Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Teronggok di satu sudut ruang pamer museum, badan perahu itu terlihat kukuh, walau tak begitu besar. Lambungnya tanpa cat, menonjolkan guratan dan serat kayo ba’do atau kayu besi. Tak ada mesin, tak ada paku baja di sana. Semua bagian perahu dirangkai dengan pasak kayu. Layarnya terbuat dari daun rumbia yang dijalin, tergulung rapi. Tiang kapal adalah tripod bambu wulung yang menjulang. Diberi nama ”Hati Marege”, padewakang yang satu ini menyimpan sejarah yang layak dituturkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo