Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

20 September 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penipuan Lewat Uang Muka

Saya dan beberapa orang kawan tertipu oleh seseorang yang mengaku dapat mendatangkan barang hasil sitaan Bea-Cukai. Meskipun menurut saya ini bukan lagi modus baru, cara-cara penipu melakukan aksinya ternyata telah ”membius” kami.

Mula-mula salah seorang kawan mendapat telepon dari seseorang (si penipu) yang menjelaskan bahwa anak kawan ini telah memesan sebuah TV ukuran 50 inci kepadanya. Ia juga menuturkan, si anak minta dibayarkan uang panjar (hanya 16 persen dari harga seluruhnya senilai Rp 4,75 juta). Si penipu juga mengaku kenal sekali dengan salah seorang anggota keluarga.

Karena harganya sangat menggiurkan dan orang itu kenal dengan anggota keluarga, ia diminta datang ke kantor tempat kawan ini bekerja. Si penipu datang dengan sangat meyakinkan: santai, memakai jas biru dan dasi. Ia mengaku sebagai pensiunan TVRI bernama Jimmy dari Manado. Ciri fisiknya adalah tubuh kecil, rambut lurus, dan kulit kuning kecokelatan karena tua.

Trik yang digunakan, si penipu sering mengatakan, ”Malam ini akan dibakar sekian barang elektronik seperti komputer dan TV oleh Bea-Cukai.” Katanya, uang panjar 16 persen tersebut dipakai untuk instansi yang terlibat dalam penyitaan itu.

Sang penipu juga bercerita bahwa ia pernah tinggal di Pesantren Parabek, Bukit Tinggi, dan dicari-cari keluarganya karena pindah agama. Semua ini membuat kawan saya percaya. Apalagi Jimmy pun memberikan nomor telepon selulernya, 0815-13187774. Katanya, pesanan kami berupa sekian perangkat komputer dan TV akan diantar besok paginya.

Setelah Jimmy mendapatkan uang yang lumayan dari kami, ia bilang mau pergi salat Jumat. Besoknya, si penipu melalui nomor telepon yang diberikan mengatakan bahwa pesanan akan datang siang hari. Setelah itu, tak ada lagi kabarnya dan teleponnya selalu dimatikan.

Semoga kejadian semacam itu tidak dialami oleh orang lain, cukup oleh kami saja.

Zulhasril Nasril
Jalan Lembur RT 010/006
Makasar, Jakarta Timur


Pelayanan Adam Air

Saya ingin menceritakan pengalaman terbang bersama Adam Air. Saya berangkat dari Bandar Udara Polonia, Medan, menuju Jakarta pada 5 Juni 2004 pukul 12.35 WIB. Tiket yang saya pegang bernomor 00081183068793, dengan nomor penerbangan KI 223. Saat itu saya membawa empat kotak atau kardus yang tercatat sebagai bagasi.

Setelah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 14.40, saya langsung menuju tempat pengambilan bagasi. Namun saya tidak menemukan satu bagasi dengan kode KI-191787 yang kebetulan berisi surat-surat penting. Hal ini kemudian saya tanyakan kepada Saudara Yusuf, petugas PT Air Ground Handling (AGH) yang saat itu menangani bagasi penumpang Adam Air, dan Saudara Yan Siskatedja, petugas berdasi dari Adam Air. Mereka menjelaskan bahwa mungkin bagasi saya itu telah hilang atau tertukar dengan milik penumpang lain. Kebetulan saat itu ada bagasi yang tertinggal. Penyelesaiannya? Saya diminta membuat pengaduan dengan mengisi formulir property irregularity report (PIR).

Karena sangat membutuhkan isi dari bagasi itu, pada 6 Juni 2004 saya kembali datang ke Adam Air di Soekarno-Hatta. Di situ saya hanya mendapat sepotong surat yang diteken petugas PT AGH. Isinya, mereka akan menyelesaikan klaim saya secepatnya dan paling lambat 3 minggu sejak 5 Juni 2004.

Hanya, sampai sekarang, saya belum mendapatkan penyelesaian. Jangankan mendapatkan bagasi, dihubungi saja tidak pernah. Apakah memang ini standar pelayanan Adam Air?

Jamal Alwin Habib
Jalan Ksatria Barat 38/28
Medan


Penjelasan PT Pos Indonesia

Dalam majalah Tempo Edisi 30 Agustus-5 September 2004 dimuat surat pembaca berjudul Pelayanan PT Pos. Kami atas nama manajemen PT Pos Indonesia (Persero) menyampaikan terima kasih atas keluhan itu. Hal ini akan kami jadikan masukan untuk perbaikan dan peningkatan mutu layanan kami.

Dari hasil penelusuran Kantor Sentral Pengolahan Pos (SPP) Yogyakarta sebagai unit yang mengelola delivery kiriman yang dikeluhkan, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut.

