Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan tidur insomnia ternyata banyak jenisnya. Hal yang membedakannya adalah gejala, penyebab, dan berapa lama terjadinya. Gangguan tidur ini bisa berlangsung beberapa hari, minggu, atau jangka panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut lima gangguan tidur yang tergolong insomnia. Kenali gejalanya agar tahu cara mengatasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Insomnia akut
Insomnia akut paling umum terjadi. Gangguan tidur ini terjadi jangka pendek, hanya beberapa hari atau pekan. Pemicunya adalah stres, misalnya karena kehilangan orang terdekat atau memulai pekerjaan baru.
Selain itu, ada banyak pemicu lain terjadinya insomnia akut seperti faktor lingkungan (efek cahaya, suara bising), tidur di lingkungan yang baru, rasa tidak nyaman secara fisik, konsumsi obat tertentu, menderita penyakit tertentu, atau mengalami jet lag
2. Insomnia kronis
Insomnia disebut kronis apabila terjadi setidaknya tiga kali dalam seminggu selama satu bulan, bahkan lebih lama. Ada dua jenis insomnia kronis, yaitu primer yang tidak diketahui penyebab pastinya dan sekunder yang lebih umum terjadi.
Pada insomnia kronis sekunder, ada kondisi khusus yang menyertainya. Beberapa penyebab terjadinya insomnia kronis adalah kondisi medis kronis seperti diabetes, hipertiroidisme, sleep apnea, atau Parkinson’s disease
Selain itu, bisa juga disebabkan gangguan psikologis seperti depresi, cemas berlebih, atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), serta konsumsi obat untuk kemoterapi, antidepresan, dan beta blockers
Sering minum kopi berlebihan atau stimulus lainnya seperti alkohol, nikotin, dan obat-obatan terlarang juga bisa jadi penyebabnya. Selain itu, ini juga bisa terjadi pada orang yang sering menempuh penerbangan jarak jauh, pergantian shift jam kerja, dan terlalu lama tidur siang
3. Onset insomnia
Kondisi ini terjadi ketika kesulitan tidur atau terlelap. Ini bisa terjadi pada jangka pendek maupun kronis. Penyebab yang paling umum adalah masalah psikologis seperti stres, cemas berlebih, bahkan depresi.
Dalam sebuah penelitian di tahun 2009, orang yang menderita onset insomnia kronis biasanya juga memiliki masalah tidur lainnya, seperti restless leg syndrome atau limb movement disorder. Konsumsi stimulan menjelang waktu tidur seperti kopi juga bisa menimbulkan onset insomnia.
4. Maintenance insomnia
Sering terjaga dan sulit untuk bisa kembali tidur? Bisa jadi Anda mengalami maintenance insomnia. Jenis insomnia ini menyebabkan penderitanya khawatir karena sulit bisa kembali tertidur apabila sudah terbangun. Pada jangka panjang, siklus tidur menjadi berantakan.
Pemicu maintenance insomnia antara lain masalah mental seperti depresi, sleep apnea, GERD, restless leg syndrome, dan limb movement disorder.
5. Behavioral insomnia of childhood
Behavioral insomnia of childhood atau BIC terjadi pada anak-anak. Insomnia ini dibedakan menjadi 3 tipe. Pertama, BIC sleep-onset yang terjadi karena siklus tidur terkait dengan kebiasaan tertentu, misalnya harus ada kedua orangtua di samping atau menonton televisi.
Kedua, BIC limit-setting yaitu ketika anak menolak keras diajak tidur. Mereka justru meminta aktivitas lain seperti minum, ke kamar mandi, atau meminta orangtua membacakan dongeng lebih lama.
Ketiga, kombinasi kedu BIC. Insomnia ini bisa terjadi apabila waktu tidur diasosiasikan dengan hal negatif sehingga membuatnya tidak kunjung tertidur. Pada anak-anak, behavioral insomnia of childhood biasanya dapat teratasi dengan mengubah kebiasaan dan memperkenalkan rutinitas tidur teratur.
SEHATQ