malah bagus karena ada BPK, BPKP.
Artinya peluang main-main kecil?
Pasti ketahuan. Kita enggak bicara personal, oknum. Ini sebagai sistem.
Selain soal beras, ada laporan pasokan bawang putih, kedelai, dan lain-lain sedikit?
Kenapa kita enggak fokus membicarakan di produksi?
Supaya bukan impor solusinya?
Kalau pertanyaannya kenapa impor, ya, untuk mencukupi kebutuhan. Kalau saya tidak mengimpor, apa risikonya? Kalau beras, kebutuhannya 30 juta per tahun, produksi 31 juta ton. Berarti lebih. Kenapa kita impor? Kami sedang menyiapkan cadangan pangan pemerintah karena ini makanan pokok. Kami bersiap-siap ada EI Niño, Lebaran, pemilu. Kita jangan mengambil risiko besar. Itu saja penjelasannya.
Kalau stok kedelai berapa?
Setahun butuh 2,5 juta, produksinya 300 ribu ton. Yakin enggak mau impor?
Pasokan jagung masih aman?
Ini yang harus kita hitung. Menurut Kementerian Pertanian cukup.
Kalau hitungan Anda?
Saya orang yang sangat percaya angka. Paling fair memang Badan Pusat Statistik melakukan hal yang sama untuk jagung. Saya sudah bersurat.
Cabai juga produksinya lebih, tapi kenapa harganya naik?
Sekarang kalau makan tahu pakai cabai apa? Orang Indonesia biasanya makannya selalu yang segar sehingga, kalau mau mencadangkan cabai, kita perlu teknologi supaya tetap segar. Kalau mau, diubah pakai cabai kering kayak India, makan roti canai pakai cabai kering. Saya sekarang sedang minta tolong Badan Riset dan Inovasi Nasional mengembangkan teknologi iradiasi (metode penyinaran pangan untuk mencegah terjadinya pembusukan). Ini bisa membuat cabai tahan dua bulan.
Soal telur ayam dan beberapa harga pangan yang naik?
Kenapa enggak memberi angle peternak sedang dibantu Badan Pangan dan mereka berterima kasih harganya sekarang sudah naik?
Bagaimana dengan konsumen yang terkena dampaknya?
Konsumen kan dapat bantuan pangan. Coba hitung harga telur hari ini Rp 28 ribu. Bagi 16 butir. Sekitar Rp 1.750. Tega enggak? Beli telur Rp 1.750, terus kita komplain mahal.
Yang komplain usaha mikro, kecil, dan menengah karena menggunakan ayam dan telur.
Maunya berapa? Mau diturunin lagi? Kalau peternaknya enggak ada, dia akan lebih sulit hidupnya karena tidak ada yang memproduksi telur. Ini satu ekosistem. Jangan egois di ujung.
Arief Prasetyo Adi
Tempat dan tanggal lahir:
- Palangka Raya, Kalimantan Tengah, 27 November 1974
Pendidikan:
- Sarjana Teknik Sipil Konstruksi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1998
- Magister Teknik Manajemen Konstruksi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2000
Karier:
- Deputy Chief Executive Officer PT Bez Retailindo, Paramount Enterprise International, 2015
- Presiden Direktur PT Food Station Tjipinang Jaya, 2015
- Presiden Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia atau Id Food, 2020
- Kepala Badan Pangan Nasional, 2022-sekarang
Kalau integrator isunya, tahun lalu dia merugi, harga ayam turun karena produksinya berlebih.
Kenapa bisa berlebih?
Anak ayam berumur satu hari (DOC)-nya kebanyakan.
Kenapa DOC-nya kebanyakan? Produksinya. Ini yang mau saya ubah. Jadi dalam hal ini Kementerian Pertanian sebetulnya berhasil atau enggak? Kalau kurang, Anda marahin. Kalau kelebihan, Anda marahin juga. Kalau kelebihan, artinya swasembada, dong. Nah, itu Badan Pangan nanti menyiapkan river container, cold storage. Pada saat kita kelebihan ayam, jangan diaborsi. Diapain? Dipotong karkasnya, disimpan dalam cold storage, jadi daging beku untuk cadangan pangan pemerintah. Kalau cadangan sudah cukup, baru ekspor. Kita punya daerah yang rentan gizi, rentan pangan, kenapa ayamnya enggak dikirim ke sana.
Kenapa rencana itu belum berjalan?
Ini sedang minta duitnya. Buat cadangan itu perlu duit. Vitamin D. Vitamin duit. Kalau nanti sudah keluar uangnya, baru kami cadangkan. Sekarang saya tanya, semua provinsi, kabupaten, dan kota, berapa alokasi dana untuk pangan? Di provinsi persentasenya 0,64, kabupaten 0,30, kota 0,47. Katanya kita peduli pada energi, ketahanan keuangan, sama pangan. Kalau persentasenya 0,64, pangan dianggap urgen enggak? Semua orang bilang pangan penting, tapi coba lihat angkanya.
Berarti enggak tecermin, dong?
Kalau dianggap penting, masak, 0,6 persen. Presiden senang kalau kami kasih pandangan. Menteri Dalam Negeri juga. Fokusnya itu bukan untuk menjatuhkan atau menjelekkan kementerian/lembaga. Maksud saya, ayo dong, sekarang bersama-sama kita tingkatkan produksi. Caranya? Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah membangun 60 waduk, sumur bor, irigasi. Kementerian Pertanian sudah menyiapkan belum benih yang bagus? Sudah siapkan GMO (organisme termodifikasi secara genetika)? Sudah disiapkan belum breeding untuk tanaman tebu? Sudah disiapkan lahannya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional?
Apakah semua sudah mulai dikerjakan?
Presiden sudah memberi tugas ke menteri.
Apa antisipasi terhadap dampak perubahan iklim pada pangan?
Kalau soal produksi, tanggung jawab siapa? Anggaran Badan Pangan Rp 464 miliar, Kementerian Pertanian Rp 14,6 triliun. Saya kan seolah-olah komplain terus. Saya enggak komplain. Tapi, pada saat ketercukupannya tidak ada, diversifikasi masih kurang juga, kami impor. Ada yang salah enggak?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, wawancara ini terbit di bawah judul "Salahkah Kami Impor untuk Meningkatkan Cadangan Pangan?"