Alamat Dusun Jatirejo RT 05 RW 22 Sendangan, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55285, merupakan area pengiriman yang tergolong sulit karena ada penataan wilayah, sehingga akan dibutuhkan waktu lama dalam penyerahannya.

Alamat si penerima kiriman kurang lengkap, tanpa mencantumkan nomor rumah yang akan dapat membantu penyerahan kiriman sehubungan dengan kondisi wilayah antar tersebut. Namun petugas pengantar kami dapat mengenali alamat tersebut.

Dari hasil konfirmasi dengan petugas antar di wilayah antaran tersebut, ternyata selama enam bulan sampai saat ini kiriman untuk si penerima dengan alamat tersebut belum diterima dan diserahkan. Perlu kami sampaikan, sesuai dengan prosedur pengantaran, petugas tidak diperbolehkan menahan atau tak menyampaikan kiriman dengan segera ke si pemilik alamat.

Dari hasil konfirmasi pada 31 Agustus 2004 dengan anggota keluarga di alamat tersebut, bisa disimpulkan bahwa kiriman yang dipertanyakan masih terbatas informasi ”yang akan dikirim”. Artinya belum didukung dengan data pengiriman yang akan memudahkan pemeriksaan penerimaan di Kantor SPP Yogyakarta dan penyerahan kepada si alamat.

Kami akan segera melakukan pengantaran atau penyerahan kiriman pada saatnya apabila kiriman telah kami terima. Pada prinsipnya, kami akan senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna layanan kami, termasuk penanganan pengaduan jika didukung data atau informasi yang memadai. Dukungan data itu penting untuk membantu petugas kami melakukan penelusuran dan memastikan status kiriman.

a.n. Kepala Wilayah Usaha Pos VI
Humas Wilpos VI
Agus Priyana
Jalan Sisingamangaraja 45
Semarang 50253


Koreksi Muhammad Ma’ruf

Majalah Tempo edisi 13-19 September lalu membuat laporan mengenai tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden. Saya mengucapkan terima kasih atas liputan Tempo terhadap tim dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan M. Jusuf Kalla.

Hanya, dalam tulisan Yang Bertutur Seperti Danau, yang memuat profil saya, terjadi kesalahan kutipan. Disebutkan dalam teras berita, ”Mochamad Ma’ruf menjadi dirigen tim kampanye SBY-Kalla. Siap menjadi anggota kabinet.”

Perlu saya tegaskan dan saya luruskan bahwa saya tidak pernah memberikan pernyataan tersebut (siap menjadi anggota kabinet). Saya mengharapkan agar kesalahan itu diperbaiki.

Muhammad Ma’ruf
Tim Kampanye Nasional
Pasangan SBY-Kalla

— Terima kasih atas koreksi Anda. Kesimpulan itu muncul karena saat ditanya oleh wartawan Tempo soal kemungkinan ditawari menjadi anggota kabinet, Anda antara lain menjawab, ”Sebagai bekas prajurit, saya siap bertugas di mana pun.”


Penjelasan tentang Benny Moerdani

Majalah Tempo edisi 6-12 September lalu menulis Obituari tentang Jenderal (Purn.) L.B. Moerdani, yang wafat pada 29 Agustus 2004. Ada penjelasan yang perlu saya sampaikan sehubungan dengan kronologi karier Benny Moerdani.

Disebutkan dalam kronologi Karier Militer yang Legendaris (halaman 45), pada 1962-1963 Benny Moerdani menjabat Komandan Batalion 530/Para. Menurut catatan yang saya telusuri, Benny Moerdani pada masa itu tidak menjabat komandan batalion yang bermarkas di Madiun tersebut.

Memang, ketika itu, ia memimpin Operasi Naga, yang pasukannya diterjunkan di dekat Merauke (tengah malam 23 Juni/24 Juni 1962). Ini merupakan operasi gabungan anggota RPKAD (dari Detasemen Pasukan Khusus, unit yang dilatih untuk menjadi pasukan khusus seperti Special Forces Angkatan Darat Amerika Serikat) dan Batalion 530/Para (lihat: Julius Pour, Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan, 1993, halaman 209; Ken Conboy, Kopassus: Inside Indonesia’s Special Forces, 2003, hlm. 76; Poengky Poernomo Djati (Ketua Tim Penyusun), Perjuangan AURI dalam Trikora, 2001, hlm. 157).

Seusai Trikora, Benny Moerdani kembali ke RPKAD dan menjabat Komandan Batalion I (Julius Pour, 1993, hlm. 230-231; Ken Conboy, 2003, hlm. 92).

Dalam kronologi juga disebutkan bahwa dalam Operasi Naga pasukan pimpinan Benny Moerdani tersebut meringkus sekitar 1.500 marinir Belanda. Lebih tepat jika dikatakan bahwa Pasukan Naga mengakibatkan marinir Belanda terpaksa terikat di sekitar Merauke sehingga tidak bisa digelar di tempat lain (Julius Pour, 1993, hlm. 227; Poengky Poernomo Djati, 2001, hlm. 159).

Eduard Lukman
Jalan Warga 21
Pejaten Barat, Jakarta 12510


Ledakan Bom Kuningan

Apa pun alasannya, pengeboman di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, 9 September lalu, sangat biadab, tidak punya rasa kemanusiaan. Karena itu, saya mengharapkan agar aparat lebih meningkatkan keamanan dan harus mampu memberikan jaminan terciptanya keamanan pada hari pemilihan presiden 20 September 2004.

Semestinya aparat keamanan juga berusaha semaksimal mungkin menangkap para pelaku pengeboman. Aksi yang mereka lakukan sungguh kejam dan bertentangan dengan ajaran agama. Setiap agama pasti mengajarkan agar kita selalu hidup berdampingan dan saling mengasihi, bukan saling membunuh.

Wanto M. Pari

[email protected]


Pencemaran Teluk Buyat

Peer review yang terkait dengan penelitian pencemaran Teluk Buyat menyimpulkan bahwa teluk tersebut telah tercemar oleh logam merkuri, arsen, dan sebagainya.

Para peneliti memfokuskan perhatiannya pada pembuangan tailing oleh PT Newmont Minahasa Raya tanpa mempertimbangkan kemungkinan sumber pencemar lain. Sebaliknya, saya berpendapat bahwa kemungkinan besar pencemaran merkuri itu dilakukan oleh penambang emas liar yang menggunakan cara lama, tradisional, untuk menambang emas.

Ada dua cara untuk menambang emas dari bijih emas. Yang pertama dengan cara sianidasi (cyanidation), menggunakan natrium sianida sebagai pelarut emas. Yang kedua dengan cara lama atau tradisional yang disebut amalgamasi (amalgamation), menggunakan merkuri (quicksilver atau air raksa) untuk melarutkan partikel emas. Dengan cara ini, akan terbentuk amalgam emas dengan merkuri.

Perlu diketahui bahwa merkuri atau Hg itu merupakan logam yang cair, bobot jenisnya 13,6 (hampir dua kali lebih besar dari besi), tidak larut dalam air, tapi mudah menguap, bahkan pada suhu udara biasa.

Untuk memisahkan emas dari amalgam dengan merkuri tersebut, amalgam harus dipanaskan sehingga semua merkuri menguap dan tinggal tersisa emas. Cara yang tepat untuk memisahkan emas dari merkuri tersebut adalah distilasi, sehingga merkuri akan dapat kita ambil kembali dan bisa digunakan untuk keperluan yang sama.

Cara mudah dan tidak memerlukan peralatan adalah memanaskan amalgam dalam wadah terbuka. Dengan cara ini, merkuri akan menguap, terbang ke udara, dan kalau tertiup angin bisa tersebar ke mana-mana. Kalau uap merkuri mengembun dan jatuh di tanah atau tetumbuhan, debu merkuri akan terbawa air hujan ke sungai dan akhirnya menuju ke laut. Uap merkuri yang terbawa angin sebagian besar akan jatuh di laut di sekitar Teluk Buyat dan Teluk Totok.

Untuk mencegah pencemaran lebih jauh, saya menyarankan agar LSM-LSM yang peduli lingkungan hidup itu memberikan penyuluhan kepada penambang emas tradisional dan menyumbangkan alat distilasi kepada mereka. Di Johannesburg, Afrika Selatan, misalnya, yang menggunakan cara amalgamasi, ada alat distilasi pada kedalaman 120 meter di bawah tanah. Sejauh ini, kami tidak mendengar adanya polusi merkuri di sana.

Sunarto Prawirosujanto, Apt.
Jalan Patiunus 8
Jakarta 12120


Harapan kepada Presiden

Kita harapkan Presiden Indonesia di masa mendatang mampu memberikan masa depan yang gemilang buat rakyatnya. Ia dapat memberikan kesejahteraan yang merata. Presiden juga perlu peka terhadap masalah yang dihadapi segenap lapisan bangsa.

Proyek pembangunan seperti di Batam, Riau, perlu pula dilakukan di daerah lain di Indonesia. Kita tahu, di Batam, segala lapisan masyarakat dari bagian timur dan barat mengalir ke sana untuk mengadu peruntungan. Pemerintah hendaknya dapat membangun proyek semacam ini di banyak daerah. Memang agak sulit bila suatu masalah dimulai dari nol. Tapi, kalau tidak segera dimulai, kapan lagi?

Syahruddin
Jalan Antariksa Gang Cempaka 2
Kelurahan Sari Rejo, Medan


RALAT

Dalam majalah Tempo edisi 13-19 September, pada tulisan tentang Mega Center berjudul Sangat Longgar, Tak Ada Ketua (halaman 82-83), terdapat kesalahan. Di situ disebutkan bahwa August Parengkuan adalah Presiden Direktur TV7. Yang benar adalah bekas Presiden Direktur TV7 karena ia sudah tidak lagi memegang jabatan itu. Kami mohon maaf atas kesalahan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus